Beberapa menit berkendara, kini Oliv sampai di depan rumah mewah yang cat luarnya dominan putih. Setelah mengetok pintu beberapa kali, sosok sahabat Oliv keluar dari balik pintu.
"Cepet banget. Lo dari cafe langsung ke tempat gue?"
"Iyalah, masa gue pulang dulu."
"Siapa tahu," gumam Vania. "Yaudah masuk yuk."
Vania mengajak Oliv ke kamarnya. Tanpa banyak kata, Oliv langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk Vania.
"Gue udah jauh-jauh kesini, masa gak ada apa-apa sih?"
"Iyaa gue paham. Tenang aja deh, stok makanan di kulkas gue masih banyak kok."
"Oke, ambilin yang banyak ya, tolong."
Oliv tersenyum melihat Vania keluar kamar. Seraya menunggu Vania kembali, Oliv menyapukan pandangan keseluruh kamar. Tak ada yang berubah, semuanya tetap sama. Masih banyak terpajang foto mereka berdua di sana, dan Oliv berharap foto itu tidak akan pernah menghilang, sampai kapanpun.
"Tadaa, makanan telah datang, selamat menikmati tuan putri," kata Vania yang kembali membawa beberapa snack dan minuman.
"Terimakasih Vania, kau memang pelayan yang perhatian," kata Olivia dengan senyum manis. Vania tak marah, ia malah terkekeh pelan. "Rumah lo sepi Van, orang-orang kemana?"
"Bokap ke luar kota, kalau nyokap gue lagi keluar sama temen-temen arisannya," jawab Vania. "Makanya gue nelfon lo, soalnya gue sendirian di rumah."
"Gitu ya, nelfon gue kalau ada perlunya doang."
"Nggak gitu lah. Gue kan bukan temen musiman, yang dateng kalau ada butuhnya doang."
"Santai mbak, gitu banget ngomongnya," kata Oliv yang kemudian tertawa.
"Iyee, udah santai ini. Santai kayak di pantai."
"Terus, sekarang kita mau ngapain?"
"Gak tahu," balas Vania santai.
"Lah, kok gak tau sih."
"Ya gak tahu. Gue tadi nyuruh lo kesini karena gue males sendirian aja. Tapi sekarang gue bingung mau ngapain."
"Yaudah." Oliv kemudian diam, ia sibuk dengan makanannya. Sedangkan Vania, ia membuka-buka media sosialnya.
"Eh, lo udah mandi belom?" tanya Vania.
"Udahlah. Emangnya elo, belom mandi."
"Kok lo tahu kalau gue belom mandi."
Oliv langsung menatap Vania yang menunjukkan senyum lebarnya. "Pantesan aja daritadi ada bau-bau gak sedap," kata Oliv. "Mandi sana." Cewek itu melemparkan bantal ke arah Vania.
"Iya iya gue mandi." Vania bangkit dan masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. "Jangan ngintip lo."
"Sorry, gue gak minat. Gue lebih minat ngehabisin makanan di depan gue."
"Jangan dihabisin Liv, gue juga mau," teriak Vania dari dalam kamar mandi.
"Gue habisin," balas Oliv dengan suara tak kalah kencang. Tak ada balasan dari Vania, hanya terdengar suara shower yang menyala.
Sembari menunggu Vania, Oliv merebahkan tubuhnya di kasur dan memainkan ponselnya. Ia membuka youtube, melihat-lihat trailer film terbaru.
Beberapa saat kemudian Vania keluar dari kamar mandi sudah memakai pakaian lengkap. "Gak lo habisin kan?" ia berjalan ke arah Oliv dan merebahkan diri di sampingnya.
"Tenan aja, masih ada banyak kok," balas Oliv yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Lagi ngapain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...