"Lo apa-apaan, sih?! Lepasin!" seru Oliv.
Saat mereka sudah keluar dari perpustakaan, Alvin baru melepaskan genggamannya dan menatap Oliv yang kini melayangkan tatapan tak suka.
"Lo ternyata bisa marah juga, ya? Kenapa selama ini pura-pura lemah?"
Alis Oliv mengernyit mendengar itu. Namun, mulutnya terkatup rapat, tak ada kata-kata yang keluar dari situ.
"Lo ngeselin banget, sih?!"
Dengan santainya Alvin mengendikkan bahu. "Sejak kapan lo akrab sama Rolan?"
Alis Oliv mengernyit mendengar pertanyaan Alvin itu. "Bukan urusan lo."
"Gue nanya, Oliv. Kalau gue nanya, lo harus jawab." Tak ada satu patah kata pun yang didengar oleh Alvin, yang cowok itu terima hanyalah tatapan tak suka dari Oliv. "Jawab, Liv!"
"Gue gak akrab sama Rolan."
"Lha itu tadi? Ngapain dua-duaan sama dia di perpus gitu?"
Kerutan alis Oliv makin dalam. "Terus, ada yang salah?"
"Ada!" sentak Alvin.
"Apa yang salah?"
Mulut Alvin terbuka, tapi sedetik kemudian kembali mengatup. Ia menatap Oliv yang memandangnya lekat-lekat. "Gak! Gak ada yang salah!"
"Tadi katanya ada, gimana sih lo?"
"Udahlah, gak usah dibahas. Gue bilang gak ada ya gak ada."
"Aneh lo," desis Oliv. "Ngapain lo nemuin gue?"
Kini, ganti Alvin yang mengernyitkan alis. "Emang gue gak boleh nemuin lo?"
"Bukan gitu maksud gue."
Alvin terdiam beberapa detik lalu berucap, "Jangan deket-deket sama Rolan."
"Kenapa?"
"Ya pokoknya jangan."
"Kok lo ngatur-ngatur gue?"
"Karena gue majikan!" seru Alvin membuat Oliv terdiam. "Gue bilang jangan, ya jangan." Belum sempat Oliv memprotes, Alvin kembali berbicara, "Lo hari ini beda, ya? Gue gak pernah lihat Oliv versi penuh amarah gini."
"Sial!" gumam Oliv dalam hati.
"Karena lo ngeselin," jawab Oliv ketus.
"Oh ya?" Oliv mengangguk. "Selama lo hidup, cuma gue aja orang ngeselin di hidup lo? Karena selama ini yang gue denger, Oliv itu cewek murah senyum yang tak pernah marah. Namun, sekarang, gue gak ngeliat Oliv yang itu di diri lo." Senyum miring tersungging di bibir Alvin.
"Y-ya karena selama gue hidup, lo orang paling ngeselin yang pernah gue temuin. Jadi, gak heran dong kalau gue marah?"
Senyum itu belum juga hilang dari bibir Alvin. "Jadi, cuma gue satu-satunya orang yang berhasil melepas topeng lo itu?"
"Topeng?"
"Iya, topeng. Lo pikir, gue percaya gitu kalau lo gak pernah marah? Gue yakin, di dalam hati lo itu, lo selalu ngumpat kalau ada sesuatu yang ngeganggu lo, tapi lo tahan. Iya, kan?" Oliv menggelengkan kepala. "Gak usah ngelak, Liv. Dunia ini tuh kayak panggung sandiwara, dengan semua penghuninya sebagai pemerannya. Dan jelas, mereka semua memakai topeng."
"Termasuk lo?" sahut Oliv.
"Gue gak-"
"Gak usah ngelak, lo sendiri yang bilang kalau semua orang memakai topeng," kata Oliv tersenyum miring.
Perlahan, seulas senyum terukir di bibir Alvin. "Yah, sayangnya lo gak tau topeng apa yang gue gunakan."
"Iya, gue gak tau, dan gak mau tau," kata Oliv.
"Di balik sifat sok lemah lo itu, ternyata lo barbar juga, ya."
"Gue gak akan kayak gini kalau bukan lo duluan yang mulai," kata Oliv.
"Gue? Gue ngapain?"
"Sekarang, siapa yang sok polos?" tanya Oliv, sedangkan Alvin hanya mengangkat kedua bahunya. "Apa tujuan lo dengan sengaja kalah kemarin hah?"
"Gue? Sengaja kalah? Jangan suudzon lo."
"Ya emang gitu kan nyatanya?!"
"Enggak!" seru Alvin. "Dengan berat hati harus gue akui kalau kemarin gue bener-bener kalah. Mesin motor gue lagi gak dalam kondisi prima, butuh service."
Oliv terdiam, menatap mata Alvin, mencari kebohongan di sana, dan sayangnya tak ia temukan. "Tapi bukan berarti tindakan lo kemarin benar! Lo tetep salah karena jadiin gue bahan taruhan. Apalagi lo kalah."
"Gue juga gak ada niatan untuk kalah kali!" seru Alvin.
"Kok lo nyolot?!"
"Lo duluan yang bikin gue kesel."
"Lah? Yang dari tadi, ralat, dari kemarin bikin masalah siapa? Lo! Bukan gue! Harusnya di sini yang marah itu gue, bukan lo."
"Kemarin siapa yang mau gue ajak ke sirkuit? Lo sendiri, kan?"
"Tapi kan lo yang maksa! Jangan suka nyari-nyari alasan ya lo. Bukannya minta maaf, malah ngajakin berantem terus."
"Oh, lo berharap gue minta maaf?" tanya Alvin. "Gak sudi!"
Lalu, cowok itu berbalik dan meninggalkan Oliv terdiam di depan perpustakaan seorang diri dengan wajah memerah menahan amarah.
"Jadi cowok kok ngeselin banget," gerutu Oliv.
"Liv?" panggil seseorang dari belakang tubuh Oliv.
Oliv menarik napas panjang, guna menetralkan napasnya seraya memejamkan mata. Saat membuka mata, ekspresinya sudah berubah menjadi rileks. Cewek itu berbalik, dan tersenyum menatap Darel yang berdiri menghadapnya.
"Udah selesai masalahnya?" tanya Darel. Oliv menggeleng pelan. "Terus, Alvin mana?"
"Udah pergi."
"Lah? Dasar cowok gak ada akhlak," kata Darel. "Gue saranin jangan deket-deket sama cowok modelan begitu."
Oliv hanya mengukir senyum tipis, lalu pamit kembali ke kelas.
Selama perjalanan, ia tak henti-hentinya memaki-maki Alvin. Tentu, hal itu dia lakukan di dalam hati. Sedangkan wajahnya menampilkan senyum simpul saat ada yang menyapanya.
"Eh, Oliv?"
Lagi-lagi Oliv diharuskan mengukir senyumnya. Ia berhenti di depan cowok itu yang sudah terlebih dahulu berhenti.
"Alvin mana?" tanya cowok itu lagi.
"Gue gak ngerti, Dim."
Dimas memasang wajah bingungnya sembari berkata, "Tadi katanya mau nemuin lo, mau minta maaf soal masalah balapan itu."
Senyum Oliv memudar, pikirannya langsung tertuju ke cowok yang beberapa detik lalu masih ia maki-maki.
"Minta maaf?"
Dimas mengangguk. "Dia bilangnya sih gitu. Emang kalian belum ketemu, ya?"
"Udah, sih."
"Terus?"
"Kita berantem," kata Oliv pelan.
"Lah?" kata Dimas terheran. "Dasar Alvin, bukannya minta maaf malah ngajakin anak orang berantem," gumamnya pelan.
"Hm, ya udah ya Dim, gue mau ke kelas."
Dimas mengangguk, membuat Oliv kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa langkah melewati Dimas, cowok itu memanggil nama Oliv, membuatnya menghentikan langkah dan berbalik menatap Dimas yang kini juga menatapnya.
"Gue tau Alvin ngeselin, tapi gue minta, jangan terlalu benci sama dia, ya. Emang udah sifatnya dia kayak gitu."
Oliv terdiam sejenak, lalu mengukir senyum dan menganggukkan kepala.
**
Senin, 16 November 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...