42. Benci

995 115 31
                                    

Tidak terasa sudah lima bulan Ara menjalani harinya yang hampa, sama seperti sebelum ada cinta dalam hidupnya dan sebelum Reano memasuki kesehariannya.

Kini Ara hanya seorang cewek pendiam, bodoh amat dan kadang emosional. Terlalu banyak beban yang ia tanggung dipundaknya selama bertahun-tahun.

"Lemes amat neng kek nggak ada semangat hidup." ledek Elga sembari memberi sebotol air minum pada Ara.

"Emang nggak ada." balas Ara sembari menerima pemberian Elga dan menenggaknya hingga bersisa setengah. Gadis cantik itu mengelap keringat yang membasahi wajahnya usai latihan basket.

"Ra lo yakin ikut lomba taekwondo? Jadwal tandingnya lusa sedangkan lo belum ada persiapan apapun." tanya Elga.

"Lo ngeraguin gue?" tanya Ara balik.

"Aihh ga gitu anjirt, ya gue lihat kondisi lo masih belum baik-baik aja semenjak lo putus-"

"Udahlah El, gue males bahas soal itu." potong Ara.

"Gue takut lo nggak fokus dan itu bisa bikin celaka diri lo sendiri." lirih Elga.

"Elga, kita udah kenal nggak sebulan dua bulan oke? Jadi lo percaya sama gue kalo gue bisa." kata Ara menenangkan.

Tidak bisa dipungkiri memang sulit jika adu argumen dengan Ara apalagi melarang keinginannya. Mau tidak mau Elga yang harus mengalah walau ia tau menentang Ara bukanlah keahliannya.

"Ya udah deh kalo itu mau lo, yang penting gue udah ingetin ya." pasrah Elga akhirnya.

"Iya Elga, sans aja."

"Ra ikut main gak?" tawar Beni berdiri tepat di hadapan Ara.

"Nggak dulu kak, Maaf ya kak gue mau balik dulu udah dijemput soalnya." tolak Ara sopan. Soal dijemput sepertinya berbohong, dia hanya sedang tidak mood main basket hari ini.

"Oke deh, kapan-kapan sabi lah by one hehehe." ujar Beni yang memang sangat niat datang ke sekolah selaku alumni Savielle hanya untuk bermain basket bersama Ara karena ia telah mendengar kabar putus adik kelas incarannya itu.

"Boleh, atur aja kak jadwalnya." ujar Ara.

"Oke, gue sesuaikan jadwal libur ngampus dah." balas Beni.

Ara mengangguk menyetujui, tepat saat ia hendak berbalik matanya tak sengaja melihat Reano berjalan bergandengan dengan Clara melewati koridor kelas. Hal itu pun tak luput dari pengelihatan Beni juga Elga.

"Balik yuk Ra. Lewat sana aja." ajak Elga, memilih jalan lain agar tidak berpapasan dengan Reano.

Ara tak menjawab, ia melangkah kearah jalan yang Elga tunjukkan.

"Kak gue duluan ya." pamit Elga pada Beni yang masih terdiam.

"Iya dek, hati-hati yah." jawab Beni.

"Alah cok, masih aja ngejar Ara." cecar Romi teman seangkatan Beni.

"Kali aja yekan bisa srepettt..." balas Beni sembari tertawa.

"Emang lu ga tau pacar barunya Ara?" sindir Romi.

"Lah cok siapa anjing? Dia baru putus cepet banget dapet pacar, gue jomblo dah lama ga dapet-dapet tuh cewe modelan kaya Ara." curhat Beni mengkaget.

"Yee lu nyari cewe kaya Ara, mana ada su! Ara tuh nggak ada duanya. Banyak yang ngincer."

"Yaudah kasih tau gua siapa pacar barunya?" paksa Beni penasaran. Bisa-bisanya ada cowo beruntung yang dapetin Ara, padahal dirinya sendiri sudah lama mengincar.

"Kalo ga salah sih alumni SMA Cendana. Tapi gua ga tau namanya."

"Seangkatan sama kita?" tanya Beni semakin mengkaget, sabilah srepett..

Fakboy Kelas SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang