Bumi itu luas, masih banyak orang yang peduli. Kalau gak menemukan, ya, seenggaknya jangan sibuk mencari tapi menjadi.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Pagi ini udara dingin masih menyelimuti salah satu sudut kota Bandung, sisa hujan semalam masih menguar. Jejak genangan air di jalan masih menghiasi ramainya jalanan Kota Bandung. Gadis berambut panjang yang tubuhnya tergulung selimut itu nampaknya enggan untuk sekedar membuka matanya. Hawa pagi ini sangat cocok untuk sekedar mengistirahatkan penatnya pikiran.
Sementara di dapur, satu keluarga sedang melakuakan ritual pagi sebelum memulai aktivitas mereka.
"Mir, Keysha mana? Kok gak ikut sarapan?" tanya Denis di sela-sela makannya.
Gadis yang ditanyai oleh Denis menolehkan kepalanya dan menjawab, "Mira gak tau, Yah, masih dandan di kamar mungkin."
Gadis itu bangkit dari duduknya setelah meneguk segelas susu hangat buatan Sarah. "Biar Mira susulin ke atas, deh."
Alva merasa ada yang tidak beres, biasanya Keysha tak pernah meninggalkan acara sarapan bersama. Alva mengkhawatirkan adiknya sebab kemarin Keysha pulang dalam keadaan basah terkena air hujan, mengingat daya tahan tubuh Keysha yang mudah sakit Alva memutuskan ia sendiri yang akan mengecek Keysha.
"Biar gue aja," potong Alva, membuat Mira yang baru selangkah berjalan kembali berhenti, gadis berkuncir kuda itu menganggukkan kepalanya dan kembali terduduk di kursi.
Alva menaiki satu persatu tangga menuju kamar Keysha. Begitu sampai di depan kamar Keysha, Alva mengetuk pintu beberapa kali. Tak ada jawaban. Alva mengetuk sekali lagi, suara kunci diputar mengalihkan perhatiannya. Selang beberapa detik terlihat seorang gadis dengan muka pucat yang masih memakai piyama biru langit malam.
"Dek, kamu kenapa kok gak ikut sarapan? Kamu gak sekolah? Kok masih pake piyama? Kamu kok pucet? Kamu sakit?" Pertanyaan beruntun dari Alva membuat telinga Keysha berdengung.
Keysha merasa tubuhnya lemas, kepalanya pusing, dia menumpukan tangannya pada tembok, berusaha tidak terjatuh. Namun, Keysha merasa dunianya seakan berputar. Perlahan semuanya menggelap.
*****
Sesampainya Mira di dalam kelasnya, penghuni XI IPA 1 yang tadinya ricuh mendadak hening. Semua pandangan tertuju ke arah pintu masuk ruang kelas yang menampilkan seorang gadis bermata hazel. Mira yang merasa diperhatikan hanya mengerutkan keningnya, bingung.
"Kok tatapan kalian kaya pengen nerkam gue sih?" Mira bergidig ngeri melihat tatapan yang diberikan oleh teman-temannya.
Arlin mendekati Mira dan bertanya, "Amira, lo datang sendiri?" Arlin mengedarkan pandangannya mencari Keysha.
"Iya, gue sendiri," jawab Mira.
Beberapa teman kelasnya terdengar menghembuskan napas kecewa.
"Keysha mana?" Kali ini Hendrik yang bertanya.
"Dia sakit. Tumben kalian nanya? Biasanya bodoamat kalo ada yang gak masuk," ucap Mira sambil berjalan menuju bangkunya.
Gadis itu mendudukkan tubuh di bangkunya lalu melipat kedua tangannya di meja dan mendaratkan kepalanya di sana dengan posisi menyamping, melihat ke arah sosok lelaki dengan air muka khawatir yang begitu kentara.
"Keysha sakit apa, Mir?" tanyanya.
Mira yang melihat kekhawatiran di wajah lelaki berhidung mancung itu, hatinya berdesir, ada sedikit rasa cemburu di sana. Mira berusaha menepis pikiran-pikiran buruk yang hinggap di kepalanya, ia menganggap itu hanya pertanyaan biasa bagi seorang teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...