Tiga puluh sembilan

282 24 9
                                    

Kepulan asap datang dari sebatang rokok yang diapit Alvin dengan kedua jarinya. Pandangannya lurus ke depan, menikmati kesunyian taman sekolah dengan mulut yang aktif menghisap rokok lalu menghembuskan asapnya.

Ketenangan Alvin terusik saat seorang cewek duduk di sebelahnya dan langsung melingkarkan tangan di lengan kirinya. Tak lupa, kepala cewek itu ia sandarkan di pundak Alvin.

Alvin menggerakkan lengan tak suka dan melirik cewek di sebelahnya. "Apaan sih?"

"Kangen," kata cewek itu.

Mendengar itu, Alvin berdecak kesal dan mendorong cewek itu menjauh. "Gak usah deket-deket!" Cewek itu, Clarin, memasang wajah cemberut menatap Alvin. "Gak usah sok ngambek. Gak usah ganggu gue. Gue lagi kesel."

Sebuah senyum terbit di bibir Clarin. Cewek itu mendekat dan memiringkan kepala menatap Alvin. "Kenapa? Mau aku hibur?"

"Hm. Boleh. Dengan cara lo pergi dari hadapan gue."

"Alvin, ih."

"Apa?" tanya Alvin dengan garang.

"Kenapa sih? Siapa yang bikin kamu marah? Kasih tau aku, biar aku labrak dianya."

Merasa Clarin tak akan pergi secepat itu, Alvin pun menjatuhkan putung rokoknya dan menginjaknya, guna mematikan api. Lalu, ia beranjak pergi tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Meninggalkan Clarin yang berteriak memanggil namanya. Cewek itu tidak mengejar, karena ada seorang guru yang mendatanginya. Maklum, bel masuk sudah berbunyi semenjak sepuluh menit yang lalu.

Terlalu asyik berkutat dengan pikirannya, Alvin tak sadar jika saat ini kakinya melangkah ke kelas 12 IPA 1, kelas Oliv, dan berhenti tepat di depan jendela kelas. Cowok itu menyapukan pandang ke dalam kelas, lalu matanya berhenti pada sosok cewek manis yang tengah memperhatikan pelajaran dengan serius, Oliv.

"Sial. Ngapain ngeliatin dia," gumam Alvin setelah sadar apa yang ia lihat.

Tak mau berlama-lama di situ, Alvin kembali melangkahkan kakinya. Kini, tujuannya jelas, ke rooftop. Ia ingin mendinginkan pikiran dan tidur di sana saja, daripada kembali ke kelas dan malah mendengar ceramahan guru.

**

Alvin mengendarai motornya dengan pelan menuju gerbang sekolah, pandangannya fokus ke depan tanpa terganggu suara Farel yang meneriakkan namanya, menyuruh menunggu. Namun, Alvin menghentikan motornya saat matanya tak sengaja menatap seorang cowok dengan motor gedenya berhenti di depan gerbang sekolah. Walau cowok itu menggunakan helm fullface, Alvin tahu wajah siapa di baliknya.

Saat mengetahui Oliv berjalan ke arah cowok itu, Alvin benar-benar tak bisa mengalihkan pandangan. Terlebih, saat pengendara itu menaikkan kaca helmnya, lalu menaikkan alis. Alvin yakin sekali, di balik helm itu, dia memberikan ekspresi mengejek kepada Alvin. Hal itu semakin membuatnya kesal.

"Gue pikir lo udah cabut duluan, Vin."

Alvin menoleh ke kiri, dan mendapati Farel dengan motornya. Saat ia menoleh ke tempat semula, Arga beserta Oliv sudah menghilang.

Mengetahui itu, ia berdecak kesal dan melajukan motornya tanpa menanggapi pernyataan Farel sebelumnya.

"Lah, dia kenapa sih?" tanya Farel heran.

"Gak ngerti. Susulin, yuk," jawab Dimas, kemudian menjalankan motornya menyusul Aalvin, diikuti oleh Farel.

**

"Di rumah nggak ada orang, Vin?" tanya Farel saat masuk ke kamar Alvin, lalu merebahkan badannya di sebelah sang pemilik kamar yang sedang terlentang sambil bermain ponsel. "Gue laper, nih."

Just MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang