Bab 26

3.2K 167 0
                                    

Angela Jelita

Aku dan Siska sudah ke mall membeli berbagai perlengkapan untuk acara ulang tahun Mas Dirga beberapa minggu lagi. Ada balon dan pita warna warni, topi karton, piring kertas, sendok plastik, tusuk sate serta kembang api. Aku juga membeli kotak ukuran sedang, kertas kado, dan kartu ucapan selamat ulang tahun.

Tadi kami juga sempat ke toko kue untuk memesan kue tart. Rencananya kami juga akan barbeque-an di villa. Jadi untuk daging, sayur dan berbagai bumbunya nanti kami beli sehari sebelum ke villa.

Kami juga sempat keluar masuk dari satu toko ke toko yang lain untuk mencari kado untuk Mas Dirga. Siska akhirnya membeli sebuah jam tangan dan aku membeli sebuah t-shirt serta sebuah CD lagu terbaru sebagai kado untuk Mas Dirga.

Nanti saat aku membungkus kadonya, aku akan menuliskan panggilan khusus-ku untuk Mas Dirga di kartu ucapan selamat ulang tahunnya. Aku sudah memikirkan sebuah nama panggilan untuknya yaitu sayang.

Sebuah sebutan yang selalu dia pakai saat memanggilku, dan aku akan menggunakan panggilan itu juga saat memanggilnya.

Selesai membeli semua keperluan, kami makan malam di food court mall tersebut lalu pulang ke apartemen.

Rasanya lelah sekali hari ini. Lebih baik aku tidur.

...

Kami bergandengan tangan dan berlarian di pinggir pantai.

Kami saling mencipratkan air laut dengan tangan kami.

Hanya ada suara ombak dan tawa kami di sana.

Namun tiba-tiba dia berjalan mendekatiku, memeluk diriku, dan mencium bibirku cukup lama.

"Aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Terima kasih kamu telah menerima aku menjadi pasanganmu. Aku sangat bahagia bisa memilikimu."

"Aku juga sayang dan cinta kamu, Mas. Terima kasih karena kamu mau menerimaku dan memberikan cintamu untukku."

"Berjanjilah padaku."

"Janji apa?"

"Berjanjilah kamu akan meneruskan pendidikan koasmu dan menjadi dokter seperti yang kamu cita-citakan. Kamu tidak perlu bingung masalah keluargamu, karena aku akan membantumu. Karena juga menyayangi keluargamu seperti aku menyayangi kamu."

"Mas.."

"Jel, biarkan aku menyelesaikan perkataanku."

"Tapi.."

"Sssttt.. Berjanjilah satu hal lagi padaku. Bila aku tidak ada lagi di dunia ini, kamu mau membuka hatimu untuk cinta yang lain. Kamu pantas bahagia."

"Maksud kamu apa, Massss?? Jawab aku!! Ada apa sama kamu? "

"Aku mencintaimu, Angela Jelita. Selalu mencintaimu. Berbahagialah.."

Dia tersenyum, membelai rambutku kemudian pergi menjauh dari hadapanku.

"Mas Dirgaaaa! Mas mau kemana? Aku mau ikutttt.."

"Jangan ikuti aku, Jel! Tetaplah di sana.."

"Masss! Tunggu akuuu!! Jangan tinggalin aku! Aku cinta kamuuuu!!!

"Aku juga mencintaimu, Jel. Tetaplah di sana dan penuhi janjiku. Selamat tinggal, Jelita ku."

"Maaassss!!!!!"

"Tiddddaaakkk!!! Masssss!!!"

"Kak Jellll, bangunnn Kakkkkk!!! Bangun!" teriak Mila sambil menepuk pipiku.

"Masss!!" aku terbangun dan terengah-engah.

"Aku ambilin minum dulu ya, Kak." ujar Mila lagi.

Mila memberikan aku segelas air putih dan aku meneguknya hingga tandas. Mimpi tadi seperti sangat nyata. Aku memegang dadaku yang berdebar. Semoga mimpi tadi tidak terjadi.

Mila memelukku dan berkata, "Kak Jel mimpi buruk ya kayaknya? Ya udah sekarang kakak doa dulu sebelum tidur lagi."

Aku pun mengangguk dan mungkin benar juga perkataan Mila. Pasti karena aku belum doa tidur makanya aku mimpi yang tidak mengenakkan.

"Thank's ya, Mil.." balasku.

Setelah berdoa, aku melihat handphone ku dan mengecek apa ada telepon atau pesan. Aku membuka galeri dan melihat fotoku bersama Mas Dirga.

Ya Tuhan, semoga tidak ada apa-apa dengan dia dan juga kami semua.

"Kak Jel, ayo tidur lagi. Sekarang udah jam 2 pagi loh. Mila akan meluk kakak sampai kakak tidur."

"Baiklah. Terimakasih ya, Mila. Selamat tidur."

"Selamat tidur juga, Kak.."

Tok.. tok.. tokk..

Tokkk.. tokk.. tok..

"Kak.. Ada yang ngetok pintu ya?"

"Eh iyaa.. Duh siapa subuh-subuh gini ngetok?"

"Yuk, kita buka pintunya. Aku ambil sapu dulu, kalo orang jahat bisa aku pukul."

Aku mengangguk dan menunggu Mila mengambil sapu. Dia berdiri di belakang pintu dan memegang sapu.

Tokk.. tokk.. tokk..

Pelan-pelan aku membuka pintu dan melihat Siska lah yang berdiri di depan pintu. Dia nenangis.

"Siska?" tanyaku.

"Jel.. Mas Dirgaa.."

"Mas Dirga kenapaaa, Sis?! Cepaaat bilang sama aku!!" teriakku tak sabar sambil mengguncang tubuh Siska. Mila memegang tanganku dan menenangkanku.

"Diaaa.. Mas Dirgaaa kecelakaan, Jel."
Siska menangis dan menghambur ke pelukanku.

Aku seperti tersambar petir. Mimpi tadi ternyataaaa..

Aku menangis sejadi-jadinya dan jatuh ke lantai. Aku takut sekali dia pergi meninggalkanku seperti di mimpiku.

Mila membangunkan Ayah dan Bunda. Mereka kini ada di sampingku dan memelukku juga.

"Bagaimana kondisinya, Sis?!" tanyaku lagi.

"Dia kritis, Jel. Tadi aku di telepon dari Rumah Sakit Kasih. Ayo kita kesana secepatnya, Jel!" ucap Siska.

"Ayah ikut ya menemani kalian berdua. Bunda dan Mila tunggu di apartemen saja ya.." ujar Ayah.

Ayah dan Siska membantuku untuk berdiri. Kami segera berangkat ke Rumah Sakit Kasih.

"Mas Dirga, aku mohon jangan tinggalkan aku. Tuhan, aku mohon sembuhkan dia."

Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang