25::Sekarang Kita Teman ✅

63 9 0
                                    

Terima aja apa yang terjadi, jalanin dan nikmati, bentar lagi juga mati.

🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻

Di dalam ruangan yang sepi ini sudah mampu membuat gadis berambut panjang itu tenang dengan beberapa buku novel dan secangkir coklat panas. Aroma petrikor memasuki indra penciumannya, segar. Di luar sana, ribuan tetes air hujan sedang berperang dengan atap-atap rumah warga, menimbulkan melody abstrak yang menenangkan.

Tok tok tok

"Key, ada Rizal di bawah."

Gadis itu mengembuskan napas lelah mendengar penuturan tersebut, dia menutup buku yang tengah ia baca lalu memandang pintu kamarnya yang tertutup. Andai saja satu hari dia mendapat ketenangan, pasti dia akan meloncat geringan di tengah kasur.

"Iya, Bunda," sahutnya dengan suara lantang.

Keysha segera turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar, di tengah-tengah anak tangga dia dapat melihat punggung seseorang yang terduduk di sofa ruang tamunya. Badan tegap yang terbalut kaos berwarna merah itu amat sangat Keysha kenali, bahkan ia senantiasa merindukan pemilik raga itu. Keysha berjalan mendekat, saat tepat di belakang sofa dirinya menyeletuk, "Ada apa?"

Kepala Rizal mendongak menatap Keysha sebelum membalas, "Gue mau lo jelasin semuanya."

Keysha menatap Rizal tak mengerti, ia menjatuhkan tubuhnya di sofa single. "Jelasin apa?" tanyanya pada Rizal.

Lelaki itu menyugar rambutnya yang basah karena terkena air hujan ke belakang, sorot matanya menatap Keysha dalam. Gadis yang ia sayang kini ada di depannya, sedang menatapnya dengan pandangan yang dia sendiri tak dapat mengartikannya.

"Lo sakit aja gue enggak tau, sebenarnya lo anggap gue enggak?"

Keysha mencoba menetralisir amarahnya, kepalanya ia dongakkan ke arah luar, dilihatnya hujan sudah cukup reda sehingga Keysha langsung menarik tangan Rizal keluar dari rumahnya. Keysha hanya takut jika masalahnya dengan Rizal didengar oleh orang-orang di rumahnya yang pasti akan menambah masalah baru.

Rizal mengerti, dia menarik Keysha menuju mobil yang ia bawa. Mobil itu membawa mereka menelusuri jalan, bersama dengan keheningan yang setia menemani. Sang hujan sudah pergi seiring perjalanan mereka, hujan hanya meninggalkan sesuatu yang membekas di permukaan bumi, sekumpulan air yang tertinggal di jalanan.

Rizal membawa Keysha ke sebuah danau buatan, tempatnya cukup sepi. Keysha bahkan baru tahu disini ada danau, matanya menatap kagum hamparan air di depannya. Mereka turun dari mobil dan duduk di ayunan kayu, ayunan itu terlihat masih bagus, meskipun Keysha yakin umurnya sudah tak lagi muda.

"Apa yang gue enggak tau lagi? Lo sakit gue enggak tahu, Key. Gue ngerasa enggak berguna kalo kaya gini."

"Lo bukan siapa-siapa gue, Zal." Nada suara Keysha amat sangat tenang saat mengatakan hal tersebut membuat Rizal menatapnya tajam.

"Gue pacar lo, Keysha."

"Gue mau putus," jelas gadis yang rambutnya tertiup angin, kakinya ia gerakkan agar ayunan yang ia duduki bergerak.

"Keysha Ayunindia," panggil Rizal dengan suara lembut.

"Apa itu susah? Lo hanya perlu nganggap gue bukan siapa-siapa, anggap aja kita enggak pernah ada apa-apa," tutur Keysha sembari menikmati desiran angin yang menerpa wajahnya saat ayunan itu terayun.

"Kasih gue alasan!" tuntutnya.

Keysha menghentikan laju ayunan yang ia tunggangi, netra sayunya beradu dengan tatapan elang milik Rizal. Hingga ia pun membuka suara dan berbicara, "Gue enggak bisa nerusin ini semua. Gue udah nyakitin hati seseorang, gue enggak mau lihat dia terluka lagi. Gue sayang sama dia."

LINIMASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang