15. Ternyata...

2.9K 260 23
                                    

Matahari mulai terbenam, hari sudah semakin petang tapi tak ada tanda-tanda Ara menghampirinya. Sudah dua jam lamanya ia menunggu Ara di jalan belakang sekolah tapi gadis itu tidak menemuinya sama sekali.

"Satu jam lagi lah. Kalo emang dia peduli sama gue, dia bakalan datang. Kalo gak, gue bakal mundur." Gumam Reano sendirian.

Sedangkan di tempat lain, Ara dan Adrian berada di salah satu cafe. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Adrian yang sibuk memakan pesanannya sedangkan Ara yang sibuk bergelut dengan pikirannya.

Ya, Ara memutuskan untuk menjemput Adrian pulang terlebih dahulu kemudian menemui Reano setelahnya. Tapi sepertinya rencana tidak berjalan sesuai alur karena Adrian malah mengajaknya ke cafe dengan alasan belum makan seharian.

Ara berulangkali menatap Adrian kesal karena makan cowok itu terlalu lambat, bahkan Adrian terus memesan makanan membuat mereka tak kunjung pulang.

"Terakhir, terus pulang." Ujar Ara ketika pesanan Adrian yang kesekian kalinya datang.

"Buru-buru amat. Belum habis, lanjutin makan." Balas Adrian santai.

"Gue ada urusan setelah ini." Jawab Ara tegas.

"Ngojek? Nggak ingat nyokap lo ngomong apa tadi pagi?" Peringat Adrian.

Ara berdecak, "Nggak usah ngatur."

"Habisin dulu tuh punya lo masih banyak." Pinta Adrian.

"Pulang atau gue tinggal?" Balas Ara telak, sudah terlampau kesal dengan Adrian yang mengulur waktunya.

"Ck, bayar dulu." Putus Adrian akhirnya.

Akhirnya Adrian dan Ara memutuskan untuk pulang setelah perdebatan mereka di cafe selama dua jam setengah.

Ara langsung memarkirkan mobil Adrian dalam garasi rumahnya, memberi kunci mobil pada Adrian yang belum sempat turun. Kemudian Ara segera berlari ke teras depan rumah untuk memesan taksi. Ia bahkan lupa jika masih mengenakan seragam putih abu-abu khas anak SMA.

Adrian turun dari mobilnya, menghampiri Ara yang berdiri di gerbang rumah dengan wajah gelisah. Sikap Ara sangat aneh, tidak terlihat santai seperti biasanya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Adrian. Ara tidak menggubrisnya.

"Apa sih lo!" Ara menyentak kan tangannya yang dicekal oleh Adrian.

"Masuk, Ra!"

"Lo aja yang masuk."

"Lo nunggu siapa?"

Tepat saat Adrian melontarkan pertanyaan, sebuah taksi berhenti di hadapan mereka. Ara tidak menjawab pertanyaan Adrian dan langsung memasuki taksi untuk menemui Reano.

∆∆∆∆∆

Gadis berseragam putih abu-abu itu menuruni taksi dengan harap-harap cemas. Ia tahu ia bodoh, mana mungkin Reano menunggunya hingga selarut ini. Suasana jalanan gelap dan sepi. Tidak ada tanda-tanda Reano di tempat ini.

Ara terus melangkah menembus kegelapan jalan yang mencengkram, dan memang benar Reano sudah pergi. Mungkin Reano tidak akan mau mendengar penjelasannya lagi. Entah kenapa hal ini malah membuat Ara semakin sedih, sesak dan ingin menjatuhkan air mata? Apa ini artinya?

"Nggak! Ngapain gue sedih? Kalo dia emang nggak mau dengar penjelasan gue ya udah." Gumam Ara berusaha menguatkan dirinya.

Ego dan hatinya sangat tidak sinkron. Ego menyuruhnya untuk tidak peduli dan berbalik, tapi hati menyuruhnya untuk tetap berjalan dan bertahan. Ara benci ini semua!

Fakboy Kelas SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang