Sudah lama Ara tidak olahraga pagi selama semester sekolah dan sekarang saatnya untuk memperbaiki jadwalnya yang berantakan. Di pagi setengah siang ini Ara sudah putar lapangan sebanyak sepuluh kali putaran. Busettt
Jiwa atlet mah beda sama kaum rebahan xixi
"Kak Ara nggak cape?" tanya Mawar dengan nafas tersengal-sengal, padahal dirinya hanya lima kali putaran lapangan itupun tidak full.
"Lumayan sih, soalnya udah jarang work out." jawab Ara kemudian meneguk air minumnya.
Mawar melotot mendengar jawaban Ara yang terlihat biasa saja, bahkan gadis itu tidak se-lebay Mawar yang sampai habis dua botol air minum.
"Nggak tau lagi gimana jadi Kak Ara." keluh Mawar.
"Nggak perlu jadi gue, hidup gue pahit." balas Ara.
Mawar meringis mendengar balasan Ara. Ia tidak merasakan adanya permasalahan dalam hidup Ara, maka dari itu ingin sekali menjadi Ara yang sepertinya tanpa beban. Tapi ia lupa akan pengelihatan sebelah matanya. Hidup seseorang tidak cukup dilihat hanya sekedar, butuh pemahaman dan pengertian yang lama.
"Aku nggak pernah olahraga jadi aku inisiatif ikut Kak Ara begitu tau kakak pakai sepatu tadi di teras." jelas Mawar.
"Nggak papa, olahraga pagi bagus buat imun tubuh."
"Tapi aku lemah kak, nggak kuat lari hehe."
"Semua juga nggak kuat kalo dipaksa, perlahan dulu. Nggak bisa instan."
"Asli rasanya mau meninggoy, lagi lapangan segede hutan." keluh Mawar membuat Ara tersenyum simpul.
"Lo tipe yang nggak sabaran ya War. Untuk jadi baik butuh proses."
"Hehehe. Maunya langsung aja gitu ehe.."
"Misi, boleh minta waktunya seumur hidup?" kata seorang di belakang Ara, menepuk pundaknya.
Ara berbalik, mendapati Reano sudah rapi dengan kaos putih, outer jeans dan celana yang melekat di tubuhnya sembari tersenyum menawan kearah sang pacar.
Mawar mengangkat kedua alisnya, tidak pernah menyangka bakal melihat Reano di jarak sedekat ini. Biasanya di sekolah melihat dari jauh saja sudah terlihat tampan tapi kalau dekat makin tampan pori-pori tidak terlihat sama sekali.
Sial, Mawar terpesona hingga tidak berkedip sama sekali.
Jujur saja, Mawar pernah terpikat dengan Reano saat pertama kali masuk Savielle, karena pemandangan yang ia dapati pertama adalah Reano dengan seragam acak-acakan keluar ruang BK sedangkan dirinya keluar ruang kepsek yang tak jauh dari Reano.
Tapi gadis itu segera menepis rasa sukanya begitu tau si Reano sudah di segel Ara."Siapa?" tanya Reano menyadarkan Mawar.
"Mawar." jawab Ara.
"Temen? Kok nggak pernah lihat?" tanya Reano lagi, emang banyak tanya anaknya kaya dora.
Lagi-lagi Mawar mengangkat alisnya, bahkan Reano tidak mengenalinya. Oh my gosh! Ia baru tersadar bahwa butiran debu tidak akan terlihat oleh seorang bakteri eh bintang maksudnya.
"Saudara." jawab Ara.
Mawar tersenyum kecil, senang Ara mengakuinya sebagai saudara di depan publik.
"Oh pantes cantik." gumam Reano. Ara mengangkat sebelah alisnya, tidak habis pikir dengan Reano yang masih memuji gadis lain di depannya.
"Jangan salah paham dulu ih, semua cewe itu cantik kan?" sangkal Reano tak berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fakboy Kelas Sebelah
Teen FictionWARNING 18+‼️⚠️ Banyak toxicnya & mengandung 18+ Jiwa bar-bar ga masalah, yang qalem banyak-banyak nyebut dahhh "Lo harus tanggung jawab. Udah tiga kali lo nyelakain gue!" Teriak Reano menahan kepergian Ara. "Mau apa lo?" Balas Ara to the point. Se...