Bintang itu kamu, aku amat sangat ingin memilikimu tapi aku sadar yang mengagumimu bukan hanya aku.
*****
"Ar, lo yakin ini rumahnya?" tanya Rion pada gadis yang sedang bertengger di boncengan motornya.
Gadis itu turun dengan susah payah dari motor ninja Rion, dengan suara sedikit meninggi dia memekik, "YA, LO PIKIR AJA SENDIRI!"
Pekikan gadis itu membuat telinga Rion berdengung, tak hanya itu, burung-burung pun terbang menjauhi pohon yang tak jauh dari keberadaan gadis itu. Rion menatap rumah minimalis yang dominan berwarna hijau di depannya. Gadis dengan rambut kucir kuda yang bernama lengkap Azwah Syerlina Haidan, kerap disapa Arlin oleh teman-temannya itu melenggang memasuki gerbang meninggalkan Rion yang masih setia bertengger di atas motor ninjanya. Rion sedikit menggerutu saat turun dari motornya, lelaki itu mendorong motor kesayangannya melewati gerbang dan memarkirkannya di halaman rumah itu.
Arlin mengetuk pintu kayu yang tertutup rapat berulang kali, hingga pada ketukan ke sekian, Arlin mendengar seseorang di dalam sana memutar knop pintu. Arlin mundur satu langkah menjauhi pintu, dengan Rion yang kini tepat berada di sampingnya. Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita setengah baya dengan baju daster berwarna cokelat yang melekat di tubuh dan perut buncitnya. Wanita itu tersenyum pada Arlin dan Rion.
"Halo, Tante, katanya Keysha lagi sakit, jadi kami mau jenguk Keysha," tutur Arlin.
Sarah memperhatikan Rion dari atas hingga bawah membuat Rion menegakkan tubuhnya dan berusaha memasang air muka senormal mungkin. Dirasa telah cukup memperhatikan Rion, Sarah menjatuhkan kembali pandangannya pada Arlin, lalu menjawab, "Keyshanya ada di dalam, masuk aja ke kamarnya, tapi pintunya jangan di tutup, ya."
Kedua remaja berbeda gender itu mengangguk patuh dan mengikuti Sarah dari belakang dengan langkah pelan. Tepat di depan tangga, kedua remaja itu menghentikan langkahnya karena wanita berbadan dua itu berhenti.
"Naik aja, saya mau ke kamar."
Sarah melangkahkan kakinya ke pintu kamarnya yang tak jauh dari tangga, Arlin dan Rion masih setia memperhatikan gerak-gerik Sarah hingga wanita setengah baya itu menghilang ditelan pintu berwarna cokelat.
"Bundanya Keysha hamil?" tanya Rion dengan tampang polosnya.
"Lo pikir Tante Sarah kenapa? Udah tahu perut buncit, ya hamil. makanya mikir tuh pake otak jangan pake dengkul."
Sekali lagi, Arlin menginjak keras kaki Rion membuat sang empunya meringis kecil. Arlin menapaki satu per satu anak tangga diikuti Rion yang masih meringis menahan nyeri di kakinya. Lelaki itu berkali-kali mengusap dadanya mencoba bersabar menghadapi Arlin yang sama galaknya dengan ibunya ketika sedang mengalami mood yang buruk.
"Satpam rumah gue perutnya buncit, berarti dia hamil juga dong?" tanya Rion lagi.
Arlin menghentikan langkahnya di tengah-tengah anak tangga menuju kamar Keysha, dia membalikkan badannya menghadap Rion yang sedang memasang wajah polos hingga rasanya Arlin ingin menggampar wajah tersebut. Gadis itu tidak menjawab, dia hanya menatap Rion seraya melipatkan tangannya di depan dada. Saat Rion hendak membuka mulutnya, tangan Arlin lebih dulu meraup wajah Rion dengan kasar. "Lo ngomong sekali lagi, gue dupak lo dari lantai dua!"
Arlin melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga yang tersisa, begitu sampai dia mengetuk pelan pintu kamar Keysha. Setelah mendengar sahutan dari dalam yang mempersilakannya masuk, Arlin membuka pintu tersebut. Dilihatnya seorang gadis berkulit pucat sedang terbaring di ranjangnya, Keysha terkesiap melihat Rion dan Arlin mendatanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...