Dia telah pergi ... jauh. Hingga aku tak lagi dapat menggapai senyumnya.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Keysha dan Rion turun dari mobil yang mereka tumpangi, Keysha mendongakkan kepalanya menatap rumah mewah yang berdiri kokoh di depannya. Dia sedikit melirik ke dalam sana, sudah banyak orang yang berpakaian serba hitam seperti dirinya. Keysha mengajak Rion memasuki rumah tersebut.
Saat di ruang tamu Keysha menemukan keempat sahabatnya sedang duduk lesehan beralaskan karpet, pandangannya jatuh pada keranda jenazah yang tertata rapi di sana. Air mata Keysha perlahan menetes lagi. Rion mengusap bahu Keysha mencoba menenangkannya dan menuntunnya ke arah teman-temannya.
Arlin langsung memeluk tubuh Keysha, mereka berdua menangis dalam dekapan masing-masing. Bukan hal yang mudah kehilangan sahabat yang bahkan mereka rasa baru dipertemukan beberapa bulan yang lalu. Kehilangan seorang sahabat, untuk selamanya membuat Keysha merasa seolah dunianya terhenti. Seorang sahabat, sekaligus orang yang pernah mengisi hatinya kini telah pergi.
"Rafa sama Al katanya lagi OTW," celetuk Rio yang sepertinya habis menangis.
Keysha memandang kosong keranda jenazah yang berada tak jauh di depannya. "Udah disholatkan?" tanya Keysha.
Rio dan Fawaz mengangguk memberi jawaban pada Keysha. Tatapan Keysha beralih pada Mira yang sedang menatap kosong ke depan. Keysha bangkit dari duduknya dan mendekati Mira yang terduduk di kursi rodanya. Keysha menyentuh punggung tangan Mira, hawa dingin yang dimiliki Mira bagai sihir yang menjalar ke dalam tubuh Keysha. Mira menatap Keysha yang berjongkok di depannya, air mata Mira menetes seiring menatap mata Keysha. Keysha bangkit dan memeluk Mira, Mira terpaku ... dia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Dirinya speechless.
"Jangan terlalu stuck di masa lalu, ayo maju lihat ke masa depan. Lo bakal nemuin orang-orang yang tulus sama lo."
"Thanks." Mira tesenyum tipis saat Keysha menguraikan pelukannya.
"Assalamualaikum," salam dua pemuda yang baru saja memasuki rumah Rizal.
"Wallaikumsalam," jawab semua orang serentak.
Keysha memandang kedua lelaki yang baru saja tiba. "Hai, Al, Raf!" sapa Keysha.
Rafa terkejut saat melihat Keysha yang berdiri di depan Mira, sedangkan berbanding terbalik dengan Al, kulkas berjalan itu masih setia dengan wajah dinginnya. Mungkin jika hujan meteor sekalipun dia tak akan pernah merubah raut wajahnya.
"Hai juga, gimana keadaan lo?" tanya Rafa.
"Baik."
Mereka semua dipersilakan duduk oleh orang tua Rizal, tiga puluh menit lagi mereka akan berangkat ke pemakaman untuk mengantarkan Rizal ke peristirahatan terakhirnya.
"Woy, Al, itu muka datar bener kek tembok Cina." Fawaz melempar kulit kacang pada Al hingga membuatnya menghadiahi Fawaz dengan tatapan tajamnya.
"Gue janji, kalo misal gue bisa liat Al ketawa atau bahkan nangis, gue bakal traktir lo semua." Keysha tersenyum mantap menatap teman-temannya.
"Gue pegang janji lo," ucap Rion, Rio, Fawaz, dan Rafa bersamaan.
Sedangkan Al hanya diam terlarut dalam lantunan Surah Yasin yang dibacakan oleh beberapa pelayat. Dari balik kacamata hitamnya dia dapat melihat senyum Keysha yang Al rasa itu bukan senyum yang tulus. Al menolehkan kepalanya pada Fawaz saat mendengar namanya dipanggil. "Apa?" tanyanya nyaris tak bersuara.
"Buka aelah kacamatanya, udah item-item baju lo gak usah pake kaca mata item lagi. Untung tuh muka putih," cerocos Fawaz yang tidak ditanggapi Al.
"Buka, Al. Enggak sopan tahu," desak Keysha.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...