Oliv dan Vania berjalan menyusuri koridor yang ramai menuju kantin. Saat melewati koridor yang cukup sepi, mereka mendengar suara bentakan.
"Itu apaan?" tanya Oliv.
"Gue kayaknya kenal sama suara ini," kata Vania. Cewek itu pun berjalan menghampiri asal suara.
Di sana, ia melihat tiga orang cewek yang sedang membully seorang cewek. Vania berjalan cepat menghampiri mereka. Ia menarik bahu salah satu cewek yang akan melayangkan tamparan kepada cewek yang sudah duduk tak berdaya di bawah sana.
"Lo apa-apaan sih?! Ngapain ikut campur?!" bentak cewek itu.
"Clarin! Lo yang apa-apaan! Lo apain dia ha?!" bentak Vania yang kemudian membantu gadis yang terduduk lemah itu untuk berdiri.
"Lo gausah ikut campur. Lepasin dia sekarang juga," desis Clarin.
"Dan biarin lo mukulin dia lagi? Gak akan."
"Lo kenapa sih, suka banget bikin ribut sama kita-kita," kata seorang cewek yang membawa kipas lipat.
"Dasar, cewek bar-bar," desis cewek satunya yang berdiri di sebelah kiri Clarin.
Vania melirik name tag gadis yang ada di dekapannya. "Fara, lo masih kuat?" Fara mengangguk pelan. "Kita ke UKS sekarang ya."
Saat Vania akan berlalu pergi, Clarin menahan lengan Vania. "Gue lagi gak pengen cari gara-gara sama lo. Jadi, lepasin cewek itu. Lo gak ada urusan sama dia."
"Orang yang lo bully, berarti dia urusan gue juga."
Wajah Clarin merah padam, ia sudah tak tahan dengan ocehan Vania. "Lo kenapa sih suka banget campurin urusan gue?!"
"Ya biar lo sadar!" bentak Vania. "Biar lo gak suka bikin masalah lagi! Biar lo gak suka bully orang! Biar lo gak jadi cewek gila! Udah paham lo?!"
Wajah Clarin semakin merah padam, tapi cewek itu tak berkata apapun. Vania berusaha menetralkan nafasnya, ia mengajak Fara dan Oliv ke UKS. Oliv yang sedari tadi diam pun mengangguk dan mengikuti Vania dalam diam.
**
Setelah mengobati siku Fara, kini Vania dengan telaten mengobati luka yang berada di ujung bibir Fara. Luka itu akibat dari tamparan Clarin yang tak main-main kerasnya. Oliv yang sudah selesai mengobati tumit Fara pun kini terdiam memandang Fara yang sesekali meringis sakit.
"Udah selesai," gumam Vania.
"Makasih kak," kata Fara dengan pelan. Setelah sesi tanya jawab, ternyata Fara adalah anak kelas sebelas yang hari ini sial karena tak sengaja menabrak bahu Clarin.
"Iya, sama-sama," kata Vania. "Gue saranin, lo jangan berurusan sama Clarin, atau lo yang akan celaka."
"Iya kak."
"Yaudah, lo boleh pergi. Kuat jalan kan?" Fara mengangguk, kemudian gadis itu berlalu dari UKS.
"Gue masih bingung. Kenapa sih lo suka banget ikut campur urusan Clarin? Padahal kan cewek itu nyeremin," kata Oliv.
"Bukannya ikut campur. Gue cuma gak suka aja sama kelakuan si Clarin itu," kata Vania. "Tapi iya juga sih, dia nyeremin kalau lagi marah kayak tadi."
"Nah makanya. Lo aja selalu nyaranin orang-orang, termasuk gue, buat jauhin Clarin, tapi malah lo sendiri yang selalu bikin masalah sama Clarin."
Vania menghela nafas panjang. "Kalau bukan gue, siapa lagi yang berani ngadepin cewek bar-bar kayak dia?" tanya Vania. "Kan kasian sama korban nya dia. Cuma masalah sepele, tapi jadi babak belur sama Clarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...