10. Genggaman

3.4K 262 7
                                    

Pulang malam adalah kebiasaannya, hingga tak sedikit orang mengira Ara adalah kupu-kupu malam simpanan pria hidung belang. Seorang siswi SMA yang pulang ke rumah selalu petang. Dengan pakaian yang mungkin kelihatannya tomboy, tapi mereka kekeuh itu hanya tipu daya Ara untuk mengelabuhi orang-orang komplek rumahnya.

Mereka sangat mempertahankan opininya itu karena adanya bukti bahwa Ara dapat membeli barang apapun entah itu mobil, motor, dan keperluan pribadinya yang lain dengan uangnya sendiri. Tapi mereka tidak tahu saja setiap sepulang sekolah Ara lontang-lantung menyusuri jalanan mencari uang. Untuk apa? Ya untuk dirinya sendiri.

Memang, Ara akui jika ia dan mamanya bukanlah orang berada, hanya keluarga sederhana. Tapi itu dulu, sebelum mamanya menikah lagi dengan Ayahnya Adrian. Sekarang keadaan sudah berubah. Ara bisa saja membeli barang yang dia inginkan hanya dengan hitungan detik, tapi Ara tidak akan pernah mau memakai uang Ayah tirinya yang sudah merusak hidupnya.

Ia bertekad untuk menghidupi dirinya sendiri. Tak akan secuil pun Ara memakai uang Ayah tirinya untuk keperluan pribadinya. Tidak akan! Masa bodoh dengan orang-orang di luar sana yang mengatakan bahwa ia wanita malam atau jalang. Ini hidupnya, ini jalannya, dan ini pilihannya. Bukan mereka yang mengatur, mereka hanya tidak tau faktanya.

Mobil? Motor? Ponsel? dan semua fasilitas yang digunakan Ara saat ini murni hasil kerja kerasnya dan peninggalan dari neneknya yang sudah meninggal. Tapi kebanyakan orang mengira itu adalah bayaran untuknya selama pulang malam. Haha sangat lucu! Menilai cover tanpa tau isi.

"Dapat berapa lo hari ini?" Tanya Adrian ketika Ara baru saja menapakkan kaki di lantai rumah.

Adrian bersedekap dada, memperhatikan Ara yang baru memasuki rumah pada pukul 10 malam. Ara meliriknya sekilas kemudian berjalan ke kamar melewati Adrian.

"Gue disuruh jagain lo, nyokap lo nungguin papa di rs." Ucap Adrian begitu Ara melewatinya.

Gadis itu hendak menapak anak tangga tapi berhenti dan berbalik, menatap Adrian yang juga sedang menatapnya datar.

"Gue bisa jaga diri."

"Jangan sampai lo jual diri." Celetuk Adrian.

"Gue nggak sehina mulut lo." Balas Ara santai, langsung beranjak pergi ke kamarnya.

Adrian tersenyum sumbang, mengetatkan rahangnya. Lagi-lagi Ara tidak menganggapnya ada. Bahkan memposisikan dirinya sebagai seorang kakak saja tidak. Tapi Adrian tidak menginginkan posisi itu sekarang.

TING!

Reano D
Jangan lupa makan, cuci tangan, cuci muka, sikat gigi, skincare-an, terus tidur ya Lionku 😊

Terus jangan lupa besok jemput gue kaya biasanya ya?

Ara melihat pesan itu melalui notif bar. Reano selalu saja mengiriminya pesan, tapi tidak ada niatan untuk membalasnya jika tidak benar-benar penting. Ia hanya membaca saja. Meski begitu Reano tidak pernah berhenti untuk mengingatkannya makan dan lain sebagainya itu layaknya mengirim pesan kepada pacar. Pacar tak dianggap.

Sudah satu minggu Ara mengantar jemput Reano macam sopir carteran. Hal itu menyebabkan Ara pulang lebih malam karena waktunya yang sedikit tersita untuk mengantar Reano pulang dan mengganti mobilnya dengan motor yang ia titipkan di bengkel langganannya.

Padahal Ara mengira kaki Reano semakin hari semakin membaik, tapi tidak ada tanda-tanda cowok itu berusaha sembuh. Ia terus mengaduh kesakitan seperti balita, membuat Ara mau tak mau menuruti Reano. Tenang, masih dalam batas wajar. Reano belum kelewatan.

Reano D
Lion? Lo udah tidur ya?

Tapi last seen-nya barusan.

Lo belum tidurkan?

Fakboy Kelas SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang