32::Janji Rafa✅

54 8 0
                                    

Seenggaknya jangan ngumbar janji manis, takutnya kembali berakhir tragis.

🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻

Dua wanita berbeda usia terlihat sedang termenung di ruang tamu, udara dingin menyeruak memasuki ruangan. Disusul buliran air yang berlomba-lomba menginjak bumi, helaian kapas berwarna abu-abu nampak menggantung di atas sana. Wanita paruh baya itu tengah memaju mundurkan alat pelicin pakaian di depannya sedangkan gadis di sampingnya hanya terdiam mengamati.

"Keysha bikinin teh anget aja, ya?" usulnya.

"Boleh, bikin tiga, ya?" pinta Mbok Rum.

Keysha mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju dapur, di sana dia sibuk berkutat dengan teh, gula, dan air panas. Sayup-sayup dia mendengar suara Mbok Rum sedang mengobrol dengan seseorang yang Keysha yakini adalah seorang perempuan. Setelah semuanya selesai, Keysha meletakkan tiga cangkir teh hangat tersebut di atas nampan, kemudian membawanya menuju ruang tamu. Sesampainya di sana dia termangu melihat wanita yang sedang mengobrol dengan Mbok Rum. Keysha meletakkan nampan di meja, lalu mendudukkan dirinya di sofa, matanya terpejam mencoba menebalkan telinganya setelah mendapat tatapan tajam dari tamu yang datang.

"KAMU INI! BUNDA KHAWATIR NYARIIN KAMU, MALAH ENAK-ENAKAN DI SINI," pekik wanita itu.

Keysha membuka matanya perlahan. Tangannya meraih segelas teh di atas meja dan menyeruputnya sebelum akhirnya membalas, "Salah bunda sendiri. Udah ngunciin anaknya di kamar, di dapur gak ada makanan, yaudah Keysha ke tempat Mbok Rum aja."

Wanita yang datang itu adalah Sarah. Wanita itu kembali beberapa menit lalu dan tak menemukan Keysha di rumahnya, hingga matanya menangkap sepasang sandal milik Keysha bertengger manis di halaman rumah tetangganya. Keysha melirik keluar jendela, hujan sudah berhenti. Hanya menyisakan gerimis kecil yang tak terlalu berpengaruh. Kemudian dia menatap Mbok Rum yang sedang meminum tehnya.

"Mbok, Keysha pulang, ya? Makasih makanannya," pamitnya.

*****

Hamparan karpet hitam tergelar di atas sana, tak lupa dengan banyaknya cahaya kecil yang redup. Semilir angin menerpa wajah ayu gadis berambut panjang terurai, duduk di ayunan yang terdapat di taman belakang rumahnya, ditemani secangkir cokelat hangat dan buku novel di genggamannya. Gadis tersebut mendengar langkah kaki yang mendekat, disertai parfum dengan wangi yang cukup familiar di indra penciumannya. Gadis itu menoleh ke belakang, mendapati seorang lelaki yang tengah tersenyum lebar dengan tangan yang menenteng plastik berwarna hitam.

"Bawa apa?" tanyanya.

Lelaki itu mendaratkan tubuhnya di depan gadis yang sedang fokus dengan novelnya. "Tadi lewat, ada yang jual cilok, aku beli aja."

Gadis itu mengalihkan pandangan dari novel yang tengah ia baca, tangannya langsung membuka bungkusan plastik tersebut dan memakan isinya, lalu bergumam, "Enak."

"Kenapa kamu di luar? Dingin, Key." Lelaki itu menjulurkan tangannya untuk mengusap kecap yang tertinggal di pipi gadis cantik itu.

"Di ruang tengah aja yuk. Di sini sepi, Raf, lo bawain novel sama cangkirnya, ya!"

Keysha melenggang pergi dengan tangan yang menenteng sterofoam berisi cilok, sedangkan lelaki itu berdecak sebal karena ditinggalkan begitu saja. Namun dia tetap patuh untuk membawa novel dan secangkir cokelat hangat yang tinggal ampas, dia melihat Keysha yang sedang duduk di depan layar televisi yang menayangkan iklan sebuah makanan.

LINIMASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang