Aku kecewa padanya, tapi dia terlalu baik untuk dibenci.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Hari beranjak sore, Alva sedang duduk menunggu seseorang di sebuah kafe, matanya tak lepas dari benda pintar di tangannya. Lelaki berbaju hitam itu menghembuskan napas berkali-kali sebab seseorang yang ia tunggu tak kunjung menjunjukkan batang hidungnya.
"Gue mau kita kerja sama."
Lamat-lamat Alva mendengar suara dari bangku seberang yang berhasil menarik perhatiannya, dia memasang telinga untuk mendengarkan. Sebut saja, dia menguping. Sebenarnya Alva tidak terlalu menghiraukan urusan orang, namun sepertinya Alva amat sangat mengenal suara itu.
"Maksud lo?"
"Lo mau Rizal? Gue mau Keysha. Paham?"
Oke, pendengaran Alva sepenuhnya mengarah kepada dua insan yang sepertinya sedang berbincang serius. Alva membatin, "Kayaknya gue kenal suara ini, kenapa nyebut-nyebut Keysha?"
"Jadi lo mau ngehancurin hubungan mereka?" tanya perempuan berseragam putih abu-abu, dan dibalas anggukan kepala oleh lawan bicaranya.
"Ogah!" tukasnya.
Lelaki berkemeja kotak-kotk itu menegakkan tubuhnya, menatap perempuan di depannya lalu bertanya, "Kenapa? Kita sama-sama untung."
"Gue emang kecewa sama Keysha, tapi gue gak sejahat itu buat ngehancurin kebahagiaan dia."
Setelah mengatakan itu, perempuan tersebut menyabet tasnya yang ada di atas meja, kakinya berlari ke luar dari kafe. Sementara Alva terus memperhatikan dari ekor matanya, hingga matanya terbelalak saat berhasil mengenali orang yang sedari tadi membuatnya penasaran.
"Mira?" gumam Alva.
"Sebenernya ada apa sih?"
Di tengah lamunannya, Alva tersadar karena sentakan di bahunya. Perempuan berdress maroon yang nampak anggun tengah berdiri di depan Alva, netra lelaki itu terkunci pada wajah cantik sosok di depannya. Perempuan itu terkekeh menatap wajah cengo Alva, tangannya ia kibas-kibaskan di deoan wajah Alva hingga lelaki itu tersadar dengan wajah canggungnya.
"Makasih udah mau nunggu," ujarnya.
"Namanya juga cewek, perlu berjam-jam buat dandan, iya, 'kan?" Alva terkekeh sendiri karena penuturannya.
*****
"Bunda, kak Al kok lama sih?" gerutu Keysha.
Sudah satu jam Keysha menunggu lelaki yang notabanenya adalah kakaknya sendiri, lelaki itu berjanji akan ikut mengantarkan Keysha keluar dari rumah sakit ini, mengingat Alva sangat jarang memghabiskan waktu dengan Keysha. Sementara Keysha tak henti-hentinya menggerutu sedari tadi, segala umpatan ia lontarkan dalam hati.
"Assalamualaikum!"
Air mukanya langsung semringah kala mendengar suara yang ia tunggu-tunggu, gadis itu melompat turun dari brankar membuat Sarah menghentikan kegiatannya lalu menatap Keysha tajam. Keysha mendekati Alva yang masih di ambang pintu, dia menatap kakaknya sebelum bertanya, "Gak bawa apa-apa gitu? Huh."
"Kalau orang salam tuh dijawab," ujar Alva.
"Wallaikumus-." Ucapan Keysha menggantung saat melihat seorang gadis di belakang Kakaknya. Keysha sedikit berjinjit guna menilik lebih jelas wajah seorang gadis yang masih bersembunyi di belakang Alva.
Keysha menarik lengan Alva untuk mendekat, dia pun kembali bertanya, "pacar lo?"
Alva hanya tersenyum geli, memilih tidak merespon adiknya. "Bunda," panggil Alva pada Sarah yang tengah mengemas tas Keysha.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...