Sebelas

833 94 7
                                    

Sinar matahari yang masuk dari sela-sela gorden yang menutupi jendela kamar Oliv membangunkan cewek itu dari tidur nyenyaknya. Ia menoleh ke jam weker yang berada di nakas sebelah tempat tidur. Jam menunjukkan pukul 07.55 WIB. Oliv menyibak selimut, melipatnya dengan rapi dan merapikan tempat tidurnya. Lalu ia menguncir rambutnya dan berlalu ke kamar mandi.

Butuh sepuluh menit bagi Oliv untuk menyelesaikan ritual paginya. Kini Oliv sudah rapi memakai trening hitam polos dan kaos lengan pendek berwarna abu-abu. Rambut pendeknya ia sisir rapi. Setelah mengambil dompet dan ponsel, Oliv keluar dari kamar.

Sesampainya ia di meja makan, ia bertemu Nirmala yang sedang mengambil minum. "Udah rapi aja kamu, mau kemana?" tanya Nirmala ramah.

"Keluar," jawab Oliv ketus.

"Sendiri?" Oliv tak menjawab, ia sibuk mengolesi roti tawar dengan selai stroberi. "Mama udah masak loh, gak mau makan nasi aja?"

"Nggak."

Nirmala menghela nafas, lalu menuangkan satu gelas air putih dan meletakkannya disamping Oliv. "Kamu hati-hati ya dijalan."

"Hm."

Sebelum pergi, Nirmala menyempatkan mengulas senyum manis kepada Oliv. Namun cewek itu tak menghiraukan, ia sibuk memakan roti selainya.

**

Oliv duduk santai di salah satu bangku taman, menikmati angin pagi yang menerpa wajahnya. Oliv selalu suka menghirup udara pagi yang masih segar, belum tercemar oleh polusi akibat kendaraan bermotor. Taman dekat rumahnya itu memang menjadi salah satu favorit Oliv dikala penat melanda.

Namun, ketenangan Oliv harus rusak karena sebotol kaleng kosong yang melayang mengenai kepalanya. Cewek itu langsung menoleh kearah kaleng berasal, dan betapa menyesalnya ia karena tidak segera pergi dari sana.

"Yah, ternyata elo yang kena kalengnya. Tahu gitu sih gue gak buru-buru nyamperin," kata cowok yang menjadi tersangka kaleng melayang.

Oliv menoleh ke cowok itu dan menggerutu pelan, "Bukannya minta maaf juga."

Cowok yang mengenakan kaos singlet berwarna hitam, celana panjang berwarna hitam serta sepatu olahraga berwarna hitam dengan sol berwarna putih itu tersenyum menatap Oliv.

"Tadinya sih gue mau minta maaf, tapi karena yang kena elo, gajadi deh." Cowok itu duduk di sebelah Oliv.

"Makanya jangan suka nendang barang sembarangan," tegur Oliv.

"Suka-suka gue."

"Ck. Ngapain lo di sini?"

"Jogging lah, masa tidur."

"Bukan itu maksud gue."

"Hahaha iya iyaa," kata cowok itu.

"Rumah gue deket sini, jadi gapapa dong gue jogging di sini."

"Iya kah? Kok gue baru tahu ya kalau rumah gue deket sama rumahnya Alvin Pradipta, badboynya SMA Garuda?"

"Halah, lo aja yang kurang bergaul."

Oliv tak menjawab, karena apa yang dikatakan Alvin itu benar. Teman yang benar-benar ia miliki hanya Vania, yang lain hanya sekedar lewat. Maklum, walau Oliv ramah, ia lebih senang menghabiskan waktunya dengan belajar atau mendengarkan musik.

Alvin melirik Oliv yang memandang lurus ke depan, pandangan Alvin jatuh kepada siku kanan Oliv yang di plester.

"Siku lo kenapa?"

Oliv menoleh dan memegang siku yang dimaksud oleh Alvin. "Gapapa, gue habis jatuh aja."

"Dih, dasar ceroboh."

Just MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang