Kalo udah diselimuti ego, mau sesalah apa pun bakal tetep ngaku bener.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Matahari pagi sudah menyoroti penduduk bumi dengan sinar hangatnya. Rona jingga perlahan memudar dari ufuk timur tergantikan dengan cerahnya warna biru yang mendominasi. Keysha mengerjapkan matanya, saat penglihatannya mulai normal dia melihat Rion yang masih tertidur di sofa pojok ruangan, sedangkan Arlin yang baru saja keluar dari kamar mandi yang berada di dalam ruangan dDokterAndi.
"Udah bangun, Key?" tanya Arlin.
Keysha mengangguk dan mengerjapkan matanya beberapa kali. "Hu'um. Lin, ke Mira yuk," ajak Keysha.
"Cuci muka dulu sana, bisa jalan 'kan?"
"Bisa atuh ah, gue kan cuma agak lemes bukan lumpuh," kilah Keysha. Dia bangkit dari duduknya dan merasakan punggungnya yang pegal-pegal ditambah nyeri pada tulangnya. Kakinya terseret ke arah kamar mandi untuk mencuci muka.
Setelah selesai, Keysha dan Arlin bergegas keluar dari ruangan Dokter Andi. Keysha sengaja tidak membangunkan Rion karena dia tahu bahwa Rion baru tidur pukul tiga pagi tadi. Arlin dan Keysha berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang nampak ramai, mereka berdua bertanya-tanya mengenai keadaan Rizal dan Mira. Rion, Fawaz, dan Rio nampaknya masih menutup mulut dari Arlin dan Keysha.
Saat menapaki anak tangga terakhir, pandangan Keysha terpaku pada salah satu pintu ruangan. Keysha ingat, bahkan sangat ingat, di sana ... dia mendengarkan bentakan yang sangat keras dari seseorang yang ia sayang, ia merasakan tamparan yang sangat menyakitkan dari seseorang yang ia sayang. Di sana, hatinya terasa hancur, hidupnya terasa tak lagi berguna. Ah, mengingatnya saja membuat Keysha ingin menangis.
"Key, lo enggak apa-apa?" tanya Arlin sembari memegang bahu Keysha yang sedang melamun.
Keysha tersentak kaget saat mendapat tepukan ringan dari Arlin. "Ah, iya, gue enggak apa-apa kok."
Mereka melanjutkan langkah menuju ruang UGD, namun sesampainya di sana yang mereka dapatkan hanya ruangan yang kosong tak berpenghuni. Keysha dan Arlin saling melempar pandangan bingung. Arlin merogoh saku celananya dan mencoba menghubungi Fawaz. Setelah perbincangan singkat disertai sedikit perdebatan melalui telepon, Fawaz memberitahu bahwa Mira dan Rizal dipindahkan ke ruang rawat biasa yang tak jauh dari ruang UGD. Arlin langsung saja mengajak Keysha untuk menemui mereka.
Kini mereka sudah berada di depan ruang rawat Rizal. "Kata kadal Jepang ini ruangannya Rizal, langsung masuk aja nih?" tanya Arlin pada Keysha.
"Ya sudah."
Arlin menarik tangan Keysha untuk memasuki ruangan. Kedatangan Keysha dan Arlin berhasil mengagetkan Fawaz dan Rio yang sedang duduk termenung di sofa. Sedangkan di atas brankar terdapat sesosok pria dengan selang oksigen menancap pada lubang hidungnya dan beberapa luka yang cukup membuat Keysha dan Arlin meringis melihatnya.
"Keadaan dia gimana?" tanya Keysha dengan suara seraknya.
Rio mengedikkan kedua bahunya dan menatap Keysha sayu. "Bisa lo lihat, gak bergerak. Dia koma," cetus Rio.
Keysha tersentak mendengarnya, mimik wajahnya memang biasa saja namun siapa yang tahu bahwa kini hatinya tengah dirundung kesakitan yang luar biasa saat mendengar seseorang yang ia sayang koma.
"Mira?" tanya Arlin skeptis.
Rio menyibukkan diri dengan ponselnya, Fawaz pun bungkam. Tak ada yang berani menjawab. Rio bahkan seakan menulikan telinganya ketika Arlin memanggil namanya beberapa kali. Sedangkan Fawaz sebisa mungkin ia menghindari kontak mata dengan kedua gadis di depannya. Fawaz menarik tangan Arlin untuk menjauh dari Rio dan Keysha, ada yang ingin Fawaz bicarakan dengan pujaan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...