14. Saingan

2.9K 243 18
                                    

Saat ini Ara sedang duduk di meja makan bersama Mama, Ayah tiri dan Adrian untuk sarapan pagi. Kedua remaja itu sudah siap berangkat ke sekolah dengan seragam masing-masing.

Selalu hening, tidak ada pembicaraan hangat dalam keluarga itu, terlebih lagi Ara yang sama sekali tidak pernah berbaur dengan keluarga barunya.

"Gimana sekolah kamu, Drian?" Tanya Helma kepada Adrian.

"Lancar." Jawab Adrian datar.

Ara hanya diam dan sesekali melirik Adrian yang bersikap acuh kepada Mamanya. Kesal sebenarnya karena mamanya itu selalu menanyakan sekolah dan keadaan Adrian. Padahal ia adalah anak kandungnya, mendapat pertanyaan seperti itu sangatlah jarang.

"Ara, nanti jangan pulang malam-malam. Nggak enak dilihatin tetangga. Kamu jadi bahan gosip sekomplek loh karena sering pulang malam." Helma berucap kepada Ara. Adrian turut melirik Adiknya yang hanya diam tidak menjawab.

"Yang dikatakan Mama kamu benar. Kamu harus bisa menjaga diri karena kamu perempuan." Tambah Ayah tirinya, membuat Ara semakin muak.

Apa-apa'an pria ini memberinya wejangan tanpa tau diri. Ara muak dengan topeng pria paruh baya di dekatnya itu. Sangat-sangat pintar menyembunyikan kebusukan dengan berlaga sok bijak.

Ara segera meneguk air minum dan bangkit dari kursinya. Ia tidak tahan jika harus terus dekat-dekat dengan orang yang penuh kemunafikan seperti keluarganya sekarang.

Adrian ikut bangkit dari duduknya dan menyusul Ara ke depan dengan langkah tertatih, mengingat keadaan kakinya yang sedang tidak baik-baik saja.

"Tunggu!" Cegah Adrian ketika Ara hendak memakai helmnya. Gadis itu mengurungkan kegiatannya dan menatap Adrian datar.

"Ke sekolah bareng." Kata Adrian.

"Gue telat." Balas Ara cuek.

"Lo gak liat kaki gue lagi sakit?" Sarkas Adrian.

"Itu salah lo sendiri."

"Itu kecelakaan."

"Siapa suruh lo balapan?"

"Gue ngelakuin itu karena suatu hal."

"Dan gue gak peduli." Ara membalas telak.

Adrian melemparkan kunci mobilnya kepada Ara dan segera ditangkap oleh gadis itu. Adrian memasuki mobil bagian penumpang, menunggu Ara yang masih diam di tempat.

"Katanya lo telat. Cepet!" Teriak Adrian.

Ara berbalik menatap kesal Adrian yang sudah stay dalam mobil sedang memasang setbealt-nya. Ia berjalan cepat menuju mobil bagian kemudi dan menutup pintu dengan membantingnya keras.

"Gue gak ngerti apa mau lo dan maksud lo bersikap kaya gini. Yang jelas gue ngerasa lo aneh dan mulai gila!" Ujar Ara menggebu-gebu melontarkan kekesalannya terhadap cowok di sampingnya.

Adrian tidak memperdulikan ocehan Ara, ia malah sibuk memainkan ponsel dan menyumpal telinganya menggunakan headset. Ara memukul keras setir di hadapannya karena Adrian tidak menanggapi ucapannya. Ia langsung menurunkan hand rem dan menginjak pedal kopling mobil, membawanya keluar halaman rumah.

Terlihat sekali Ara menyetir tidak ikhlas, tampak dari wajahnya yang masam dan mengemudi diatas kecepatan normal. Hingga mobil hitam itu sampai pada halaman Cendana High School, dimana Adrian bersekolah.

"Nanti gue balik jam empat." Kata Adrian seraya melepas headset dan setbealtnya.

Ara tidak membalas perkataan Adrian, pandangannya tetap lurus ke depan tidak berniat menoleh sama sekali. Ia membiarkan sampai cowok itu turun dari mobil, kemudian segera menancapkan gas keluar area Cendana High School.

Fakboy Kelas SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang