Bab 19

3.5K 181 0
                                    

Dirga Saputra

Aku seperti tengah berada di dalam surga karena saat ini aku bisa bersama bidadariku dalam waktu lama. Kami begitu dekat bahkan kini aku tengah disuapinya makanan yang sangat lezat. Dia juga sempat mengompres keningku tadi.

Bahagianya..

"Jel.. Makanannya ehmm.." ujarku memecah keheningan.

"Kenapa, Mas? Maaf makanannya gak enak ya?" tanyanya panik.

"Hihihii.. Kamu lucu kalau panik begini. Ehmm, makanannya enak kok, Jel. Sangat enak malah. Sudah lama aku gak makan makanan rumahan seperti ini. Aku rindu makanan rumahan. Ya seperti kamu tahu, aku biasanya makan di restoran atau cafe. Di apartemen pun aku paling makan sereal, minum susu, atau makan makanan yang dibekukan. Thank you, Jel." jelasku lagi.

"Sama-sama, Mas. Syukurlah kalau ternyata Mas suka masakannya. Lain kali aku bawain lagi. Mas suka makanan apa? Ada yang dipantang gak? Ya barangkali Mas ada alergi makan sesuatu."

"Bener ya nanti bawain lagi?! Aku gak ada pantangan makanan. Aku cuma pantang makan bekalnya kalau bukan kamu yang nyuapin hehehee.."

"Ihhh, Mas lagi sakit masih aja gombal hahaha! Iya nanti aku bawain."

"Tapi ini bener kamu yang masak kan?" tanyaku penasaran.

"Iya aku yang masak. Barengan sama Bunda juga." ujar Jelita.

"Apa Bunda kamu kerja?"

"Gak, Mas."

"Uhm, kalau tidak keberatan, sekali waktu aku pesen masakan ke Bunda boleh? Untuk acara rapat gitu. Kan bosen juga makan di hotel atau pesen dari restoran."

"Boleh, Mas. Terima kasih banyak ya. Bunda pasti senang karena ada aktivitas."

Aku senang dia menerima tawaranku. Aku hanya ingin membantu meringankan bebannya. Karena aku tahu dari Siska, Jelita sedang mengumpulkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan dirinya sendiri.

"Habisss.. Sekalian minum obat ya,  terus Mas istirahat," ucapnya saat aku menerima suapan makanan terakhir. Dia menungguku selesai menelan dan menyerahkan segelas air putih dan obat padaku.

"Terima kasih," ujarku setelah meminum obat itu. "Boleh aku ngomong sesuatu?"

"Boleh, Mas. Ada apa?"

"Uhm.. Mungkin waktunya kurang pas, suasananya juga kurang oke, tapi aku udah gak sabar untuk mengungkapkannya."

Aku duduk berhadapan dengannya. Kuraih kedua tangannya dan kugenggam erat. Kutatap kedua matanya dan segera kuungkapkan semua perasaan yang ada di dalam hatiku.

"Jelita.. Saat pertama kali aku melihatmu, aku langsung jatuh hati. Semakin lama kita ngobrol, aku merasa nyaman. Saat aku pergi dan berjauhan sama kamu, aku kangen kamu. Aku tau, mungkin ini masih terlalu cepat. Kalau kamu bersedia, aku gak akan memaksa kamu untuk menerimaku hari ini juga, aku akan menunggu kesiapanmu. Kita bisa mulai PDKT dulu ala ABG, hehehe.. Tapi kalau kamu menolak, aku juga gak akan memaksa atau marah karena itu hakmu."

Dia tampak kaget mendengarnya, kurasakaan genggaman tangannya mengerat.

"Aku sayang kamu, Jel."

***

Angela Jelita

"Aku sayang kamu, Jel."

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan. Aku tau Mas Dirga sudah begitu baik padaku selama ini. Aku tidak ingin menyakiti hatinya.

Kupandangi wajah Mas Dirga yang tampak pucat. Kedua matanya sayu namun memancarkan kehangatan.

Aku teringat perkataan Siska waktu itu untuk menghapus trauma aku. Apakah ini saatnya untuk aku kembali membuka hati lagi? Oh Tuhan, semoga keputusanku benar.

"Sebelum aku menjawabnya, aku ingin menceritakan keadaanku sebenarnya dari awal. Aku gak mau di kemudian hari Mas kecewa dengan semuanya."

"Baiklah, aku akan mendengarkan."

"Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adikku bernama Mila dan saat ini dia masih sekolah. Kami tinggal bersama Ayah dan Bunda. Kami hanyalah orang biasa, bukan dari kelas atas. Siska dan aku sudah bersahabat sejak lama. Dia yang telah banyak membantu aku dan keluarga hingga saat ini. Dari mulai pekerjaanku hingga tempat tinggal yang kami tempati saat ini adalah milik Siska. Aku gak ingin berhutang budi pada Siska, aku akan mengembalikannya sesegera mungkin begitu tabunganku cukup. Aku bukanlah wanita yang memanfaatkan kebaikan sahabatnya."

"Aku tau kamu bukan wanita yang seperti itu. Aku juga tau kamu pasti merasa serba salah saat ini. Di satu sisi kamu merasa berhutang budi pada Siska, di sisi lain kamu ngerasa gak enak karena aku adalah sepupunya Siska. Aku gak mau kamu menerima aku hanya karena alasan itu. Tapi aku juga siap kalau kamu menolak aku karena kita belum lama kenal. Jadi, jangan ngerasa gak enak karena aku sepupunya Siska. Ikuti kata hatimu, Jel.."

"Masih ada hal lain yang Mas perlu tau. Aku sebenarnya masih takut jatuh cinta. Tiga kali aku menjalin cinta dengan pria yang status sosialnya di atas aku, tapi keluarganya menolakku karena keluargaku tidak sederajat dengan mereka. Dan kini aku juga takut karena status Mas juga di atasku, aku takut itu terulang kembali."

"Jelita, heiii..! Coba lihat aku, tatap mata aku. Aku gak akan ngebiarin siapapun menyakiti kamu sekalipun itu keluargaku. Aku akan memperjuangkanmu. Aku juga gak mempermasalahkan perbedaan status sosial, karena cinta tidak melihat itu semua. Izinkan aku untuk menghapus traumamu serta mengobati luka di hatimu. Izinkan aku menjadi sandaranmu di saat kamu lelah, dan perkenankan aku untuk terus mencintaimu.."

Aku terharu mendengar penyataan Mas Dirga. Aku rasa keputusanku benar kali ini. Aku akan mencoba membuka hatiku kembali dan membiarkannya diisi lagi dengan cinta dari Mas Dirga.

"Aku bersedia, Mas.. Aku akan membuka hatiku untukmu. Maafkan aku yang kini belum mencintaimu, karena kita belum terlalu lama mengenal. Tapi aku akan berusaha."

"Benarkah ini, Jel?! Terimakasih untuk memberikanku kesempatan ini. Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, karena aku ini kan tampan dan baik hati, hahaha.." ujar Mas Dirga. Dia lalu membawaku ke dalam pelukannya dan aku pun membalasnya. Aku lega karena aku terbuka mengenai diriku pada awalnya. Semoga aku bisa segera membalas perasaanya yang tulus dan semoga ini menjadi awal yang baik bagi kami berdua




Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang