"Lo diem tapi gak merhatiin Bu Anin yang ngejelasin di depan, mikirin apaan lo?" tanya Dimas yang duduk di sebelahnya.
"Bukan apa-apa," jawab Alvin.
"Mikirin cewek ya?" tanya Farel yang duduk di depan mereka. Cowok itu menyender di dinding dan menoleh kearah Alvin.
"Cewek mulu deh pikiran lo," kata Dimas.
Sebelum Farel dan Dimas adu mulut, Alvin menjawab, "Gue cuma lagi mikir."
"Mikir apaan?"
"Gue bosen, gue butuh mainan baru."
"Tuh kan bener, si Alvin mikirin cewek. Makanya lo jangan ngeyel kalau gue bilangin," kata Farel penuh kemenangan.
"Bisa diem gak lo."
"Enggak," jawab Farel yang makin membuat Dimas kesal. "Yaudah tinggal nyari apa susahnya sih Vin. Atau lo mau gue cariin? Yang tipe gimana? Kayak Clarin?"
"Dih, ogah gue yang setipe sama Clarin," jawab Alvin cepat.
"Tapi cewek lo dulu kan setipe Clarin," kata Farel.
"Enggak ya. Dia emang badgirl, tapi gak ganjen kayak Clarin."
"Terus sekarang lo nyari yang kayak gimana?" tanya Dimas yang sedari tadi diam.
Alvin mengulas senyum miring. "Gue mau cewek yang biasa-biasa aja. Yang polos, baik. Kayaknya seru deh."
"Eh, serius lo mau yang kayak gitu?" tanya Farel yang diangguki oleh Alvin.
"Tumben. Kenapa?"
"Pengen aja," balas Alvin.
"Sorry nih Vin, gue gak setuju kalau cewek baik-baik gitu lo jadiin mainan," kata Dimas.
Farel memandang Dimas heran. "Kenapa? Bukannya seru?"
"Apanya yang seru? Yang ada gue malah kasihan. Cewek kayak gitu gak pantes di buat mainan."
"Terserah lo sih. Gue ini yang mau nyari mainan. Lo setuju atau enggak gue bakalan konsisten sama pilihan gue."
"Dasar, keras kepala," desis Dimas.
Mereka kembali diam. Memperhatikan Bu Anin yang menjelaskan materi Matematika di depan kelas.
"Eh guys, udah denger berita terbaru belum?" tanya Farel.
"Berita apaan?" tanya Dimas.
"Kemarin sore ada tawuran di depan sekolah."
"Halah, kalau itu sih gue udah tahu."
"Tapi lo belum tahu kan apa yang terjadi sama para pelakunya." Dimas menggeleng, sedangkan Alvin hanya diam.
"Mereka, semua yang ikut tawuran kemarin, di skors satu minggu."
"Anjir, gue juga mau dong gak masuk sekolah satu minggu," kata Dimas.
"Maksud lo si Rolan sama temen-temennya mulai hari ini gak masuk sekolah?" tanya Alvin. Farel mengangguk semangat. "Mereka mah udah kebal sama yang namanya skors, kenapa gak dikeluarin aja sih."
"Tau tuh, gue maunya sih dia get out dari sekolah ini. Ngeliat tampang dia aja udah bikin gue enek," kata Farel berapi-api.
"Tapi ya—"
Omongan Dimas terhenti karena suara keras dari depan. Ternyata Bu Anin memukulnya penggaris kayu ke meja guru. "Kalian yang ada di pojokan, niat dengerin saya atau niat ngobrol?"
"Niat ngobrol dong bu," kata Farel tercengir lebar.
"Yasudah, kalian bertiga maju ke depan, gantiin saya menjelaskan." Cowok yang bersangkutan malah diam di tempat. "Ayo maju sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...