Masa lalu 'ada' untuk dijadikan pelajaran, bukan ajang untuk mengutarakan kebencian.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Keysha mengerjapkan matanya beberapa kali, pandangannya berkunang-kunang, kepalanya pening. Saat netranya menatap lurus ke langit-langit kamar berwarna putih, indra penciumannya mencium bau khas tempat ini, bau yang sampai saat ini masih Keysha benci.
"Huft, rumah sakit lagi," lirih Keysha.
"Makanya jaga kesehatan dong!"
Keysha terkejut bukan main saat mendengar sahutan itu, dia menatap manik hitam nan tajam milik seseorang yang berdiri di samping brankarnya. Pemilik mata tajam itu menatap Keysha seraya berkacak pinggang, Keysha masih belum bisa menormalisasi keterkejutannya. Keysha berusaha merubah posisinya menjadi duduk, matanya kemudian menatap lelaki di depannya dan bergumam, "Rafa?"
"Yeah, its me."
"Sejak kapan di sini? Terus lo ngapain?" tanya Keysha, matanya menatap tak suka ke arah Rafa yang tersenyum lembut.
"Sejak mata kamu masih tertutup, terus pas terbuka malah ngelamun, dan aku di sini mau jagain kamu," jelasnya.
"Seharusnya lo gak usah repot-repot jagain gue," ketus Keysha.
Rafa memandang Keysha secara saksama, wajah pucatnya sama sekali tak mengurangi paras cantiknya. "Why?" tanya Rafa.
"'Kan kita gak ada apa-apa."
Rafa meraih kursi yang berada tak terlalu jauh kemudian mendudukinya, dia menatap keysha lekat-lekat hingga gadis itu memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan agar tidak berkontak mata dengan Rafa. "Emangnya menjaga harus jadi apa-apa dulu, ya? Hei, aku lagi mencoba ngejalanin yang katanya mencintai gak harus memiliki."
"Gue bisa panggil suster."
Rafa menghembuskan napas lelah menghadapi keras kepalanya Keysha, dia menegaskan, "Aku gak mau pergi!"
"Raf, lo belum puas bikin hidup gue berantakan? Hidup gue bahagia sebelum lo kembali, lo kenapa jahat sama gue, Raf?" cicit Keysha, dia menangis. Rafa menarik Keysha kedalam dekapannya, namun Keysha memberontak.
"Aku minta maaf," gumam Rafa seraya mengusap rambut Keysha yang berada di dekapannya.
Bahu Keysha naik turun, Rafa dapat merasakan air mata gadis itu membasahi kemeja yang ia kenakan. Air muka Rafa terlihat penuh penyesalan, mata tajamnya melembut dengan tangan yang tak henti mengusap rambut Keysha.
"Kata maaf gak akan bisa ngembaliin semuanya, Raf."
Rafa menguraikan pelukannya lalu memegang kedua bahu Keysha, ia menarik napas dalam lalu bertanya, "Terus aku harus gimana biar kamu maafin aku?"
"Pergi!" sentak Keysha mendorong lengan Rafa.
Rafa hanya menghela nafas panjang, dia mengangguk dan mulai beranjak dari duduknya. Kalau boleh jujur, perasaan Rafa sama sekali tak berubah sejak setahun yang lalu. Rasa itu masih sama, bahkan saat dirinya pergi yang diingatnya hanya Keysha. Keysha adalah satu-satunya alasan mengapa ia nekat kembali ke tanah kelahirannya, Bandung.
Setelah memastikan Rafa benar-benar keluar dari kamar inapnya, Keysha menjulurkan tangan memencet tombol berwarna merah di samping brankarnya. Selang lima menit datanglah seorang wanita berpakaian putih yang tengah tersenyum manis ke arah Keysha. "Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanyanya.
Keysha tersenyum membalas senyuman wanita tersebut, kemudian menjawab, "Suster kalo gak sibuk, boleh temenin saya di sini enggak?"
Perawat itu melangkah mendekati Keysha seraya mengangguk, kemudian wanita itu mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di samping brankar Keysha. Sementara itu Keysha mulai mengeluarkan pertanyaan basa-basinya guna mengusir keheningan yang hinggap di antara dirinya dengan perawat rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...