"Tuh kan, beneran kejadian," seru Dimas.
"Apaan yang kejadian?" tanya Farel di bangku depan.
Dimas memberikan ponselnya kepada Farel. "Clarin datengin Oliv."
"Eh gila, bar-bar bener si Clarin," gumam Farel.
Alvin merebut ponsel di genggaman Farel yang menunjukkan Dimas sedang berkirim pesan dengan seseorang bernama Ricko. Ricko menceritakan tentang Clarin yang datangin Oliv di kelas dan mencaci maki Oliv. Ia bahkan menjambak dan mendorong Oliv hingga jatuh.
"Siapa Ricko? Beritanya akurat?" tanya Alvin dengan nada tak suka.
"Dia ketua kelasnya Oliv," jawab Dimas yang membuat Alvin berdecak. Cowok itu langsung bangkit dan berniat pergi, namun ditahan oleh Dimas. "Mau kemana lo?"
"Kelas Oliv."
"Ngapain?" tanya Dimas. "Nanti aja, sekarang kelasnya dia pasti pelajaran. Dan kita juga harus buru-buru ganti baju kalau gak mau di hukum sama Pak Bandi."
"Eh, iya. Gue males di suruh push-up," kata Farel yang mengambil baju ganti dan berdiri. "Ayo. Lo kalau mau marah-marah nanti aja."
Alvin menghela nafas kasar dan menuruti kedua temannya untuk berganti baju dan pergi ke lapangan.
Materi hari ini adalah bola besar, dan Pak Bandi memilih mengajari mereka bermain Basket. Pak Bandi mencontohkan gerakan-gerakan basket yang baik lalu menyuruh anak didiknya mencoba. Beliau juga memberi tahu aturan-aturan dalam permainan Basket.
Tak terasa satu jam pelajaran berlalu dan bel istirahat berbunyi dengan nyaringnya. Namun kelas Alvin tidak istirahat karena jam olahraga masih dua jam lagi. Dan jam istirahat ini digunakan untuk pelajaran, sedangkan jam olahraga yang terakhir akan mereka gunakan untuk istirahat.
Alvin menghentikan kegiatannya dan menghampiri Pak Bandi. "Pak, Izin ke kamar mandi."
"Iya. Cepat kembali," kata Pak Bandi yang diangguki oleh Alvin.
Namun bukan ke kamar mandi, Alvin malah berjalan terus dan menaiki tangga menuju kelas Oliv. Beruntungnya Alvin, Oliv masih berada di dalam kelas bersama beberapa temannya.
Tanpa permisi Alvin masuk kelas dan menghampiri Oliv, membuat semua pasang mata menatap kearah mereka.
"A-alvin, ngapain?" tanya Oliv.
Alvin menatap seluruh kelas yang dominan di isi perempuan. "Keluar!" Tanpa dua kali di perintah, mereka semua keluar. "Lo juga keluar," kata Alvin menatap Vania yang masih berdiri di samping Oliv.
"Gue gak—"
"Keluar," desis Alvin dengan mata menatap tajam Vania, dan seketika nyali Vania langsung ciut.
"Gue tunggu di depan Liv. Sorry," bisik Vania.
Saat melihat Vania sudah keluar kelas dan hanya ada mereka di dalam kelas, Alvin mulai berucap, "Gue denger, Clarin datengin lo."
"Iya."
"Dia ngapain lo?"
"Hm, cuma marah-marah doang."
Alis Alvin mengernyit mendengar jawaban Oliv. "Gue denger dia jambak rambut lo."
"Eh, i-iya. Tapi gue gapapa kok."
Tangan Alvin terjulur menyentuh kepala Oliv, namun cewek itu langsung menepisnya. "Gue denger lo juga di dorong sampai jatuh."
"Iya."
"Dan lo gak ngelawan sedikit pun?"
Oliv tak menjawab, ia menatap Alvin yang juga menatap dirinya. "Lo ... khawatir sama keadaan gue?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...