"Besok jangan lupa bawa buku kimia," kata Oliv mengingat.
"Siap. Gue duluan ya." Oliv mengangguk, membiarkan Vania dan tasnya berlalu meninggalkan Oliv.
Saat Oliv akan bangkit, ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.
Alvin
|Belajarnya di pending dulu
Serius? Kenapa sih?|
|Serius lah. Pokoknya jangan ke rumah gue. Awas kalau lo ke rumah gue
Iya iyaa|
Setelah menekan tombol send, Oliv memasukkan ponsel ke kantong baju dan berlalu pergi. Berjalan ke arah parkiran dan mengendarai motornya membelah jalanan ibu kota.
Sesampainya di rumah, ia langsung mandi guna membersihkan tubuhnya yang lengket. Setelah itu ia turun ke bawah untuk mengisi perutnya. Beruntung, tidak ada siapapun di meja makan. Oliv sedang tak ingin bertemu siapapun dan membuat moodnya buruk.
Setelah makan, ia kembali ke kamar dan duduk di meja rias. Ia menyisir rambutnya dan mengoleskan lipbalm di bibirnya. Ia mengambil totebag yang telah ia isi buku pelajaran. Kini, ia siap pergi ke rumah Alvin.
Saat pulang sekolah tadi, ia tak sengaja bertemu dengan Dimas, kadi sekalian saja Oliv bertanya kepada cowok itu, sepulang sekolah Alvin ada acara apa tidak. Namun Dimas berkata tidak. Jadi, Oliv berpikir jika ini hanya akal-akalan Alvin saja agar tidak belajar.
Beberapa saat berkendara, Oliv sampai di depan rumah yang beberapa hari ini sering ia kunjungi. Oliv mengetuk pintu beberapa kali, namun tak kunjung ada yang membuka pintu. Dengan sabar Oliv menanti. Hingga pintu itu mengayun terbuka dan menampilkan Alvin dengan pakaian rumahnya terkejut menatap Oliv.
"Ngapain lo di sini?"
"Jadwal belajar."
"Gue kan udah bilang jangan ke sini."
"Lo bohong. Lo bilang ada acara, nyatanya lo ada di rumah, gak ada acara seperti yang lo bilang itu," kata Oliv.
"Lo gak ngerti. Yang jelas—"
"Alvin, siapa yang datang?" suara perempuan terdengar di belakang Alvin. Beberapa saat kemudian seorang wanita paruhbayah sudah berdiri di belakang Alvin. Menatap Oliv dengan senyuman. "Tamunya kok gak dibiarin masuk sih."
"Dia gak lama kok, dia cuma mau—"
"Mau belajar," jawab Oliv cepat yang lalu mendapat tatapan tajam dari Alvin. Oliv mengabaikan saja dan tersenyum menatap wanita itu.
"Belajar sama Alvin?" tanya wanita itu mengernyitkan dahi. Oliv mengiyakan. Seketika, senyum cerah terlukis di bibir wanita itu. "Yasudah kalau begitu ayo masuk. Alvin, jangan menghalangi jalan."
Alvin dengan enggan mengingkir, membiarkan Oliv masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
"Tumben Alvin mau belajar. Biasanya kerjaannya cuma nongkrong sama temen-temennya itu."
"Iya, baru beberapa hari ini kok tante hm ..."
"Yaampun, saya terlalu senang sampai lupa memperkenalkan diri," kata wanita itu. "Nama tante, Rosa. Mamanya Alvin."
"Eh, iya, Tante Rosa. Saya Oliv."
"Kamu teman sekelasnya Alvin? Gimana Alvin di sekolah?"
"A-anu tante, Alvin—"
"Dia bukan teman sekelas Alvin, Ma. Cuma partner belajar aja."
Oliv langsung menolehkan kepala menatap Alvin. Bukan karena kalimat yang ia ucapkan. Lebih ke nada bicara yang ia gunakan. Saat Vania berkata Alvin bisa berkata lembut, Oliv tidak percaya, namun kini ia mendengarnya langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Teen FictionOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...