3.10pm
Hari sudah semakin sore, pertandingan antar kelas pun telah usai. Ara dan timnya berjalan melewati gerombolan penonton menuju ruang ganti baju.
"Ngerasa nggak sih classmeet kali ini nggak ada seru-serunya."
"Iya, padahal impian gue tuh pengen lihat tim Kak Beni sama timnya Reano tanding. Ah pasti seru abisss."
"Nahh, gara-gara Clara sama Ara nih Reano sama Beni bermasalah."
"Tau ih, sok banget dia mentang-mentang anak kepsek dan anak emas di sini."
WHAT THE HELL?!
Perkara Classmeet tanpa Reano dan Beni, Ara harus menerima cacian setiap sudut sekolah. Memang mereka tidak mencecarnya langsung, karena ketika Ara melewatinya mereka bungkam malah tersenyum semanis tebu, tebu belum digiling.
Ara tau semuanya, mereka muka dua yang hanya berani bicara di belakang. Toh Ara tidak peduli banget, buang-buang waktu meladeni orang yang belum tau kebenarannya.
Sotoy kaya dukun emang mereka tuh~
Setelah mengganti jerseynya dengan seragam abu-abu putih khas anak SMA Savielle, Ara membereskan barang-barangnya sendirian karena semua temannya sudah duluan. Tiba-tiba pintu ruang ganti terbuka kemudian ditutup keras hingga membuat Ara berjingkat kaget.
"SEMUA INI GARA-GARA LO NAMA GUE JADI JELEK DI SEKOLAH! GUE HAMPIR AJA DI DROP OUT DARI SEKOLAH YANG BOKAP GUE PIMPIN SENDIRI!" teriak Clara berapi-api.
Ara tetap tenang menghadapi orang sakit jiwa ini. Ia melanjutkan mengemasi barangnya dalam tas. Merasa tak dihiraukan Clara maju dan langsung mendorong keras bahu Ara hingga gadis itu mundur beberapa langkah.
"MAKSUD LO APA PURA-PURA GA DENGER GUE NGOMONG HA?" lagi Clara rupanya tersulut emosi karena Ara tidak menanggapinya.
"Karena gue tau diam itu emas dan yang banyak bicara tanpa bukti itu sampah." ucap Ara kalem, tidak ada nada marah sama sekali dalam kalimatnya tapi membuat si pendengar mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Setelah mengatakan itu Ara keluar ruangan dengan santainya.
"SIALAN LO BITCH!!! LO BIANG MASALAH ARA! AAAA!" teriak Clara macam orang kesurupan, tidak mengakui kekalahannya dalam berdebat.
Ara sendiri sampai bingung dengan kelakuan dan sifat Clara. Apa benar dia itu anak kepala sekolah? Kok sifat anak sama bapak beda jauh. Katanya buah jatuh tak jauh dari pohon tapi ini pohonnya di tebang dulu baru tumbuh buahnya.
"Terimakasih ketua kelasku!!! Kelas kita menang lagi, yeyy!" seru Elga menyambut kedatangan Ara.
"Gue nggak main sendiri loh El, terimakasih juga sama mereka." tunjuk Ara pada teman kelasnya yang jadi satu tim.
"Gaisss, I'm so proud of you!!! Gue seneng banget kita menangin tiga pertandingan berturut-turut. Thanks y'all! Piala kita nambah!" ujar Elga di mimbar kelas menunjukkan effort-nya pada teman kelasnya karena kemenangan classmeet tersebut.
Warga kelas IPS 1 pun ikut memberi selamat pada player yang sudah memenangkan pertandingan tadi. Jujur Ara senang melihat teman kelasnya serukun ini berkat naungannya. Sangat berbeda dengan kelas sepuluh, temannya kini mulai bisa diatur dan bisa menempatkan diri.
TOK TOK TOK
Seketika kelas menjadi hening menyadari kehadiran Bu Jari di ambang pintu.
"Givara ada?" tanya Bu Jari.
"Saya, Bu." Ara mengangkat tangannya.
"Bisa ikut saya sebentar?"
"Bisa, Bu. Mari..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fakboy Kelas Sebelah
Novela JuvenilWARNING 18+‼️⚠️ Banyak toxicnya & mengandung 18+ Jiwa bar-bar ga masalah, yang qalem banyak-banyak nyebut dahhh "Lo harus tanggung jawab. Udah tiga kali lo nyelakain gue!" Teriak Reano menahan kepergian Ara. "Mau apa lo?" Balas Ara to the point. Se...