11. Salah sasaran

3.1K 234 10
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.20 yang artinya seluruh murid Savielle berbondong-bondong memenuhi kantin untuk mengisi perut masing-masing. Tapi dikelas ada Ara dan Elga yang tampak sibuk mempersiapkan materi dan properti untuk presentasi usai jam istirahat nanti.

"Kira-kira kurang apa ya mind mapping kita?" Tanya Elga sembari meneliti mind mapping yang mereka buat dengan susunan kertas dan stik eskrim.

"Kita butuh kaleng sama koran bekas biar gambarnya keliatan nyata dan ngumpulin bukti-bukti yang kita dapetin di koran itu." Sahut Ara.

Elga mengetuk-ngetuk kan jemarinya dimeja tampak berpikir, "Bener juga. Tapi kita ambil koran bekas dimana coba? Di perpus mana ada."

"Kita cari aja di gudang, siapa tau ada." Usul Ara.

"Yaudah, kuy lah kita cari mumpung jam rehat masih sisa 15 menit."

Elga dan Ara menyusuri lorong sekolah dengan langkah terburu. Hingga sampai pada gudang sekolah yang letaknya sangat dekat dengan bank sampah dan beberapa ruang kosong di sana.

Mereka memasuki gudang secara perlahan. Ara mencoba membuka gudang yang kuncinya sudah tertancap pada pintu tapi susah sekali digerakkan karena rusak. Elga membantu dengan mencoba memutar handle pintu berulang kali.

Ceklek!

Pintu berhasil terbuka, menampakkan ruangan gelap yang sama sekali tidak ada cahaya masuk dan terasa lembab. Ara dan Elga perlahan masuk, mereka terbatuk berulangkali karena debu yang berterbangan.

"Ra, lo yakin mau ke dalam?" Ucap Elga ragu di belakang Ara.

"Iyalah, nanggung kalo balik." Ara menjawab sembari menyenteri ruangan itu dengan flash ponselnya.

"Pengap banget gila. Ga pernah di bersihin kali ya."

"Buat apa gudang dibersihin?" Balas Ara heran.

"Ya kali aja kan."

"Yaudahlah, cari mencar aja gimana?" Tanya Ara ketika mereka sudah sampai pada rak-rak buku bekas.

"Okey."

Di kelas lain, tepatnya di 11 IPS 2 terdapat seorang murid cowok yang setia berdiri sejak 10 menit yang lalu, padahal jam istirahat sudah berbunyi sejak tadi. Tapi cowok itu harus menanggung perbuatan sahabat kampretnya.

"Apa yang geng kamu lakukan bisa saja menuntut sekolah ini!" Kata seorang guru laki-laki yang menghakimi Juan.

"Tapi kan yang melakukan bukan saya. Saya nggak ikut-ikut pak. Suer dah." Juan kembali membela diri.

"Tapi kamu juga terlibat karena kamu tadi ikut berlari bersama mereka, bahkan kamu sempat mendorong korban." Kata Pak Botak itu seakan tau kejadiannya.

Juan menunduk pasrah, mengaku kalah debat dengan wali kelasnya yang sedari tadi memojokkannya.

"Ya sudah, terus bagaimana pak?" Tanya Juan akhirnya.

"Ya kamu harus cari benda-benda yang bisa dimanfaatkan di gudang sekolah, kemudian buat kerajinan dengan benda yang kamu temukan itu." Putus pak Botak.

"Loh pak, nggak bisa gitu dong. Masa saya aja yang dihukum? Aga, Agi dan Reano gimana?" Protes Juan tidak terima.

"Ya sementara kamu dulu yang dihukum, baru nanti kalo tiga kampret itu sudah ketemu saya hukum. Sekarang kerjakan hukuman kamu, cepat!" Pinta Pak Botak tegas.

Juan mengangguk pasrah, berbalik keluar kelas diiringi wanti-wanti pak Botak yang membuatnya bergidik ngeri.

"Jangan coba-coba kabur atau kamu tidak naik kelas."

Fakboy Kelas SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang