46. Rumah Sakit.

907 56 39
                                    

JANGAN LUPA VOTE!

"Adhit. Kamu liat Tas aku gak?" Tanya Ghea melihat sekeliling ruang tengah dan tidak menemukan tas kecilnya.

"Lo taruhnya dimana? Jangan kebiasaan deh,Ghe." Ucap Adhit malas. 1 sifat Ghea yang tidak pernah Adhit lupakan adalah,gadis itu sering lupa menaruh barang-barangnya.

"Ya aku taruh sini tapi pas diliat kok..Oh iya ini ada." Ucap Ghea menyengir saat matanya tak sengaja melihat tali tas tersebut terlihat di balik bantal sofa.

Saat ini gadis dengan rambut ikal bawah dan warna hijau di ujung rambutnya itu sedang bersantai dirumah Adhit. Ya,dia akhir-akhir ini sering bermain dirumahnya. Vina pun tak keberatan akan hal itu.

"Dasar pikun." Kekeh Adhit mengacak pelan rambut Ghea. Gadis itu cemberut lalu merapihkan kembali rambut indahnya.

"Oh iya,minggu kemarin,gimana?" Pertanyaan Ghea membuat Adhit menghela nafasnya panjang.

"Gue cowok brengsek,Ghe." Ucap Adhit membuat Ghea menggeleng cepat. Dia tidak setuju saat 'si bocah cengeng'nya berkata seperti itu.

"Kenapa Adhit ngomong gitu?" Tanya Ghea dengan nada tak sukanya.

"Hubungan gue sama Liora selalu putus nyambung." Ucapnya lagi menatap kedepan dengan tatapan kosong.

"Gue emang pantes di sebut cowok brengsek. Gak seharusnya gue sia-sia in Liora. Gue..selalu gak bisa mengendalikan diri gue sendiri."

"Dan pada akhirnya..gue menyesali semua itu." Ucap Adhit terkekeh miris.

"Adhit.."

"Menyesal pun sekarang udah gak ada gunanya lagi. Semua sudah terlambat. Liora udah mutusin gue berkali-kali. Dia ngasih gue kesempatan terus menerus. Dan begonya,cowok brengsek ini menyia-nyiakan kesempatan itu." Lanjutnya sembari mendongak ke atas berusaha menahan air mata yang hampir menetes.

"Maaf." Ucap Ghea menunduk. Adhit menoleh dengan tatapan bingung.

"Ini pasti gara-gara aku. Maaf Adhit. Andai aja aku gak hadir lagi di hidup kamu. Mungkin saat ini kamu dan Liora masih pacaran." Lanjutnya masih menunduk.

Adhit menyentuh dagu gadis itu lalu mengangkatnya perlahan. Menatap gadis itu yang hampir menangis.

"Don't cry,Ghege."

"Ini bukan salah kamu." Lanjut Adhit mengusap air mata yang perlahan menetes di kedua pipi mulus Ghea.

Adhit langsung memeluk gadis itu berusaha menenangkan. Memang,ini bukan salah Ghea sepenuhnya. Dirinyalah yang salah. Seharusnya dia tidak egois. Dia benar-benar bodoh.

Ghea tersenyum saat berada di pelukan Adhit. Senyum yang bukan senyum terharu. Melainkan senyum penuh kemenangan.

*****


Seorang gadis tengah duduk di balkon kamarnya melihat bintang yang hanya beberapa saja di atas langit. Di temani dengan secangkir coklat panas. Sangat pas untuk udara malam ini yang terasa begitu dingin. Sepertinya hujan akan segera turun. Terlihat dari awan yang sedikit mendung dan bintang yang perlahan menghilang. Sesekali gadis itu menghela nafasnya kesal saat menyeruput minumannya dengan tidak hati-hati. Dia lupa kalau coklatnya masih panas. Lidahnya terasa terbakar.

Adhitama [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang