Bab 1

8.6K 377 1
                                    

Angela Jelita

"Jel, maaf aku gak bisa nerusin hubungan kita," ujar Sammy seraya meraih kedua tanganku.

"Kenapa? Salah aku apa, Sam?" isakku. Sammy memelukku erat dan aku pun membalas pelukannya itu.

"Kamu gak salah sayang. Aku yang salah. Mom sama Daddy tetep gak ngijinin aku buat berhubungan sama kamu, Jel. Aku udah berusaha ngebujuk mereka, tapi mereka malah mengancam bakal nyakitin kamu dan keluarga kamu kalo aku maksa."

"Apa karena aku bukan dari keluarga yang terpandang sepertimu?"

"Maaf dan iya karena itu. Sekali lagi maafin aku yang gak bisa memperjuangkan cinta kita. Maaf aku milih jalan perpisahan ini karena aku gak mau kamu atau keluargamu kenapa-kenapa."

Perlahan Sammy melepaskan pelukannya, menangkup wajahku dengan kedua tangannya dan mengangkat wajahku agar menatap dirinya. Kulihat mata coklatnya yang indah juga berkaca-kaca sama sepertiku dan menyiratkan kesedihan yang teramat sangat.

"Iya Sam. Aku tau kamu ngelindungin aku," ujarku di sela tangis yang tak kunjung mereda.

"I love you so much, Jel.." ujarnya sambil mengelus rambutku dan mengecup keningku.

"I love you too, Sam..Maafin kalau selama ini aku ngebebanin kamu dengan hubungan kita. Kamu pantes dapetin wanita yang sederajat sama kamu."

"Jel, kamu harus janji sama aku ya. Kamu gak boleh nangisin pria brengsek dan lemah seperti aku yang gak bisa memperjuangkan cintanya sama kamu. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu. Aku harap kamu kelak dapat bersanding dengan pria yang lebih baik dari aku dan hidup bahagia selamanya. Selamat tinggal, Jel. Kumohon lupakanlah aku," Sammy pun melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkanku.

"Sammyyyy!!!!!"

"Sammyyyy!!!!!" teriakku dengan terengah-engah dan bangun dari tidurku. Aku segera menyenderkan kepalaku ke dinding dan meraih segelas air putih di atas nakas di samping tempat tidurku.

Ahhh, mimpi itu lagi. "I miss you, Sam.." ucapku sambil menangis. Kulirik boneka beruang besar pemberian Sammy yang ada di sampingku dan memeluknya.
"I love you so muchhh.." tangisku pun semakin hebat.

Ingatanku kembali berputar-putar ke masa di mana kami pertama kali bertemu hingga kami berpacaran.

Sammy adalah mantan pacarku yang ketiga dan kami berpacaran selama tiga tahun lebih. Kami pun pernah merajut mimpi untuk membina rumah tangga. Dia bahkan telah membeli sebuah rumah untuk kami huni setelah menikah kelak.

Mata coklatnya yang indah selalu mampu menenangkan hatiku di tengah kegundahanku akan restu kedua orang tuanya yang tak kunjung datang dalam hubungan kami. Sifatnya yang humoris, perhatian, dan penyayang membuatku selalu mencintainya. Namun karena status ekonomiku yang tetap tak dapat diterima keluarganya, hubungan kami harus berakhir.

Begitu pun halnya dengan hubunganku dengan dua mantan kekasihku terdahulu yang juga kandas karena alasan yang sama yaitu perbedaan status ekonomi.

Hhh, menyedihkan sekali nasibku. Tapi aku tak dapat berbuat apa-apa selain pasrah kepada Tuhan. Aku yakin semuanya akan dapat kulalui bersama-Nya dan aku berharap semua akan berakhir dengan indah tepat pada waktu-Nya.

Semoga aku mendapatkan seorang pendamping yang tulus mencintaiku dan keluarganya yang juga tulus menerimaku dengan tidak mempermasalahkan status ekonomiku lagi.

Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang