Oliv membawa satu cup plastik pop ice di tangannya, yang sesekali ia sedot sembari melangkahkan kaki menuju kelas. Segarnya pop ice coklat ini mampu mendinginkan kepala Oliv, menghilangkan kemarahan yang sempat kembali memuncak karena Clarin.
Ia menengok ke kanan saat merasakan seseorang berjalan di sebelahnya. Ternyata itu Rolan, atau lebih dikenal sebagai Darel oleh Oliv, tengah tersenyum menatap cewek itu. Kali ini, seulas senyum sudah bisa hadir di bibir Oliv, tanpa terlihat terpaksa.
"Mau ke kelas?" tanya cowok itu yang diangguki Oliv.
Hening sejenak. Oliv terlalu sibuk memperhatikan jalan. Sedangkan Rolan sesekali melirik Oliv, mencari kata yang tepat untuk membuka obrolan. Namun, seberapa keras ia berpikir, ia tak menemukan kalimat basa-basi yang cocok.
"Gue liat-liat ... lo makin deket sama Alvin. Iya?"
Oliv menoleh sejenak, kemudian berucap, "Enggak juga. Kenapa?"
"Gue nggak suka."
Kalimat itu menimpulkan kernyitan di alis Oliv. "Maksudnya? Sori, gue gak paham."
"Gue nggak suka, Oliv," kata Rolan dengan nada tegas. Ia pun menghentikan langkah, membuat Oliv mau tak mau ikut berhenti. "Lo paham 'kan, gue suka sama lo."
"Iya ... terus?"
"Alvin nggak cocok buat lo. Dia bukan cowok yang baik. Mending lo sama gue, dan kebahagian lo akan terjamin."
Kekeh pelan meluncur dari bibir Oliv. "Apaan sih, Rel."
Cewek itu kembali menghadap depan dan mengayunkan kakinya. Namun, langkah Oliv terhenti saat Rolan dengan cepat mencengkram lengan kananya, menahannya melangkah.
"Gue serius."
"Darel ... lo kenapa?"
"Gue suka sama lo. Kurang jelas? Gue nggak suka lo deket sama Alvin. Jauhin dia."
Oliv menggerak-gerakkan lengannya yang berada dalam cengkraman Rolan. Ingin sekali ia menghempas tangan cowok itu, tapi sayangnya tangan kiri Oliv dengan memegang pop ice, sehingga tak bisa berbuat banyak.
"Darel ... ini sakit ...," katanya jengkel saat cengkraman Rolan menguat.
"Makanya, turutin kata-kata gue."
"Gue gak ... mau ...!" Pandangan Oliv menatap sekitar, tetapi para siswa siswi yang melewati koridor ini seakan tutup mata, mengabaikan tatapan minta tolong Oliv.
"Harus mau!"
Sentakan Rolan itu sedikit membuat Oliv berjengit. Karena seingatnya, Rolan adalah sosok lelaki yang ramah dan lembut, paling tidak saat di dekatnya.
"Ngapain lo?!"
Sebuah seruan dari arah kanan Oliv membuat dua orang itu menolehkan kepala. Di sana, Alvin berjalan cepat menghampiri Oliv dan Rolan. Ia langsung menghempaskan lengan Rolan dan menggengam dengan lembut tangan Oliv yang tadinya dicengkram Rolan.
"Yang lembut kalau sama cewek!"
Senyum miring terukir di bibir Rolan. "Kayak lo pernah lembut ke Oliv aja. Yang ada, lo malah jadiin dia babu, bahan taruhan, terus ... apa lagi nanti?"
Bukan seruan, hanya tatapan dingin yang ia tampilkan kepada Rolan. Karena, apa yang Rolan katakan itu semuanya benar, dan Alvin sadar itu.
"Kicep kan lo. Minggir sana, ini urusan gue sama Oliv."
Alvin menengok ke arah Oliv yang berada di balik pungungnya. Cewek itu tengah menatap lurus ke arah Rolan, kedua alisnya menyatu, dan ia mengeratkan gigi. Sebuah kesimpulan menghampiri Alvin, cewek ini sedang marah, dan tambah marah karena perlakuan Rolan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...