Bab 33

3.4K 152 0
                                    

Rico Marcellino

Aku tidak bisa menahan diri lebih lama lagi untuk menarik Angela menjauh dari pria itu. Akhirnya aku mendatangi mereka dan pria itu pun pergi.

"Ehemm.. Bisa tolong ikut ke ruangan saya sebentar, Angela?"

"Baik, Dok."

Kami berjalan menuju ruangan kerjaku. Sesampainya di sana, aku mempersilakan Angela masuk.

"Masuklah, silakan duduk."

"Terima kasih, Dok. Tapi maaf sebelumnya, ada apa ya Dokter Rico memanggil saya kemari?"

Astaga, bagaimana ini? Aku gak kepikiran alasan yang tepat mengajaknya kesini. Masa iya aku bilang kalau aku tidak suka melihatnya dengan pria tadi.

"Ehm.. Itu karena.. Ehmmm.." ujarku bingung.

"Apa ada keluhan tentang makanan yang saya bawakan untuk Dokter?"

Nah, benar yang Angela katakan. Aku bisa membuat alasan yang berkaitan dengan makanan yang dia bawa.

"Iiiyaa.. Memang tentang makanan yang kamu bawakan beberapa hari ini. Uhm, saya ingin menu berbeda untuk besok."

"Oohh.. Dokter ingin dibuatkan apa?"

Aku berpikir makanan apa yang ingin Angela buatkan untukku. "Kamu bisa bawakan saya pancake? Dengan saus coklat."

"Ohh pancake. Iya bisa, Dok. Apa ada lagi yang lainnya? Maaf bukannya lancang, tapi kalau Dokter hanya ingin menu makanan yang berbeda, Dokter Rico tidak akan sampai memanggil saya ke sini kan?"

Deggg.. Angelaaaa.. Kamu kenapa bisa nebak seperti ini sih? Memangnya keliatan ya kalau aku ada alasan lain memanggil kamu kemari?! Aku harus jawab apa ya Tuhan..

Entah ide darimana hingga aku menjawab, "Aku mau ngajak kamu pergi, Angela."

"Pergi??"

"Sebelumnya, jangan panggil Dokter kalau kita sedang di luar jam kerja. Panggil Mas saja." Aku kaget dengan ucapanku sendiri.

Kenapa aku jadi begini?

"Bagaimana kalau kita pergi sekarang?"

"Baik, Mas."

Aku segera mengambil kunci mobil dan tas kerjaku. Kami berjalan ke arah parkiran beriringan.

Jujur aku merasa bahagia bisa menariknya pergi dari pria tadi, bisa berjalan beriringan dengannya, dan sekarang pergi bersamanya. Apakah benar aku jatuh hati padanya?

"Angela, kamu mau pergi kemana?" ujarku sambil mengemudikan mobil.

"Tadi bukankah Mas yang mengajak aku pergi?"

Rico bodoh, kali ini kamu benar-benar tampak bodoh di hadapan koasmu yang cantik ini.

"Iya. Maksudku, ehmm.. Apa kamu ada rencana mau pergi ke suatu tempat dulu? Kan bisa aku anterin dulu."

"Ohh.. Gak kok, Mas. Tapi boleh kan nanti mampir ke supermarket di depan sana sebentar? Karena aku harus membeli tepung dan susu untuk pesanan makanan Mas besok."

"Boleh. Sekalian aku juga mau belanja."

Sepanjang perjalanan menuju supermarket, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua. Aku jadi kikuk sendiri berada di samping Angela. Begitu sampai, aku memarkirkan mobil di dekat pintu keluar karena tempat yang kosong hanya di sana. 

Angela tampak mengambil sebuah keranjang belanja. Tapi aku malah mengembalikan keranjang itu lalu menukarnya dengan trolley.

"Biar aku saja yang dorong, Mas."

"Gak apa-apa. Biar aku aja."

"Baiklah. Kita cari tepung dan susu cair dulu ya, Mas."

Kami mulai menelusuri lorong supermarket ini mencari tepung dan susu cair.

"Kamu biasanya pakai susu cair yang ini atau ini?" tanyaku pada Angela sambil mengangkat dua kotak susu cair dari merek yang berbeda.

"Yang kanan, Mas.." jawabnya.

Aku meletakkan kotak susu pilihannya di trolley.

"Tepungnya itu ada di sebelah sana."

Angela mengambil satu bungkus tepung dan aku hanya memperhatikannya saja.

"Mas tadi mau beli apa?"

"Buah-buahan.."

"Berarti kita ke depan dekat pintu masuk karena buahnya di sana."

"Tolong bantu aku pilihkan mangga arum manis, apel, dan jeruk ya."

Dia tampak telaten dan pandai memilih buah yang bagus. Sebenarnya aku bisa memilih buah sendiri, tapi entah mengapa kini aku ingin dia yang memilihkannya..

"Ini Mas, semua buahnya udah ditimbang semua." Angela memasukkan buah-buahan tersebut ke dalam trolley.

"Makasih ya. Uhm, kamu ada lagi yang mau dibeli?"

"Gak kok. Mas?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Ya udah yuk.."

Saat mengantri di kasir, Angela hendak membayar tepung dan susu cair yang dibelinya, tapi aku melarangnya. "Biar sekalian sama Mas aja bayarnya."

"Jangan, Mas."

"Udah gak apa-apa, kan itu juga bahan untuk pancake yang aku pesan.." ujarku lagi sambil tersenyum.

Usai membayar di kasir, aku dan Angela masuk lagi ke mobil.

"Angela, pria yang tadi di kantin itu uhmm.. Apa dia orang terdekat kamu saat ini?"

"Saat ini gak ada siapa pun yang dekat denganku, Mas. Dia itu Sammy, mantanku. Tadi kami tidak sengaja bertemu di kantin."

"Ohhh.. Apa kalian akan kembali? Uhm, maaf aku menanyakan ini padamu."

"Tidak. Aku dan dia hanya akan menjadi teman biasa saja."

"Oohhhhh... Syukurlah kalo gitu.." ujarku lagi. Aku sungguh lega kalau mereka hanya berteman saja.

"Kenapa memangnya, Mas?"

"Ah gak apa-apa. Hanya saja mungkin sudah waktunya kamu membuka hati kamu lagi selepas kepergian Dirga."

"Aku belum memikirkan hal itu sekarang, Mas.."

Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang