Bab 15

3.7K 181 0
                                    

3 minggu kemudian..

"Halo, Kak Jel!" terdengar teriakan Mila di seberang sana.

"Halo, Mila. Duhh, ada apa teriak-teriak gitu sih?" ujarku jengkel.

"Kakakku sayanggggg.. Uhm, nanti sebelum pulang kantor, mau gak beliin nasi goreng yang kayak beberapa minggu lalu kakak bawa pulang itu. Heheheee.. Pleaseee! Nanti aku pijetin deh.." ucap Mila lagi.

"Iya deh iya adikku yang bawel. Gak usah ngerayu gitu deh. Nanti pulang kantor kakak mampir sana dulu. Ayah sama Bunda ma..

"Jeliitaaaa.." terdengar suara Pak Dirga memanggilku.

"Ah iya, Pak Dirga. Ada yang bisa saya bantu?"

"Oh maaf kamu sedang telepon?!"

"Gak apa-apa. Ini cuma adik saya."

"Ya sudah, tolong kamu setelah ini ke ruang rapat ya."

"Baik, Pak."

"Oya, salam untuk adikmu.. Hehehee.." ujar Pak Dirga sambil berlalu.

"Eeehh?!" gumamku sambil mengikuti arah Pak Dirga pergi

Kulihat hp ku lagi, ternyata Mila sudah memutuskan panggilan telepon. Tadinya aku mau minta Mila menanyakan pada Ayah dan Bunda mau dibelikan masakan apa.

Hmm ya sudah, paling nanti aku belikan capcay kuah untuk Ayah dan Bunda.

***

"Jel, nanti aku numpang makan malem lagi dong, hihihi.. Lagi pengen makan bareng keluarga kamu nih. Nanti aku kasih tiket nonton film kartun deh.. Ya tapi kalau film kartunnya ada, hehehe.."  ujar Siska. Ya saat ini kami baru selesai rapat dan sedang menuju ruangan Siska.

"Hmm.. Dasar.. Bukan karena Mbok Ijah pulkam terus kamu gak ada yang masakin?" cecarku.

"Hihihiii.. Yaaa, ketauan deh!" cengirnya.

"Aku kenal kamu bukan sejam dua jam kali. Ya iyalah aku tau. Ya udah boleh deh. Uhm, tapi kayaknya nanti masakannya aku beli jadi."

"Yes! Makasihhh Jel.. Gak apa-apa masakannya beli juga, yang penting aku nitip seporsi kalo gitu. Oke?!"

"Kamu itu mirip deh ama Mila. Sama-sama jago ngerayu hahaha!"

Kami pun sampai di ruangan Siska. Sudah lama kami tidak betemu karena beberapa minggu ini Siska tugas di luar kota.

"Jel, gimana sepupu aku?"

"Gimana apanya, Sis?"

"Ya sifatnya atau apa gitu.."

"Selama ini sih Mas Dirga baik dan banyak ngajarin aku banget."

"Cuma itu aja? Cakep gak?"

"Kamu nih.. Hahaha! Kamu mau aku jawab apa? Gak mungkin kan aku bilang jelek? Karena kalo jelek, mana mungkin setiap dia lewat para kaum hawa sampai gak berkedip gitu."

"Cemburu gak?"

"Eehh?!"

"Ya kali aja kamu ada feeling gitu ama sepupu cakep aku. Hihihii.."

"Kamu ada-ada aja, Sis. Hmm, aku gak mungkin ada perasaan ke Mas Dirga."

"Apa kamu belum bisa ngelupain mantan kamu itu?" tanya Siska.

"Gak, Sis. Aku udah merelakan dia."

"Maaf, Jel. Boleh aku tau alasannya?"

"Aku cukup trauma untuk jatuh cinta lagi, apalagi yang derajatnya lebih tinggi dari aku. Kamu tau, aku bukan siapa-siapa." jelasku sedih. "Apalagi Mas Dirga sama seperti kamu yang udah terlalu baik dan berjasa besar untuk aku dan keluarga. Mana mungkin aku sampai jatuh cinta, aku cukup tau diri."

"Ssstt.. Kamu kok ngomong gitu? Aku gak suka kamu ngungkit-ngungkit masalah bantu kamu dll. Aku tau Mas Dirga tertarik sama kamu. Aku lihat dari cara dia memandang kamu. Apalagi kalo nyeritain tentang kamu ke aku, matanya berbinar-binar banget. Tapi aku gak mau maksa kamu buat lebih dekat sama Mas Dirga. Mau dekat sampai jadian boleh, temenan aja juga boleh. Hanya saja aku bisa jamin kalo dia gak bakal macem-macem sama kamu, apalagi mandang seseorang hanya dari statusnya." ujarnya panjang lebar lalu memelukku. "Aku pengen kamu bahagia, Jel.. Hapus trauma kamu.."

"Sis.."

"Ya?"

"Terima kasih.." balasku dan membalas pelukannya erat.














Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang