Mencoba sembuh walau luka baru terus tumbuh.
🌻S E L A M A T M E M B A C A🌻
Di sebuah ruangan bercat putih, semua insan yang ada di dalamnya terlihat panik lantaran seorang gadis berwajah pucat sedang meracau dalam ketidaksadarannya. Gadis bername tag Keysha Ayunindia itu sama sekali belum membuka matanya sejak satu jam yang lalu membuat rasa khawatir tumbuh di benak teman-temannya.
"Suhu tubuhnya naik, Ay. Terus ini udah satu jam dia gak bangun. Gue takut terjadi apa-apa," tutur salah satu timkes UKS yang baru saja memeriksa Keysha.
"Kita bawa ke rumah sakit aja," desak Arlin.
"Jangan gegabah, Lin," tukas Ayuk pada Arlin.
"Lo mau sampe bikin Keysha sekarat? Pihak sekolah juga bakal ngerti, nanti biar gue yang bilang sama orang tuanya," sergah Arlin yang sudah panik karena racauan terus keluar dari bibir pucat Keysha.
Ayuk berpikir sejenak sebelum akhirnya dia mengangguk ragu. "Gue izin ke guru piket," pamitnya, dia berlari keluar dari UKS sementara yang petugas timkes membantu memapah tubuh Keysha.
Mereka ke rumah sakit menggunakan mobil sekolah, Arlin duduk di kursi samping kemudi, sedangkan Ayuk di kursi belakang menemani Keysha yang masih saja meracau dengan mata tertutup. Tangan gadis itu nampak erat menggengam lengan Ayuk membuat gadis tomboi itu semakin menatap Keysha panik.
"Kalian sudah hubungi orang tuanya?" tanya Bu Dian yang sedang memfokuskan pandangannya ke jalanan.
"Udah, Bu," jawab Arlin.
Di tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi harus berhenti karena lampu merah, Arlin berdecak kesal seraya memukul dashboard pelan. Gadis berambut sebahu itu ingin sekali mengumpat kalau saja di sampingnya tidak ada guru, lidahnya bahkan terasa gatal untuk mengumpati lampu lalu lintas yang tak kunjung berubah warna.
Arlin menghela nafas pelan, dia menolehkan kepalanya ke belakang. Dilihatnya kepala Keysha yang bersandar di bahu Ayuk, mulut yang tak berhenti meracau dan mata yang masih terpejam. Dengan perlahan mobil kembali melaju setelah Bu Dian dengan tak sabar menekan klakson, pasalnya mobil di depan mereka bergerak sangat lamban padahal lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.
Sesampainya mereka di rumah sakit yang letaknya tak terlalu jauh dengan sekolah, Keysha segera dibawa ke UGD oleh beberapa petugas. Arlin, Ayuk, dan Bu Dian menunggu di depan UGD. Bu Dian duduk tenang bersama Ayuk, sedangkan Arlin nampak gelisah. Tiba-tiba saja ponsel Arlin berbunyi nyaring membuat Bu Dian menatapnya tajam lantaran suara ponselnya dapat menganggu pasien lain. Arlin memamerkan gigi rapinya dan mulai meletakkan ponselnya di telinga.
Tanpa basa-basi gadis itu menyentak, "Apaan sih? Ganggu tau gak?!"
"Eh, Kadal Ragunan, si Keysha lo bawa kemana? Kok gak ada di UKS?" sahut orang di seberang telepon.
"Rumah sakit deket sekolah, Waz." Arlin memutus sambungan telepon sepihak saat melihat Denis dan Sarah berjalan ke arah mereka.
"Keysha mana?" tanya Sarah.
"Sedang ditangani dokter, Bu," jawab Bu Dian yang kini berdiri menjabat tangan orang tua Keysha.
Denis menuntun Sarah untuk duduk di kursi tunggu, tak lama seorang pria dengan jas putih kebanggaannya keluar dari UGD. Denis melepas tautan tangannya dengan Sarah kemudian bangkit dan mendekat ke arah dokter yang baru saja keluar.
"Dia kelelahan, apa sehabis check-up kemarin dia tidak meminum obatnya? Mungkin itu penyebab dia pingsan dengan waktu yang cukup lama. Dia juga butuh transfusi darah untuk membantu pengobatannya, dan untungnya ada stok darah yang cocok dengan Keysha," jelas Dokter Rian yang sudah cukup mengenal Keysha lantaran dia beberapa kali menangani gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINIMASA (END)
RandomMakhluk bumi, waktu bersamamu memang singkat, tapi cukup melekat. Hingga kau berada di ujung hayat, aku menyalahkan waktu karena tidak mempertemukan kita sejak dulu. Bersamamu memang sendu tapi tanpamu lebih terasa membelenggu. Aku pernah bertaruh d...