Dua

1.4K 163 21
                                    

Pukul 15.56 Oliv sampai di rumahnya. Saat Oliv membuka pintu, rumah Oliv terasa sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan sekecil apapun. Oliv tak peduli, dengan santai ia menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia menaruh tas dan menghempaskan tubuhnya di kasur king size miliknya. Oliv menghela nafas, ia menatap langit-langit, memikirkan kegiatannya setelah ini seraya mengistirahatkan badannya yang lelah setelah beraktivitas seharian. Beberapa menit kemudian ia bangkit dan berjalan ke kamar mandi.

Hanya sepuluh menit waktu yang dibutuhkan Oliv untuk membersihkan dirinya. Kini ia sudah rapi dengan kaos biru lengan pendek dan celana jeans panjang. Oliv duduk di depan meja riasnya, memoleskan bedak di wajah putihnya, tak lupa memakai lipbalm agar bibirnya tidak kering. Rambutnya yang pendek hanya ia sisir saja, tanpa ia apa-apakan lagi.

Setelah merasa rapi, ia mengambil totebag dan mengisinya dengan buku matematika, kini ia sudah siap mengendarai motornya membelah jalanan ibu kota.

**

"Terimakasih mbak," kata Oliv ramah saat pelayan cafe membawakan pesanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terimakasih mbak," kata Oliv ramah saat pelayan cafe membawakan pesanannya.

Cafe dengan nuansa monocrom ini memang menjadi favorite Oliv dikala ia bosan di rumah. Pelayannya yang ramah dan penataan tempat duduk yang menyediakan kursi untuk satu orang menambah nilai plus di mata Oliv.

Oliv menenggak sedikit minumannya kemudian ia kembali fokus mengerjakan tugas matematikanya. Tak ketinggalan earphone di kedua telinganya menyenandungkan irama lagu merdu.

Tanpa sepengetahuan Oliv, di pojok cafe ada seorang laki-laki yang memperhatikan tingkah laku Oliv sedari tadi.

"Alvin Pradipta! Jangan ngelamun woi."

"Apaan sih Rel," gerutu Alvin.

"Dari tadi Dimas ngajakin lo ngomong malah lo anggurin doang," kata Farel. "Lo lagi ngelamunin apaan sih? Jangan bilang kalau ngelamun jorok."

Alvin berdecak dan memberikan tatapan tajam kepada Farel yang dibalas senyum lebar oleh Farel. "Lo bilang apa Dim?"

"Si Arga nantangin lo balapan motor, lo bisa nggak?"

"Si bangsat satu itu nantangin gue lagi?" Senyum miring terlukis di bibir Alvin. "Kapan?"

"Nanti malam."

"Oke. Bilangin, siap-siap nahan malu, karena kali ini dia bakalan kalah lagi."

Dimas mengangguk, kemudian cowok itu mengetikkan serangkaian kata balasan untuk Arga yang sedari tadi mengirimnya pesan.

"Oke, jam sama tempat nya yang kayak biasanya." Alvin mengangguk mendengar ucapan Dimas.

"Sorry guys, gue nanti malam gak bisa ikutan," kata Farel.

"Kenapa?"

"Gue udah ada janji," kata cowok itu.

"Janji sama Marsya?" tanya Alvin yang ditanggapi cengiran lebar oleh Farel.

Just MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang