Rico Marcellino
Usai menyanyikan lagu tadi, aku menghampiri Angela dan membantunya berdiri.
Semua orang yang ada di cafe ini memperhatikan kami, para pemain musik tadi pun tetap mengiringiku dengan lagu yang kunyanyikan barusan.
Kukeluarkan kotak kecil berisi cincin dan membukanya. Kuraih tangan kiri Jelita dan berlutut di hadapannya.
"Angela Jelita, perkenalan kita yang berlangsung cepat tidak meruntuhkan niatku untuk meminangmu. Aku yakin bahwa kamulah wanita yang Tuhan kirimkan untukku. Terimalah cincin ini sebagai ungkapan cintaku padamu."
"Kamu melamarku, Mas?" tanya Angela tak percaya.
"Hehehee.. Ya begitulah.. Maaf kalo terlalu cepat dan tanpa persiapan. Aku gak mau keduluan orang lain. Maukah kamu bersama denganku menjalani hubungan ini ke jenjang yang lebih serius?"
"..."
"Aku akan menikahimu setelah kamu meraih gelar doktermu, Angela.."
"Aaa.. Akuu.." Kulihat mata Angela berkaca-kaca. "Aku bersedia, Mas.."
"Yuhuuu! Aku diterimaaaa!" ucapku lagi pada semua yang hadir di cafe. Mereka semua bertepuk tangan dan berteriak agar aku memasangkan cincin ke jarinya. Aku pun memasangkan cincin itu ke jari manisnya dan ternyata ukurannya pas. Kukecup keningnya lembut dan kupeluk lagi dirinya. "Makasih sayang!"
"Makasih Mas buat semuanya!"
Banyak orang yang berada di cafe itu secara bergantian mengucapkan selamat pada kami.
Segera setelah pesanan makanan kami datang, kami menyempatkan diri untuk foto bersama.
Aku tidak menyangka bisa dengan cepat melamarnya dan langsung diterima. Semua berjalan dengan lancar walau tanpa persiapan.
Tuhan, terima kasih untuk hari yang indah ini..
Atas karunia-Mu untuk kami berdua..
Kumohon, lancarkanlah hubungan kami berdua hingga ke jenjang pernikahan..***
Angela Jelita
Hari ini aku diberikan banyak kebahagiaan tak terduga. Aku telah dilamar oleh Mas Rico dan aku menerimanya. Padahal baru tadi pagi kami resmi menjadi sepasang kekasih.
"Mas, aku gak nyangka bisa secepat ini Mas ngelamar aku.." ucapku pada Mas Rico. Saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang.
"Aku juga, Angela. Aku hanya mengikuti naluriku saja untuk melakukannya.." Mas Rico meraih tangan kananku dan menggenggamnya dengan tangan kirinya. "Tapi apa kamu bahagia?" tanya Mas Rico lagi.
"Tentu saja, Mas. Aku sangat bahagia walau aku mungkin belum bisa mengatakan aku cinta kamu saat ini."
"Aku paham kok. Aku harap kebersamaan kita di hari-hari esok bisa membuatmu cepat jatuh cinta padaku."
"Kalau Mas seperti ini terus, bagaimana mungkin aku gak cepat jatuh cinta sama Mas. Hehehe.."
"Baiklah.. Aku akan menunggumu mengucapkannya."
"Pasti. Aku pasti mengatakannya."
"Nah.. Kita sampai.. Oh iya besok aku jemput?" tanya Mas Rico.
"Gak usah, Mas. Mas udah capek banget pasti seharian kesana kemari. Aku bisa sendiri kok.." jawabku padanya. Aku tidak ingin merepotkannya.
"Baiklah, hati-hati ya besok perginya. Selamat malam.. Selamat istirahat, Sayang.." Kami pun berpelukan sebelum aku turun dari mobil.
"Selamat istirahat juga, Mas. Hati-hati nyetirnya, kalo udah sampai kabari aku."
"Pasti. Bye!"
"Bye!"
Aku melangkah masuk ke lobby dan menunggu lift terbuka.
"Jel! Hayooo tumben baru pulang."
"Siskaaaa! Iya tadi habis pergi sama Mas Rico."
"Ccciieee.. Gimana kalian? Udah jadian?" tanya Siska.
Tringgg.. Pintu lift terbuka. Kami masek ke dalam lift dan memencet tombol lantai yang kami tuju.
"Ehhmm.. Iya udah tadi pagi, Sis.." jawabku.
"Aaaahhh!! Congrats yaaa! Aku ikut seneng.." Siska berteriak dan memelukku erat.
"Maakassiiihh Siskaaa.. Tapi dia juga barusan ngelamar aku!" Aku menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisku.
"What???!! Di hari yang sama?!" teriak Siska lagi.
"Yup!" balasku.
"Wow! Berita besar ini sih.. Kapan kalian rencanya menikah?" tanya Siska sambil mencubit pipiku gemas.
"Aww! Siskaaa.. Sakit.. Uhm, Mas Rico inginnya setelah aku dapetin gelar dokter, Sis.." jawabku.
"Gilaaa! Mas Rico keren banget! Pengen denger cerita lengkapnya, Jel.." Siska tampak antusias mendengar kelanjutan ceritaku.
"Hehehe.. Iya iya, besok deh aku ke ruang apartemenmu buat cerita.. Aku udah mau nyampe nih sekarang.."
"Ok, ok.. Mpe besok yaaa, Jel!"
Aku mengangguk dan melambaikan tanganku pada Siska. "Bye, Sis!"
Aku masuk ke ruang apartemen dan ternyata Ayah, Bunda, dan Mila belum tidur. Mereka sedang menonton televisi.
Aku menceritakan acara jadian dan lamaran yang mendadak itu pada Ayah, Bunda, dan Mila. Mereka semua kaget pada awalnya tapi akhirnya mereka memelukku dan mengucapkan selamat padaku.
"Jel, Bunda ikut bahagia mendengarnya.. " ujar Bunda terharu.
"Ayah juga.." ucap Ayah.
"Mila apalagi, Kak.." Mila pun ikut menimpali.
"Makasih ya, Yah, Bun, Mil.." Kami berempat saling berpelukan.
"Yang penting kamu tetap fokus ya sama koasmu. Jangan sampai mengecewakan.." nasihat Bunda.
"Iya, Bun. Pasti.." ucapku.
"Ya udah, kamu mandi dulu aja. Nanti Bunda siapin makannya."
"Makasih, Bundaaaa.. Tapi Jelita udah makan kok. Hehehe! Jelita mandi dulu yaa.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Economy
Romance3 kali menjalin cinta, 3 kali pula hubungan itu harus kandas karena penyebab yang sama. Penyebabnya adalah perbedaan status ekonomi keluarga seorang wanita cantik yang bernama Angela Jelita yang tidak sederajat dengan keluarga mantan-mantannya itu...