41. Rasanya Berbeda

1.1K 143 46
                                    

Hanya suara denting piring yang terdengar di pagi hari ini dalam keluarga Ara. Gadis itu seperti biasanya tak ada selera makan se-meja bersama keluarga tirinya. Rasanya canggung, asing, dan tidak menyatu, selalu seperti ini selama bertahun-tahun.

"Mulai hari ini dan seterusnya lo berangkat bareng gue." celetuk Adrian sebelum melahap makanannya.

Ara yang merasa diajak bicara mengangkat kepalanya, menatap Adrian yang duduk berhadapan dengannya. Sedangkan Mawar yang berada di sampingnya pun ikut menatap Adrian.

"Emang lebih baik kalian berangkat bareng-bareng, biar nggak bikin khawatir." sahut Helma, Mama Ara.

Tidak selera makan lagi, Ara langsung beranjak dari tempat duduknya  untuk bersiap pergi sekolah dengan motornya sendiri. Hal ini menandakan bahwa ia tidak setuju atas perkataan Adrian.

"Sial, mana sih kunci motor gue?" rutuk Ara bicara sendiri ketika tidak menemukan kunci motor di tempat biasanya ia menyimpan.

"Ayo, keburu telat." kata Adrian yang tanpa permisi menggandeng tangan Ara.

Ara menghempaskan tangan Adrian dari pergelangan tangannya, "Gue bisa berangkat sendiri."

"Ga bisa."

"Kenapa nggak?" heran Ara.

"Lo pacar gue sekarang jadi kemana pun lo pergi harus sama gue." jelas Adrian, bersamaan dengan itu Mawar datang menghampiri mereka.

"Apa'an sih, gue gak suka cowok protektif." sanggah Ara.

"Tapi gue suka." balas Adrian.

Tak menghiraukan perkataan Adrian, Ara menengok ke arah Mawar yang berdiri tak jauh darinya. "Lo berangkat bareng dia." katanya menunjuk Adrian.

Mawar hanya mengangguk memberi jawaban, ia bingung harus bersikap bagaimana dalam situasi seperti ini. Sadar diri, ia bukanlah anggota keluarga tapi selalu melihat permasalahan keluarga tersebut.

"Kok dia? Gue mau anterin lo!" heran Adrian.

"Gue naik motor." putus Ara.

"Gak! berangkat bareng gue, Ayo!" lagi-lagi Adrian hendak meraih tangan Ara tapi gadis itu menghindarinya.

"Gue tau lo yang sengaja sembunyiin kunci motor gue biar gue bisa bareng lo kan?" tuduh Ara.

"Kalo iya emang kenapa?" jujur Adrian.

"Gila ya lo." celetuk Ara menggelengkan kepalanya heran.

"Gue nggak suka basa-basi, gue paksa atau lo jalan sendiri?" ancam Adrian serius.

"Mawar ayo!" ajak Ara.

"Nggak! Cuma gue dan lo!" tolak Adrian, tidak ingin Mawar semobil dengannya.

"Kenapa? Sekolah kita sama." sanggah Ara.

"Gapapa Kak, aku bisa naik ojek kok." sahut Mawar mengalah a.k.a merasa tidak enak.

"Gak usah! Kita berangkat bareng atau gak semuanya!" ancam Ara balik.

Muka kusut Adrian menggambarkan bahwa pilihan Ara harus ia kabulkan. Ia berjalan lebih dulu menuju garasi mobil untuk mengeluarkan kendaraan tersebut dan siap melaju menuju Savielle.

∆∆∆∆∆

Mobil hitam milik Adrian berhenti tepat di halaman sekolah Savielle, hal itu benar-benar membuat Ara dongkol. Bagaimana tidak? Mobil yang ia tumpangi sekarang menjadi pusat perhatian satu sekolah ditambah lagi jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit yang artinya sebentar lagi bel masuk, sudah jelas banyak siswa siswi berdatangan.

Fakboy Kelas SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang