Angela Jelita
"Jelita.."
"Mas Dirgaaa.."
"Kamu apakabar?"
"Aku baik, Mas. Aku sekarang udah jadi koas, seperti yang Mas inginkan."
"Itu bukan keinginan aku, tapi kamu. Aku hanya ingin membantu kamu meraih semua impianmu."
"Terima kasih ya, Mas. Mas begitu baik ke aku."
"Uhum.. Tetap semangat, jangan pantang menyerah. Aku percaya kamu bisa melalui semuanya. Jel, aku harap kamu bisa mulai membuka lembaran baru dengan pria lain."
"Tapi Mas, aku.."
"Dengan sahabatku Rico misalnya.."
Dia tersenyum dan perlahan bayangannya semakin menghilang..
"Masss!"
Aku terbangun dari mimpiku dan nafasku tidak beraturan. Aku teringat ucapan Mas Dirga di mimpiku yang menyuruhku untuk membuka lembaran baru dengan pria lain.
Tidak mudah bagiku melupakan Mas Dirga. Dia begitu tulus dan menerima segala keadaanku.
Di mimpiku tadi Mas Dirga memintaku untuk membuka hati untuk pria lain dan ada nama Mas Rico yang disebut olehnya.
Tuhan, aku mohon yang terbaik menurut kehendak-Mu.
Aku melihat ke arah jam dinding dan jarum jam sudah mengarah ke angka 4.
Sekarang lebih baik aku mandi lalu menyiapkan sarapan untuk keluarga juga bekal untuk Mas Rico.
***
Rico Marcellino
Setelah kemarin aku dan Angela berbelanja di supermarket, kami makan bersama di sebuah rumah makan yang menyajikan sate dan gule kambing sebagai makanan andalannya.
Di sana kami mengobrol banyak hal, dari mulai hobby hingga impian-impian kami di masa yang akan datang.
Aku teringat ucapan Suster Clara yang menyarankanku agar membuka hatiku lagi dan juga memiliki Angela agar tidak didahului orang lain.
Ya mungkin beliau benar, sebab melihat diri Angela yang cantik dengan kepribadian yang baik pula, membuatku takut akan kehilangan dirinya terlebih lagi apabila dimiliki orang lain.
Lebih baik aku bertukar pikiran dengan Siska.. Kebetulan sekarang jam 7 pagi, dia pasti sudah bangun.
"Halo, Sis.."
"Halo juga, Mas.. Tumben telepon pagi-pagi banget?"
"Sorry, ganggu gak? Uhm, ini soal Angela.."
"Gak ganggu kok, Mas. Hmm, biar kutebak. Kamu mulai suka ya sama sahabatku itu?!"
"Ehhh.. Enggg.."
"Hahahaaa! Kayaknya bener nih tebakanku. Kamu lagi bingung bukan? Mas, aku rasa ini waktu buatmu menjalin hubungan lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Jelita bukan wanita seperti mantan istri Mas Rico."
"Aku belum yakin dengan perasaanku, Sis. Aku merasa senang bila bersamanya selama ini. Aku merasa sedih saat melihat dia menangis hingga aku tak kuasa memeluk dirinya yang rapuh. Aku juga merasa takut kehilangan saat kemarin ini dia bersama pria lain yang ternyata mantan kekasihnya.."
"Itu artinya Mas Rico jatuh hati pada Angela."
"Tapi, Angela adalah seseorang yang berarti buat Dirga. Aaakuuu jadiii.."
"Jelita memang seseorang yang sangat berarti dalam hidup Mas Dirga. Namun kini Mas Dirga sudah tiada. Jadi gak salah kok kalo sekarang Mas Rico yang notabene adalah sahabat dari Mas Dirga mendekati Jelita."
Aku terdiam mendengarkan semua yang diucapkan Siska.
"Aku yakin Mas Dirga di surga pun akan setuju dan sependapat denganku bila Mas Rico dan Jelita bersatu, hehehe.."
"Hmmm.."
"Aku tau Mas adalah pria yang baik, setia, dan bertanggung jawab. Aku juga tau Mas bukan menilai seseorang dari materinya. Maka dari itu aku yakin Mas adalah orang yang tepat untuk Jelita."
"Terima kasih, Sis.."
"Yup! Pokoknya aku dukung kalian bersama. Jangan kelamaan ya, Mas. Takutnya Jelita disamber orang loh, heheehe.. Gud luck!"
"Aku janji akan menjadi pria terbaik untuknya, Sis.. Aku akan membahagiakannya.."
Aku segera mengakhiri panggilan teleponku karena aku mendengar suara ketokan pintu ruang kerjaku.
Tokk.. Tokk.. Tookk..
"Silakan masuk.."
"Selamat pagi, Dok.." ujar Suster Clara
"Selamat pagi, Suster Clara. Ada apa?"
"Ada Angela, Dok. Dia datang membawakan bekal lagi.." ujar Suster Clara sambil tersenyum padaku.
"Oh.. Persilakan masuk saja, Suster."
"Selamat pagi, Dokter Rico.." ujar Angela.
Angelaaa. Dadaku berdebar-debar melihat dirinya pagi ini. Aku rasa aku memang sudah jatuh hati padanya.
"Ah iya selamat pagi juga, Angela."
"Ini bekalnya, Dok.." ujarnya sambil menyerahkan kotak makanan padaku. "Saya juga membawakan Dokter ini." Angela menyerahkan termos kecil padaku. "Ini susu vanila panas, Dok."
"Susu vanila?"
"Dokter gak suka minum susu vanila ya? Apa Dokter mau susu coklat? Kalo iya, bisa ditukar dengan yang punya saya ini. Termos saya yang ini isinya susu coklat kok, Dok. Belum diminum juga."
"Ohh gak, bukan begitu. Hanya saja udah lama saya gak minum susu panas. Saya suka kok susu vanila, coklat juga. Hehehe.."
"Hmm.. Baiklah.. Besok Dokter ingin dibuatkan apa?"
"Roti bakar bisa? Isiannya coklat sama keju."
"Bisa, Dok. Uhm, kalo gitu saya permisi."
"Angela, tunggu sebentar."
"Ya, Dok."
"Hari Minggu besok apa kamu ada waktu? Saya ingin mengajak kamu lari pagi. Tentunya kamu membawakan bekal sarapan juga.." aku tersenyum melihat Angela tampak kaget mendengar ucapanku barusan. Ya, aku akan berusaha memiliki hati Angela karena aku jatuh cinta padanya. Aku akan melindungi Angela seperti janjiku pada Dirga dulu. Dan aku akan membuktikan pada Siska kalau aku adalah pria yang dapat Angela andalkan.
"Bisa, Dok."
"Aku jemput kamu jam setengah 7 pagi, oke?!"
Angela mengangguk setuju. Dia lalu pamit keluar. Ada rasa bahagia menyelimuti hatiku.
"Ehemmm! Ada yang bahagia sepertinya.. Hehehe!" Suster Clara masuk dan dia tersenyum padaku.
"Suster Clara bisa saja. Sepertinya Suster benar, saya memang jatuh cinta padanya."
"Saya doakan semoga Dokter Rico dan Angela bisa segera menikah."
"Aminnnn.."
Menikah.. Ya, aku ingin menikahinya dan menjadikannya pendamping hidupku juga ibu dari anak-anakku kelak.
"Dokter jangan melamun terus, dimakan bekalnya. Sebentar lagi kan visit ke ruangan."
"Iya, Suster. Terima kasih.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Economy
Romance3 kali menjalin cinta, 3 kali pula hubungan itu harus kandas karena penyebab yang sama. Penyebabnya adalah perbedaan status ekonomi keluarga seorang wanita cantik yang bernama Angela Jelita yang tidak sederajat dengan keluarga mantan-mantannya itu...