"Ck, mentang-mentang gue yang bayar, lo belinya banyak banget," gerutu Alvin saat Dimas dan Farel datang membawa satu kantung plastik penuh jajan.
"Bukan gue. Farel noh," kata Dimas mengambil duduk di sebelah Alvin.
"Alah, jajan segini gak akan bikin lo miskin," kata Farel santai yang membuat Alvin berdecak sebal.
Setelah itu, mereka menikmati angin dengan mengobrol santai dan memakan jajanan yang udah mereka beli. Tak lupa Alvin mengganti uang Dimas yang digunakan untuk membeli jajan.
"Eh, udah denger berita terbaru belum?" tanya Farel.
"Berita apaan?" tanya Dimas.
"Lo beli permen kan?" tanya Alvin.
"Beli kok. Cari aja di kantong plastik," jawab Dimas. "Berita apaan? Gue rasa sekolah ini tenang-tenang aja deh."
"Ini berita ekslusif, gak banyak orang yang tahu," kata Farel menimbulkan raut penasaran di wajah Dimas. Sedangkan Alvin, setelah menemukan permen yang dimaksud, ia malah sibuk dengan sebatang rokok yang ia ambil dari dalam tas. "Jadi, hari jumat kemarin, si Clarin sempet ngebully Oliv."
"Serius lo?" tanya Dimas.
"Serius. Gue dibilangin Marsya. Dia denger sendiri Clarin sama geng nya ngomongin Oliv."
"Kenapa?" tanya Alvin yang tiba-tiba tertarik. "Dia diapain?"
"Gue gak paham dia di apain, yang pasti di maki-maki sih. Lo tahu sendiri kan si Clarin orangnya kayak apa," jawab Farel. "Yang jelas, ini semua gara-gara lo."
"Kok gue?!" protes Alvin tak terima.
"Oh, gue paham. Pasti si Clarin ngira kalau lo deket sama Oliv, terus itu cewek gak terima," saut Dimas. "Lo sih, udah gue bilangin jangan Oliv, tetep aja keras kepala. Lihat sekarang, Oliv gak tahu apa-apa malah jadi kenapa-kenapa, kasihan kan."
"Kok lo jadi nyalahin gue, gue kan juga gak tahu kalau nantinya bakal kayak gini."
Farel yang mencium-cium aroma adu mulut pun segera membuka satu bungkus jajan dan memakannya, sambil menanti tontonan yang akan berlangsung sebentar lagi.
"Gue gak nyalahin, tapi harusnya lo mikir sampai ke sini dong, jangan cuma mikirin kesenengan lo doang. Gue sih fine-fine aja ya kalau lo mau cari mainan baru, tapi yang imbang dong, jangan yang cupu kayak Oliv. Dan lagi, ada Clarin yang selalu ngintilin elo, dan bakalan bikin mainan lo itu kenapa-kenapa. Gue lebih suka mainan lo sebelum ini, badgirl, gak bakalan kaget ngadepin Clarin. Dan lagi, dia gak sekolah di sini. Jadi gue gak perlu khawatir."
"Lo kenapa sih Dim?" tanya Alvin mengerutkan alis tak suka. "Perasaan dari kemarin lo ngelarang gue jadiin dia mainan. Padahal kali ini kan gue cuma jadiin dia babu, gak lebih," lanjut Alvin yang semakin emosi. "Atau, lo suka sama Oliv? Iya?! Kalau iya tuh bilang, jangan diem aja, gue kan jadi gak tahu!"
"Santai dong. Gue ngomongin baik-baik, gausah emosi gitu," kata Dimas. "Dan lagi, gue gak suka Oliv. Gue cuma gak suka aja cewek baik-baik kayak gitu lo jadiin pelampiasan rasa bosen lo. Kalau ceweknya bar-bar kayak mantan lo sih, gue bodoamat ya."
"Percuma lo bilang kayak gitu, semua udah terjadi, gak ada gunanya tahu! Gue juga gak ada niatan ngikutin kata-kata lo."
"Lo juga gak ada gunanya marah-marah ke gue kayak gini. Lihat tuh, temen lo jadi kesenengen dapat tontonan gratis," kata Dimas melirik Farel. Alvin mengikuti arah pandang Dimas.
"Apa? Gue diem aja," kata Farel dengan polosnya.
"Gausah sok polos, gak pantes," kata Dimas.
"Gue emang po—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Mask
Fiksi RemajaOlivia Zhafira. Seorang gadis cantik juga pintar yang terlihat baik-baik saja dengan wajah yang selalu mengumbar senyum. Seakan ia tak pernah sekali pun mengenyam pahitnya kehidupan. Namun siapa sangka jika itu semua hanya topeng. Topeng yang ia gun...