ngobatin luka yang lo kasih itu gak segampang iklan di TV yang baru minum obat langsung sembuh.
🌻 S E L A M A T M E M B A C A🌻
Gadis berkucir kuda dengan paper bag di genggamannya menatap heran pada motor yang baru saja melaju menjauhi rumah minimalis bercat hijau yang menjadi tujuannya pulang. Gadis itu merasa tak asing dengan motor tersebut, tapi ingatannya terlalu lemah untuk sekedar mengingat wajah pemilik motor itu. Dia memutuskan untuk membuka gerbang berwarna hitam yang telah tertutup rapat.
"MIRA PULANG," teriaknya.
Dia tidak mengetahui jika di belakang pintu ada seseorang yang menggeram kesal sebab teriakan yang ia keluarkan. Tanpa permisi dia membuka pintu kayu di depannya, betapa terkejutnya ia kala melihat sahabatnya tengah berkacak pinggang dengan wajah datarnya.
"Wallaikumsalam," sindir Keysha.
Mira memamerkan deretan gigi rapinya pada Keysha yang menatapnya tajam. Mira teringat tentang motor yang ia temui di depan gerbang, dia pun menatap Keysha dan bertanya, "Itu motor siapa tadi?"
Keysha menurunkan tangannya yang sedari tadi di pinggang, kini gadis itu menatap heran ke arah Mira. "Apanya?"
"Itu motor yang baru aja pergi," imbuh Mira.
Keysha membulatkan mulutnya, sekarang dia tahu motor yang Mira maksud pasti milik Rizal. Keysha masih tidak menyangka bahwa dia dan sahabatnya menyimpan rasa untuk orang yang sama. Oh, ayolah! Ini terlalu rumit bagi Keysha. Jika saja ada mesin untuk memutar waktu, Keysha sangat ingin memilikinya. Dia tidak akan menerima ajakan Rizal pada saat itu, dia tidak ingin mengenal Rizal, dan dia tidak ingin rasa ini tumbuh.
"Woy! Aelah malah bengong," cetus Mira.
Lamunan Keysha buyar seketika, dia menatap Mira dalam. Mengapa harus sahabatnya? Teman Keysha bisa dikatakan cukup banyak, tapi kenapa harus Mira? Orang yang menemaninya sejak menginjakkan kaki di Taman Kanak-kanak juga orang yang selalu ada untuk Keysha kapan pun gadis itu membutuhkan bantuan.
"Malah natap kaya gitu, serem tau gak? Lo mau bantuin apa gak?" geram Mira.
"Apa?" tanya Keysha apatis.
Mira sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Keysha, kepala ia tolehkan ke kanan dan ke kiri. Setelah dirasa aman, dia berbisik, "Bantuin gue PDKT sama Rizal."
Tubuh Keysha menegang cukup lama, otaknya masih mencerna apa yang dibisikkan oleh Mira. "Sibuk." Setelah mengatakan itu, Keysha berbalik badan dan melangkah menuju kamarnya. Mira menatap Keysha kesal, dia mengumpati sahabatnya yang meninggalkannya begitu saja. Mira menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu, pikirannya menerawang jauh memikirkan bagaimana caranya dia memulai pendekatan dengan orang yang berhasil merebut hatinya.
*****
Keysha mengikat rambut panjangnya asal, gadis itu menatap bunga pemberian Rizal siang tadi yang ia letakkan di meja belajarnya. Keysha bangkit dari duduknya dan mendekati meja belajar, tangannya terulur menggapai setangkai bunga mawar plastik berwarna putih yang terbungkus rapi. Telinganya berdengung saat monolog-monolog tentang Keysha, Mira, dan Rizal terus berputar bagai kaset rusak.
"Gue belum siap kehilangan sahabat gue."
"Apa gue harus ngelepas Rizal buat Mira?"
Di tengah segala monolog yang masih terngiang, tiba-tiba gawai yang ia telantarkan di kasur menjerit nyaring. Layar terus menyala, menandakan ada panggilan masuk. Dengan malas Keysha kembali ke tempat tidur, netra sayunya menatap heran nomor tak dikenal yang terus menghubunginya. Nomor itu sudah terhitung tiga kali menghubunginya sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...