"Sorry, Liv, gara-gara gue kita gak jadi makan," kata Vania.
"Gak apa-apa, masih ada istirahat kedua, 'kan," kata Oliv. "Mending sekarang buruan ke kelas."
Vania mengangguk dan mereka berdua berjalan ke luar kantin. Rencananya mereka mau makan, tapi sesampainya di kantin, Vania tiba-tiba teringat kalau dia belum mengerjakan tugas. Oliv ikut ke kelas, karena dia tidak mau makan sendirian di kantin.
Di depan kantin, langkah mereka terhenti karena melihat Alvin berjalan sendirian ke arah kantin. Alvin ikut menghentikan langkah dan menatap Oliv dengan datar. Tak mau kalah, Oliv juga ikut menatap Alvin dengan datar. Cewek itu menggandeng Vania, mengajaknya berjalan. Namun saat melewati Alvin, lengan Oliv dicengkeram oleh cowok itu sehingga langkah Oliv terhenti.
"Ikut gue," kata Alvin seraya menarik tangan Oliv.
"Kemana?" tanya Oliv yang berusaha lepas dari Alvin. Cewek itu tetap mempertahankan genggamannya di tangan Vania.
"Ikut aja." Badan Oliv tertarik maju karena Alvin menariknya dengan keras, genggamannya di tangan Vania pun terlepas. Oliv tidak memberontak, karena sepertinya percuma saja.
Alvin menghentikan langkah di dalam greenhouse yang berada di samping kantin. Alvin duduk di bangku panjang yang memang diletakkan di sana. Cowok itu menepuk sisi sebelahnya, mengisyaratkan Oliv untuk duduk. Cewek itu menurut.
"Kenapa?" tanya Oliv setelah sekian detik menunggu tapi Alvin tak kunjung bicara. "Kenapa Vin?"
"Gue ... hmm."
"Kenapa?" tanya Oliv sekali lagi. Namun Alvin tetap saja membisu. "Kalau lo gak mau bicara, gue ke kelas, ya."
Oliv berdiri, namun lengannya ditahan oleh Alvin. Cowok itu mengisyaratkan Oliv untuk duduk kembali.
Alvin berdeham pelan dan menatap Oliv. "Sorry," katanya dengan pelan.
"Apa?" tanya Oliv yang tak percaya akan pendengarannya.
"Gue ... anu, gue minta maaf."
"Buat?"
"Buat yang waktu itu. Karena udah ngebentak lo."
"Lo beneran minta maaf?" tanya Oliv. Alvin mengangguk. "Tapi kok gitu?"
"Gitu gimana?"
"Lo gak tulus ya minta maaf sama gue?"
"Apaan sih? Gue tulus."
"Kalau tulus, bisa kan pakai cara baik-baik."
Alvin sedikit memiringkan kepalanya. "Bagian mananya yang gak baik?"
"Lo tadi narik-narik tangan gue."
"Terus kenapa?"
"Hah?" tanya Oliv spontan. "Oh oke, lo minta maaf aja tetep kasar, ya."
"Emang sifat gue gini." Oliv menganggukan kepala. "Gue udah minta maaf, dimaafin, 'kan?"
"Hm, iya."
"Iya kok muka lo ditekuk gitu."
"Ya lagian, lo minta maafnya gitu banget."
"Terus gimana?" Oliv mengangkat kedua bahunya. "Yaudah istirahat kedua nanti gue jemput ke kelas lo, kita ke kantin bareng."
"Ngapain? Gue bisa sendiri."
"Sebagai permintaan maaf gue."
"Ta—"
"Gue bayarin makan," kata Alvin. "Udah, pokoknya nanti tunggu gue aja, jangan ke kantin sebelum gue datang."
"Lo minta maaf tapi tetep aja maksa," kata Oliv mengerutkan alis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...