Bel masuk sudah terdengar tiga puluh menit yang lalu tapi seorang cowok dengan santainya baru saja menuruni ninja merah miliknya. Cowok itu tidak terlalu berperan penting di SMA Savielle ini, hanya saja ia anak seorang donatur terbesar di sekolahnya. Eits, tapi bukan berarti jika dia melanggar aturan sekolah, ia tidak mendapat sanksi seperti murid yang dispesialkan. Dia tetap saja harus dihukum, bahkan Papanya sendiri yang meminta agar tak segan-segan menghukum putranya yang melanggar aturan dan kadang rada laknat.
Ya wajar jika dia sangat terkenal, selain wajah blasterannya yang tampan memiliki ciri khas, juga karena sifatnya yang slengean kadang suka ngaco, tidak ada pendirian, pendendam, badboy, dan... fakboy nggak ya? sebenernya sih enggak ya tapi dia tengil sih. Hal itulah yang mengundang banyak mata untuk memperhatikan.
Banyak fans? Tentu saja iya! Sekarang ia duduk di bangku kelas 11 IPS 2. Banyak junior yang terkagum dengannya, teman seangkatan, kakak kelas dari yang jablay sampai senioritas, bahkan teman sekelas. Mereka sangat merasa beruntung jika sekelas dengan cowok yang bernama Reano Danuarta.
Reano melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang terletak di bagian paling belakang. Kenapa santai? Ya karena dia paham betul bahwa gurunya akan terlambat masuk kelas, biasanya sih. Karena itu pula siswa yang mengambil kelas IPS agak seringnya jamkos. Banyak yang beranggapan bahwa anak IPS tuh nggak ada masa depannya. Tapi tanggapan Reano malah sebaliknya.
"Soal jurusan sama aja kali. Anak MIPA jadi dokter, anak IPS yang punya rumah sakit. Gitu aja repot."
Itulah yang dikatakan Reano selalu pada dirinya sendiri. Meyakinkan dan mengangkat derajat anak IPS.
Reano terus berjalan dengan tampang tengil dan menebar senyum maut jika melewati cewek-cewek yang sedang memperhatikan dirinya dengan mata terkagum-kagum. Banyak sekali yang menyapanya dari parkiran motor hingga ingin masuk kelas, karena sebagian anak IPS rupanya sedang jamkos.
"WOI ANJING!!!"
Pekikan keras tersebut membuat Reano urung masuk kelasnya.
Agi langsung mensejajari Reano sembari merangkul bahunya cukup keras. "Daebak, gue bahagia banget bagaikan terbang ke langit ke tujuh, menembus awan biru menemui mentari-"
"Bacot! To the point." potong Reano kesal menghadapi sifat Agi Wiyata sohibnya yang rada alay.
"Uwuwuwu, sans bro." Agi menyengir. "Jadi gini ortu gue ke luar kota selama sebulan. Bayangin bro, betapa senengnya gue dirumah bebas. Kaga ada cocor bebeknya nyokap, kaga ada mata CCTV nya bokap gue." jelasnya.
"Terus hubungannya sama gue apa, njing?" tanya Reano heran.
"Yeilah si bambang, masi ga paham juga." sahut Aga Wiyata, saudara kembar Agi. Mereka benar-benar kembar siam. Upin Ipin real life.
"Ya kita party lah bro!" Agi menimpali.
"Ntar belinya kita ambil uang bank." Sambar Juan Husen, sohib seper-TKan Reano.
Tidakkk! Mereka berempat bukan pencuri bank. Mereka adalah sahabat yang memiliki sebuah perkumpulan arisan layaknya ibu-ibu komplek. Tapi arisan mereka tidak melibatkan buku catatan tebal seperti bukunya bu RT melainkan rolling date setiap membayar yang tujuan kegiatan mereka ini adalah mengumpulkan uang untuk mengisi waktu luang tatkala ingin memodif mobil atau motor yang mereka gunakan untuk rutinan. Ya rutinannya adalah balapan liar. Dan sebagian uang itu juga mereka gunakan untuk party seperti saat ini membeli champange dan permainan cowok lainnya.
BUGH!
Keempat cowok yang berada di depan pintu kelas secara bersamaan menoleh ke arah kelas sebelah yaitu kelas 11 IPS 1 setelah mendengar suara pukulan yang memekakan telinga mereka.
Disana sudah terdapat cowok yang jatuh tersungkur dengan memegangi perut juga wajahnya. Setelahnya mereka berempat beralih menatap seorang cewek berkuncir kuda dengan raut wajah yang sepertinya sangat emosi berdiri di hadapan si cowok yang tak berdaya itu.
"Sekali lagi lo berani kurang ajar sama sahabat gue, habis lo! Balik!" Teriak cewek itu penuh ancaman.
Semua mata yang melihatnya hanya bisa terdiam kaku, tidak berani ikut campur. Mereka agaknya takut melihat muka merah padam yang di tunjukkan oleh Ara. Cowok yang berada depan pintu 11 IPS 2 nampak terkejut setelah mengetahui kejadian ini. Tak terkecuali Reano yang memperhatikan gerak gerik cewek itu dengan seksama.
"Kalian ngapain pada diem?! Masuk kelas! Bentar lagi guru masuk!" Sentak Ara pada teman-teman kelasnya yang berada di luar kelas. Yang disentak pun langsung kelimpungan dan memasuki kelas.
Givara Bunga Adnanta, ketua kelas 11 IPS 1, cewek yang mungkin selalu jadi pusat perhatian di sekolah karena unik dengan sifatnya, wajahnya yang cantik, imut, serem, kayak preman, kulit putih, rambut panjang dan tomboy. Cewek yang menggeluti dunia bela diri dan juga pemain basket handal. Jika kebanyakan cerita pemain basket handal adalah cowok-cowok tampan, untuk saat ini Givara atau biasa dipanggil Ara menjadi nominasi player basket cewek sebagai playmaker sekaligus kapten basket tim putri.
So! Amzing!
"Gilase, serem juga ya kalo marah gitu." Komen Agi bergidik ngeri.
"Jangan sampe dah gue ada masalah sama tuh anak." Cercah Juan.
"Kenapa tuh Ara?" Tanya Aga.
"Siapa sih dia, suka banget tebar sensasi." ujar Reano sembari melangkah masuk kelas.
"Sensasi pala lu peang. Dia tuh Givara. Masa lu ga tau sih." Agi membalas, membuntuti Reano masuk kelas.
"Kaga." Balas Reano.
"Kambing! Dia terkenal cewek galak di Savielle ini. Sekarang lihat, dari seluruh kelas yang ada di sekolah ini, semua ketua kelasnya cowok cuma dia doang yang cewek, terus basket-"
"Gue tau kalo dia ikut ekskul basket dan ikut tim sekolah ini." Reano memotong ucapan Agi.
"Nah, bener. Katanya sih karena adanya dia di ekskul basket, banyak anak cewek yang juga mau ikutan basket. Parah banget kan pengaruhnya? Padahal rata-rata cewek disini tuh menye-menye. Dulu tim basket putri aja hampir bubar, cuma sedikit anggotanya." Jelas Aga.
Reano tidak mengikuti ekskul apapun di sekolahnya karena memang dia anak pintar. Pintar cari masalah maksudnya. Tapi kadang ia ikut gabung latihan basket ketika ada mood sekaligus mengasah kemampuan basketnya yang memang sudah tercipta sejak usianya menginjak 7 tahun. Jadi dia tau dalam bidang basket, hanya sedikit sombong untuk tidak menyalurkan bakatnya.
"Gue sering liat dia teriak-teriak mulu, ga cape apa tuh mulut. Gemes pengen gue cium." Sarkas Reano sekenanya. Membuat Juan yang duduk di sampingnya, Aga dan Agi yang ada di depannya menoleh dan menatap Reano bersamaan dengan pandangan cengo.
"Kenapa lu pada?" Tanggapan Reano begitu tau temannya bengong kearahnya.
"Wah cari mati sih kalo lo bener-bener mau ngelakuin itu." Cicit Juan.
"Kenapa emang?" Reano bertanya heran.
"Pake tanya lagi. Lo ga liat tadi dia mukul Braham karena dia macem-macem sama sahabatnya? Lah kalo lu yang kurang ajar sama Ara-nya mah dikubur hidup-hidup yang ada." Aga menjelaskan sesekali bergidik.
"Mari kita buktikan." Ucap Reano merasa tertantang.
➰➰➰➰➰
Hi Guys!
Kita buktikan bersama yok ucapan Reano yok!!!I hope u guys like this part ♥️
See yaaJangan lupa vote + komen guys ♥️
14 April 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Fakboy Kelas Sebelah
Teen FictionWARNING 18+‼️⚠️ Banyak toxicnya & mengandung 18+ Jiwa bar-bar ga masalah, yang qalem banyak-banyak nyebut dahhh "Lo harus tanggung jawab. Udah tiga kali lo nyelakain gue!" Teriak Reano menahan kepergian Ara. "Mau apa lo?" Balas Ara to the point. Se...