Dua puluh dua

696 59 5
                                    

Oliv mengawali pagi ini dengan suasana hati yang damai. Namun suasana damai itu langsung rusak oleh teguran Nirmala saat gadis itu sampai di ujung tangga.

"Sarapan dulu Liv, Mama udah selesai masak," kata Nirmala menata lauk pauk di atas meja makan.

"Males."

"Kamu punya maag loh, jadi makannya harus teratur. Gak boleh gak sarapan kayak gini."

Oliv memasang wajah malas dan berlalu pergi meninggalkan Nirmala yang menghela nafas lelah.

Oliv mengendarai motor matic-nya dengan kecepatan sedang. Tak perlu terburu-buru, lagipula saat ini kan masih pagi, tidak mungkin Oliv telat. Beberapa menit berkendara, motor Oliv memasuki halaman sekolah juga.

Sesampainya di kelas, seperti biasa kelas masih sepi. Hanya ada beberapa tas tanpa ada pemiliknya. Oliv menyempatkan diri untuk membuka selambu-selambu kelas lalu duduk di bangkunya dengan earphone yang menyumbat telinganya.

Oliv memejamkan mata, menikmati alunan musik yang mengalun merdu. Namun Oliv harus membuka mata saat earphone di telingan kanannya ditarik paksa.

"Lo, udah gue bilang jauh-jauh sama Alvin masih aja kegatelan."

"Maksudnya?"

"Gausah pura-pura gak ngerti deh!" seru Clarin. "Kemarin apa-apaan ha?! Kenapa ke kantin berduaan gitu? Terus kenapa duduk bareng juga?! Dasar kegatelan."

"Ini masih pagi Rin, jangan marah-marah," kata Oliv mencoba menenangkan Clarin.

"Mau masih pagi kek, siang kek, gue gak peduli. Terserah gue mau marah kapanpun dan dimana pun, bebas! Udah, gausah mengalihkan pembicaraan. Gue di sini cuma mau ngasih tahu ke lo, jangan nempel-nempel sama Alvin! Sampah kayak lo tuh gak pantes bersanding sama Alvin!"

"Gue gak kayak gitu kok. Alvin yang ngikutin gue ke kantin."

"Heh! Gak tahu diri banget lo bilang kayak gitu! Jangan mentang-mentang kemaren lo dibelain orang banyak, lo pikir gue takut sama lo. Enggak ya!"

"Masih pagi udah ribut aja," kata Ricko yang baru datang. Ia menuju bangkunya yang berada di belakang Oliv dan meletakkan tas disana. "Ada masalah apa lagi sih?"

"Bukan urusan lo!" sewot Clarin.

"Ini kelas gue, jelas ini jadi masalah gue juga." Clarin berdecak kesal mendengar ucapan Ricko. "Mending lo pergi deh, sebelum anak-anak kelas ini makin banyak yang dateng."

"Jangan banyak tingkah, lo berada dalam pengawasan gue." Setelah berucap seperti itu kepada Oliv, Clarin pergi dengan langkah kaki cepat.

"Ada apaan lagi?"

"Ah, biasalah, Alvin," jawab Oliv. Lalu cewek itu kembali memasang earphone kesayangannya. Sedangkan Ricko tengah sibuk sendiri dengan ponselnya.

**

Bangku-bangku di kelas 12 IPA-3 terlihat sudah dipenuhi manusia saat guru mata pelajaran jam pertama datang. Bu Endang selaku guru matematika wajib duduk di bangkunya lalu menyuruh ketua kelas memimpin doa. Setelahnya, guru itu membuka jurnal dan mulai mengabsen anak didiknya satu persatu. Semua nama yang dipanggil menyahut dengan sopan, sampai guru itu memanggil nama cowok paling terkenal nakal di sekolah ini. Bukannya sahutan sopan yang ia dapat, melainkan tak ada respon.

"Alvin Pradipta," panggil Bu Endang sekali lagi. Namun tetap saja tak ada sahutan. "Alvin bolos lagi?"

"Gak tahu Bu, belum ada keterangan," jawab sekretaris kelas.

Saat Bu Endang akan meneruskan acaranya mengabsen, ada ketukan yang berasal dari pintu kelas yang dibiarkan terbuka. Dari sana, Alvin dengan seragam yang masih rapih melangkahkan kaki menuju bangkunya tanpa memberi salam kepada guru yang ada di depan.

Just MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang