Pagi Oliv sudah pait saat datang ke meja makan dan mendapaati muka judes papanya. Tak memperdulikan itu, Oliv duduk di salah satu kursi, di sebelah Kenzo. Dengan santainya ia memakan sarapannya.
Kenzo menatap mamanya bingung, karena atmosfir meja makan terasa dingin, tak seperti biasanya. Mama hanya menyunggingkan senyum, dan menggeleng pelan.
Sedangkan Oliv, dia berusaha keras menampilkan raut datar, walau hatinya dongkol karena papa mengabaikannya.
"Mau tambah lauk, Sayang?" tawar Nirmala, bermaksud memecah keheningan ini.
"Gak," ketus Oliv.
Nirmala mengangguk, kembali sibuk dengan makanannya sendiri.
Saat Oliv berusaha mengambil minum yang jaraknya cukup jauh dari dia, Nirmala membantu mengambilkan, namun Oliv menatapnya tajam.
"Gak perlu."
"Oliv...," kata Zidan dengan suara rendah.
"Apa?" tanyanya sembari menuangkan air.
"Yang sopan."
Oliv berdecak, kemudian berucap, "Itu aja terus, Oliv bosen dengernya, Pa."
"Makanya lakuin, biar papa gak bilang itu terus."
Nirmala ingin menengahi, tapi tangannya dipegang oleh Kenzo yang duduk di depannya, cowok itu menggeleng pelan.
Gadis itu menghabiskan minumannya dulu, kemudian berucap, "Gak akan."
Mendengar itu, Papa menaruh alat makannya dan menatap Oliv sepenuhnya. "Dia mama kamu, Liv, yang sopan!"
"Bukan." Nafsu makan Oliv hilang seketika, ia menaruh alat makannya dan berdiri.
"Mau ke mana?"
"Sekolah."
Oliv berbalik, akan melangkah saat suara Zidan terdengar, "Mau pergi gitu aja? Lari dari masalah?"
Saat Oliv berbalik, sang papa ternyata sudah berdiri di depannya. "Oliv mau sekolah. Emangnya kalau Oliv telat, papa peduli?"
"Kamu kapan berubah sih Liv? Jangan kekanak-kanakan."
Mulut Oliv sedikit terbuka, tak percaya oleh perkataan sang papa. "Kapan Oliv kekanak-kanakan? Kapan, Pa?"
"Ini apa namanya kalau bukan kekanak-kanakan?"
"Apa?! Apa yang Oliv lakuin?!" Tanpa sadar, suara Oliv naik satu oktav.
"Gak sopan sama mama, marah-marah gak jelas, pergi gitu aja saat pembicaraan belum selesai, apa namanya kalau bukan kekanak-kanakan?"
"Jadi, Papa lebih suka Oliv terus di sini dan marah-marah? Yang ada, Papa makin marah! Dan lagi, hak aku mau berlaku kayak gimana. Mau sopan kah, gak sopan kah, itu urusan aku, Pa! Papa ada hak ikut campur?!"
"Papa ini orang tua kamu, papa berhak mencampuri kehidupan kamu."
"Terus, aku yang anak papa ini gak berhak mencampuri kehidupan Papa?"
"Ber—"
"Papa mau bilang berhak? Iya? Emangnya waktu Papa mau nikah dulu, papa minta izin sama aku? Enggak, 'kan?! Gini deh, emang waktu Papa sama mama pisah, kalian minta izin sama aku? Ada niatan ngasih tau aku? Enggak ada, 'kan? Tiba-tiba mama pergi, dan Papa gak ngasih kejelasan apa-apa. Malah, nenek yang nenangin aku, nenek yang ada di sisi aku saat aku bingung, nenek yang ngurus aku, Pa! Di saat Papa sibuk sama kerjaan dan mama entah hilang ke mana!" Mata Oliv panas, ia tak berani berkedip, karena saat berkedip, ia yakin air mata akan jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...