Dua puluh enam

526 59 4
                                    

Hari senin tiba. Seperti biasa, Oliv berangkat pagi, mengikuti upacara rutin hari senin, dan pergi ke kelas siap mendengarkan penjelasan guru. Namun bedanya, hari ini Oliv sendiri, tak ada Vania di sebelahnya, tak ada orang yang mengajaknya mengobrol saat pelajaran. Karena Vania masih berada di luar kota.

Bosan mendengarkan penjelasan guru, tangan Oliv meraba laci meja, mengambil sepucuk surat yang tadi belum sempat ia baca.

Halo Oliv, bagaimana keadaanmu? Aku harap baik. Karena aku tidak suka melihat kamu sakit.
—D

"D. Siapa sih lo sebenarnya?" tanya Oliv dalam hati.

Oliv memang sudah tak memusingkan surat itu. Karena surat itu sudah datang kepada Oliv sejak ia berada di kelas 11 semester dua, tapi sampai sekarang pengirimnya tidak pernah muncul. Namun terkadang, Oliv merasa ingin tahu siapa pengirimnya. Hanya untuk berkata tak usah repot-repot mengiriminya surat.

Karena Vania tidak masuk, Oliv pun duduk di kantin sendirian. Sebenarnya tadi ada beberapa temannya yang mengajak ia ke kantin, namun ia menolak secara halus. Bukannya apa-apa, ia masih sibuk mencatat materi biologi tadi.

Saat ia tengah menikmati semangkok bako pesanannya, ada beberapa orang yang duduk di depan Oliv. Ia mendongak, dan mendapati Clarin beserta kedua temannya duduk di sana. Mengumbar senyum menatap Oliv. Yang Oliv pastikan senyum itu pertanda tidak baik.

Oliv memutuskan pindah meja saja. Namun saat ia berdiri hendak mengangkat mangkok, Clarin menginterupsi kegiatannya. "Mau kemana?"

"Mau pindah meja."

"Kenapa?"

"Hm, gue takut ganggu kalian," jawab Oliv.

"Udah duduk aja. Harusnya lo seneng dong Clarin mau makan bareng lo," kata Viona tanpa memandang Oliv, tengah sibuk dengan sepiring siomay nya.

Oliv masih ragu mau duduk, namun Siska juga menyuruhnya duduk. Ralat, memaksanya duduk. Mau tak mau Oliv menuruti perkataan mereka, daripada ia kenapa-kenapa kan berabe. Apalagi tidak ada Vania di sini.

"Tumben lo sendiri. Bodyguard lo si Vania itu kemana?" tanya Clarin seraya menyuap satu sendok nasi goreng.

"Vania temen gue."

"Ya ya terserah," kata Clarin setelah menelan makanannya. "Kemana?"

"Gak masuk," jawab Oliv singkat.

"Kalau di tanya tuh jawab yang lengkap dong," seru Siska galak.

"Eh, i-iya. Dia ke luar kota." Oliv sedikit tersentak mendengar seruan Siska. "Neneknya meninggal," lanjutkan karena Clarin masih menatapnya menuntut penjelasan.

"Neneknya? Yang mana?" tanya Clarin mengerutkan alis.

"Kok lo kepo banget beb, kenapa?" tanya Viona.

"Cuma pengen tahu aja."

"Nenek dari pihak ibu," kata Oliv yang tidak mendapat jawaban apapun dari Clarin. Cewek itu seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Merasa keadaan baik-baik saja, Oliv kembali makan. Namun baru akan mengarahkan semdok ke mulut, Siska berkata, "bodyguard lo gak ada, jadi jangan macam-macam, karena kita bisa lakuin apapun ke elo sesuka hati."

"Ah, bener tuh," sahut Viona. "Jangan deketin Alvin kalau gak mau berurusan sama kita-kita."

"Gue gak pernah deketin Alvin," gumam Oliv pelan.

"Eh BTW, hari ini gue kok belum ketemu sama bebeb gue ya?" tanya Clarin.

"Palingan juga lagi bolos," jawab Siska.

Just MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang