Rico Marcellino
Aku bingung melihat Angela tiba-tiba menangis. Hatiku ikut sakit melihatnya sesedih ini. Entah mengapa, aku memeluknya dan mengelus rambutnya. Aku ingin dia bisa membagikan kesedihannya denganku.
Ternyata penyebab kesedihannya adalah lagu tadi yang merupakan lagu kenangan antara dirinya dengan almarhum Dirga.
"Skali lagi maafin aku, Angela. Aku tidak tau."
"Gak apa-apa, Mas. Aku yang terlalu terbawa suasana. Padahal itu sudah lama berlalu. Maaf Mas, bajumu jadi basah karena tangisku."
"Apa kamu sudah lebih lega?"
"Uhum.."
Aku melepaskan pelukanku padanya. Aku menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Jangan sedih lagi ya. Kamu mau langsung pulang atau mau tetep makan dulu?"
"Makan dulu aja gak apa-apa. Mas kan lapar.." ucap Angela sambil menghapus sisa tangisnya.
"Kamu juga lapar kan?"
"Iya."
Aku memasang seat belt ku kembali dan melajukan mobil lagi.
"Angela.. Boleh aku bertanya?" tanyaku. Melihatnya sedih karena ditinggal orang yang dicintainya, seperti halnya melihat diriku yang sedih akibat ditinggal Cathy.
"Ya, Mas." jawabnya.
"Mengapa memaafkan seseorang yang telah menyakiti kita itu sulit?" tanyaku lagi.
"Karena kita terlalu menaruh harapan dan juga memberikan kepercayaan kita padanya. Bisa juga karena kita terlalu mencintainya dan tidak mau belajar menerima kenyataan.." jelasnya.
"Lalu bagaimana cara menyembuhkan luka di hati kita?"
"Dengan belajar menerima keadaan dan merelakannya. Juga mencoba membuka hati lagi untuk orang lain."
"Aku pernah menikah dan sudah bercerai. Dia berselingkuh dengan laki-laki lain yang dia anggap jauh lebih tampan dariku, yang selalu ada di saat dia ingin hang-out bersama teman-temannya. Aku yang selalu bekerja keras untuknya demi membahagiakannya tidak lagi dihargai."
"Aku sebelum bertemu dengan Mas Dirga juga mengenal sakit hati dan kecewa. Sebelumnya aku pernah 3 kali berpacaran, tapi semuanya kandas hanya karena status ekonomiku yang tidak seperti keluarga mereka. Tapi waktu itu Siska menasihatiku dan menyuruhku untuk belajar membuka hati lagi. Dan rupanya takdir mengarahkanku untuk bersama Mas Dirga. Tapi kini takdir juga yang menghentikan hubungan kami dengan kepergiannya untuk selama-lamanya."
"Berarti kita sama-sama ditinggalkan, Angela." Aku menoleh sesaat ke arahnya.
"Bisa dikatakan begitu. Mungkin jodoh kita dengan mereka hanya sampai waktu itu saja, saat mereka pergi."
"Ya, aku juga pernah mendengar kalimat itu sebelumnya. Terima kasih, Angela.." ucapku lagi.
"Sama-sama, Mas."
Kami akhirnya sampai di tempat penjual nasi goreng, tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan Angela. Hujan masih turun dengan derasnya, aku mengambil payung di jok belakang dan keluar.
Aku membukakan pintu untuk Angela dan memayunginya. Kami memesan dua porsi nasi goreng dan dua gelas teh manis panas, kemudian duduk di bangku yang kosong.
"Mas, apa boleh payungnya diberikan ke Ibu itu?" tanya Angela tiba-tiba padaku. Dia menunjuk seorang wanita tua dengan pakaian lusush yang berdiri di dekat Bang Ali sambil menggandeng seorang anak kecil. "Sepertinya dia mau pulang tapi tidak membawa payung.." ucap Angela lagi.
Ahh mulia sekali hatinya. "Boleh, ini.." jawabku sambil menyerahkan payung pada Angela. Aku melihat dia tersenyum padaku, senyumnya sangat manis. Dia segera berdiri dan menghampiri wanita tua itu. Wanita tua itu tampak senang dan menjabat tangan Angela.
"Kamu baik, Angela."
"Mas juga baik kok. Tadi juga Mas memayungi aku dan memberikanku tumpangan bukan?!"
Rupanya Angela memperhatikan dan menghargai hal-hal kecil seperti itu. Cantik, baik, dan rendah hati. Aku ingin menjahilinya.
"Tapi sepertinya kamu harus mengganti payungku."
"Ahh, benarkah? Berarti aku tarik perkataanku lagi karena sudah bilang Mas baik. Hmm, ternyata Mas perhitungan."
"Hahaha! Kamu yakin? Aku konsulenmu loh."
Wajah Angela tampak memucat, aku rasa dia takut dengan perkataanku barusan. Ya mana ada koas yang berani meminta payung konsulennya lalu diberikan kepada orang lain. Bunuh diri itu namanya. Tapi kalau dilihat dari sisi lain, pasti kita sebagai konsulen malah bangga dengan kebaikannya untuk membantu orang lain.
"Kamu tau wajahmu lucu kalau takut, hehehe! Tenang saja, aku tidak sungguh-sungguh."
"Maaf maaf maaf.. Duh, saya lupa kalau anda konsulen."
"Hmm, kenapa jadi pakai saya-anda lagi? Padahal tadi kita udah pakai aku-kamu loh.. Gak apa-apa.. Aku bangga memiliki koas yang baik hati seperti kamu, Angela.." ujarku.
"Iya sayaaa ehmm maksudnya aku.. Aku harus ganti payungnya dengan yang baru? Mas mau yang warna apa?" tanya Angela takut-takut.
Tiba-tiba aku teringat akan cerita Dirga yang selalu dibuatkan bekal oleh Angela. "Uhm, gimana kalo gantinya bukan dengan payung? Tapi dengan bikinin aku bekal selama 1 minggu?"
"Baiklah.. Mas suka masakan apa? Ada pantangan makanan gak?"
"Saya tidak bisa masakan yang pedas dan mengandung cuka. Nanti taruh di masakannya di meja saya ya."
Kami melanjutkan makan kami sambil mengobrol. Tak terasa sudah satu setengah jam kami di sana. Hujan pun masih setia turun dengan derasnya tanpa berniat berhenti walau sesaat. Kami berdua berlari ke arah mobil menembus hujan, namun tiba-tiba Angela terpeleset. Aku membantunya berdiri dan memapahnya sampai masuk mobil.
"Maaf, gara-gara aku, Mas jadi kehujanan dan basah kuyup.." ucap Angela padaku sambil melihat ke arahku.
"Kamu juga kehujanan kan, kita berarti impas, hehehe! Uhm, kaki kamu nanti diobatin ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Economy
Romance3 kali menjalin cinta, 3 kali pula hubungan itu harus kandas karena penyebab yang sama. Penyebabnya adalah perbedaan status ekonomi keluarga seorang wanita cantik yang bernama Angela Jelita yang tidak sederajat dengan keluarga mantan-mantannya itu...