Love & Economy

Bab 7

Dirga Saputra

Aku masih tidak habis pikir akan kenyataan yang diceritakan Siska tempo hari mengenai ayah tirinya, Om Tanu.

Laki-laki itu ternyata adalah penyebab kebangkrutan keluarga Jelita 7 tahun yang lalu. Om Tanu berbuat curang sehingga bisnis yang dimiliki ayah Jelita jatuh ke tangannya.

Semenjak itu kehidupan Jelita dan keluarganya terpuruk bahkan kehilangan tempat tinggalnya.
Jelita pun yang saat itu tengah menyelesaikan studi S1 nya di kedokteran harus terseok-seok dalam hal pembayaran kuliah dan juga untuk kehidupan sehari-hari.
Jelita sampai harus bekerja paruh waktu untuk membantu perekonomian keluarganya.

Walau akhirnya dia dapat meraih gelar sarjananya, tapi dia tidak dapat melanjutkan pendidikan profesi dokternya karena Jelita ingin bekerja dulu.

Itulah sebabnya Siska mati-matian ingin membantu Jelita sahabatnya mendapatkan pekerjaan tetap agar Jelita dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari dan agar dia dapat melanjutkan pendidikannya menjadi seorang dokter.

Jelita yang malang..

Namun, aku tak kalah terkejut tatkala Siska mengatakan bahwa Om Tanu seringkali memukulnya dan bahkan berusaha membunuhnya.

Demi harta, Om Tanu berbuat kejam terhadap Siska dan Ibunya. Ibunya Siska yaitu Tante Mira, tidak tahan akan perlakuan Om Tanu hingga sering sakit-sakitan dan meninggal pada akhirnya.

Ancaman Om Tanu yang akan membunuh Siska rupanya tidak main-main terutama saat Siska mengetahui tindakan Om Tanu pada keluarga Jelita.

Siska sempat hendak dibunuh oleh Om Tanu dan beruntungnya dia karena ayahnya Jelita menyelamatkan dirinya. Bahkan Jelita juga rela mendonorkan darahnya saat Siska perdarahan akibat didorong oleh Om Tanu.

Om Tanu yang tak menyangka kalau Siska selamat akhirnya harus menerima akibatnya karena Siska dapat memberhentikan niatan Om Tanu untuk meraup kekayaan peninggalan Tante Mira.

Jelita.. Jelita.. Jelita..

Aku tertarik pada dirinya yang kini selalu ada di ruangan kantorku.
Cantik, baik hati, sederhana, dan rajin.

Dia dapat dengan cepat memahami tugas pekerjaannya walau aku tahu pekerjaannya kini berbanding terbalik dengan hal yang selama ini dipelajarinya di kedokteran.

Calon Bu Dokter ini aku yakin dapat sukses di masa depan terutama dengan sikapnya yang rendah hati dan mau menolong tersebut.

Aku semakin penasaran dengan dirinya. Hmm, lebih tepatnya aku terpesona pada Jelita. Aku jadi ingin membantunya diam-diam hingga dia dapat sesegera mungkin merampungkan studinya yang tinggal sedikit lagi.

"Siapa ya yang dapat aku mintai bantuan?" ucapku dalam hati.

Lama aku memikirkan orang yang dapat aku mintai bantuan untuk memasukkan Jelita ke rumah sakit pendidikan.

Tiba-tiba saja terlintas sebuah nama. Nama seorang pria tampan temannya saat kecil yang kini menduda. "Rico"