Sampai saat ini, kehilangan paling menyakitkan adalah kematian.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Rion melajukan motornya di tengah hujan seperti orang kesetanan, jalanan yang sepi membuatnya nekat menancap gas di atas rata-rata. Hatinya seakan menyuruhnya cepat sampai di rumah sakit, ia tak menghiraukan bajunya yang kini sudah basah kuyup oleh air hujan.
Di tengah perjalanan dia terpaksa menginjak rem, di depannya lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Dalam hati dia merutuki lampu lalu lintas, ingin menerobos pun percuma, masalah akan datang dan pastinya akan memakan waktu.
Saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, dengan cepat Rion menancap gas dan menambah kecepatan lajunya. Tiga puluh menit kemudian dia sampai di parkiran rumah sakit, Rion meletakkan sembarang helmnya di motor kemudian langsung berlari memasuki rumah sakit besar di hadapannya.
Kakinya terpaku saat sampai di ruangan yang dituju, suara dari dalam sana terdengar ramai. Perlahan Rion memutar gagang pintu, yang pertama kali ia lihat adalah wajah damai gadis yang ia cintai.
"Rion," panggil wanita berambut panjang yang langsung memeluknya dalam keadaan basah.
"Mama." Rion mengangkat tangannya untuk membalas pelukan sang ibu. Pandangannya mengedar, rahangnya mengeras saat melihat lelaki dengan wajah penuh lebam yang duduk di samping brankar gadis pucat itu.
"Ma, Rion basah, nanti mama basah juga." Rion menguraikan pelukan mamanya, begitu Batya benar-benar menjauh dari tubuhnya Rion langsung melangkah ke depan dan melayangkan tinju pada lelaki yang memegang salah satu amplop berwarna hitam yang sangat Rion kenal.
"Ngapain lo dateng ke sini?" tanya Rion marah.
Lelaki itu mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan dari Rion. "Keysha adek gue, gue berhak ada di sini."
"Alvaro Aditya? Bukannya dulu lo yang ngusir dia? Lo yang bilang sendiri gak mau punya adek kaya dia," geram Rion yang hendak melayangkan tangannya lagi tapi ditahan oleh Alfheradi.
"Kasihan, dia tadi udah dipukulin sama Fawaz, yang ada anak orang lo bunuh." Alfheradi menghempaskan tangan Rion begitu saja.
Rion mendorong Alva agar menjauh dari tubuh Keysha. Rion mengusap puncak kepala gadis itu, ditatapnya wajah cantik yang kini tertidur dengan tenang. Rion mengembuskan napas lelah saat suara Alva menginterupsi.
"Ekhem, saya Alvaro Aditya. Selaku Kakak kandung dari Keysha Ayunindia mengucapkan banyak maaf jika ada perbuatan Keysha yang kurang berkenan. Saya juga ingin berterima kasih untuk yang sudah menjaga Keysha selama ini, saya benar-benar menyesal. Saya sudah memberitahu Ayah yang sedang bertugas di luar negeri mengenai berita ini, dan Ayah sedang terbang kembali ke Indonesia. Kalo bunda, beliau masih belum mengingat semuanya. Untuk Tante Batya dan Orion, saya pribadi mengucapkan banyak terima kasih dan maaf ke kalian." Alva menundukkan kepalanya dalam, menahan tangis.
Batya bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Alva. Batya mengusap bahu Alva yang nampak turun. "Manusia emang gak akan berubah kalo belum ketemu sama yang namanya penyesalan. Sekarang kamu ada di fase penyesalan itu, tapi bedanya penyesalan kamu udah gak ada gunanya, udah gak ada yang bisa diubah karena Tuhan udah bawa dia pulang."
"Sudah malam, lebih baik kalian pulang ke rumah. Keysha biar Mama, Rion, dan Alva yang mengurus," ucap Batya menatap satu per satu remaja yang ada di ruangan ini.
Mira yang menangis di kursi roda hanya menatap tubuh Keysha yang sudah tak berdaya. Jika saja tak ada operasi itu, mungkin kini Keysha masih bersama mereka semua. Mira mengacak rambutnya dengan teriakan tertahan dari mulutnya. Batya langsung mengampiri gadis itu dan menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...