37. Hikari means Light

387 60 4
                                    

Hari demi hari, minggu demi minggu berlalu dengan tentram biarpun nggak sepenuhnya tentram sih ya, apalagi kalau bukan karena kelakuan Sakusa yang kadangan bikin emosi Hikari naik.

"Kamu udah tau kan kelakuan anak kampus kamu gimana selama kuliah sama ikut kegiatan? Gak usah di protes lagi! Percuma kamu bakal kalah suara sama mereka jadi tenang dikit!"

Omelan Hikari selalu terdengar apabila Sakusa mengadu padanya soal jadwal latihan dikala Sakusa sedang ingin dirumah untuk menjaga sang istri yang mulai hamil besar saat ini dikala kandungan Hikari sudah menginjak usia 7,5 bulan.

Baby bump nya terlihat sangat menggemaskan bagi siapapun yang dekat bahkan tau jika dirinya sudah menikah bahkan sedang hamil saat ini. Siapa lagi kalau bukan Komori, Yachi, Pelatih Ukai dan juga ibunda dari sang pelatih yang terkadang berkunjung ke rumah secara silih berganti untuk menemaninya.

Hikari merasa tak enak karena harus merepoti keempatnya terus menerus karena masih kurun kurang dari dua bulan lagi dia akan melahirkan.

Gadis itu tak ingin mengganggu keempatnya yang punya kesibukan masing-masing, apalagi Yachi yang masih sibuk dengan kegiatan kuliah ditahun pertamanya sama seperti Hikari.

Apalagi tahun kedua seperti Komori.

"Sayang, aku pergi dulu. Ada apa-apa langsung telfon ya, kamu mau ditemanin Yachi dulu hari ini?"

Pertanyaan Sakusa membuat Hikari menoleh ke arahnya, gadis itu tersenyum.

"Aku sendirian dulu aja. Lagi pula Hitoka jadwal kuliahnya hari ini full sampai sore jadi aku gak mau nge repotin. Lagian aku juga gak keluar rumah karena kamu nge stok bahan ama makanan mulu, mana gak numpuk ama mager aku jadinya keluar? Kasian sayang, mereka tiap hari kelimpungan jagain aku."

Ucapan itu membuat Sakusa hanya bisa terkekeh, dia menunduk lalu mendaratkan ciuman lembut di bibir Hikari selama beberapa detik sebelum beralih ke perut Hikari.

"Nak, jangan repoti Bunda ya. Jangan bandel, kasian Bunda lagi jagain kamu sendirian ini." ucapnya kepada sang anak yang masih bersemayam di perut buncit sang istri setelah ia menempelkan telinga serta wajah sisi kanan nya ke perut Hikari.

Terasa pergerakan serta tendangan lembut dimana si jabang bayi merespon ucapan Sakusa, membuat pasutri itu riang dibuatnya.

"Dia bilang 'iya Ayah'." jelas Hikari.

Sakusa tertawa, dia mencium sesaat perut Hikari lalu beralih lagi ke pucuk kepala gadis yang surai hitamnya mulai panjang mengingat selama hamil dia tak pernah keluar rumah, jadi dia tak bisa memangkas rambutnya dan terpaksa harus panjang dulu.

"Nanti habis lahiran, kamu mau potong rambut lagi?" tanya Sakusa.

Tentu saja Hikari menyambutnya dengan semangat.

"Iya lah! Sayang, kamu tau kebiasaan aku dari kita masih sekolah. Aku gak nyaman rambut panjang bukan berarti aku tak bisa memanjangkannya, kamu tau kan aku gini-gini juga atlit voli sama kayak kamu? Aku gak bisa manjangin rambut kalo nanti udah balik ke dunia voli lagi begitu anak kita udah bisa dititip ke ortu aku atau ortu kamu. Jangan mempersulit diri selama dilapangan."

Sakusa hanya mengulas senyum, kemudian dia pamit berangkat ke kampus, meninggalkan Hikari sendirian dirumah bersama si jabang bayi yang masih bersemayam dengan manis di perutnya saat ini.

Setelah menutup pintu rumah dengan rapat dan dikunci, Hikari menghela nafas sembari meregangkan sedikit tubuh dan memegang area pinggang belakangnya, ngerasa encok.

"Ternyata gini ya rasanya kalo lagi hamil, bawaannya suka aneh, dikit-dikit begah ama pegel karena beban 24 jam, pinggang pegel, apa-apa jadi susah juga bukan berarti Bunda nggak ikhlas hamil kamu sayang, Bunda ikhlas lahir batin ada kamu. Bunda cuma kepikiran nenek kamu dua-duanya, mereka hamil di umur yang udah 20 an dulu kan ngerasain hal yang sama, Bunda baru banget 17." ujarnya sembari duduk di sofa setelah mengambil cemilan dan air mineral lalu menghidupkan televisi.

My Half [Sakusa Kiyoomi x Udai Hikari] [✔]Where stories live. Discover now