Angela Jelita
Enam bulan telah berlalu sejak kepergian Mas Dirga untuk selama-lamanya. Aku sekarang sudah masuk sebagai koas di Rumah Sakit Kasih selama 3 bulan, sudah menjalani 2 stase atau bagian yaitu Bedah dan THT.
Seminggu setelah Mas Dirga meninggal, Mas Rico mendatangiku. Dia menceritakan pesan yang Mas Dirga berikan kepadanya dan juga mengenai pekerjaan untuk ayah di toko buku milik Mas Rico. Siska yang saat itu tengah bersamaku, memintaku untuk melaksanakannya.
Aku waktu itu ragu untuk mengiyakan permintaan Mas Rico untuk meneruskan koas di Rumah Sakit Kasih yang memang merupakan rumah sakit pendidikan untuk universitasku. Namun, aku tidak ingin mengecewakan Mas Dirga yang kini sudah bahagia bersama Tuhan. Akhirnya aku menerimanya.
Aku akan berusaha agar harapan Mas Dirga padaku agar aku menjadi seorang dokter dapat menjadi kenyataan. Aku ingin membuatnya bangga di sana.
Kini aku disibukkan dengan kegiatan koas, Ayah juga sudah mulai bekerja di toko buku kedokteran, Bunda juga masih menerima catering, dan Mila masih meneruskan usaha online kami.
Untuk masalah perasaan, aku tidak terlalu memikirkannya. Aku juga tidak ingin larut dalam kesedihan karena aku tau banyak orang di sekitarku yang akan sedih juga kalau aku terpuruk.
Sekarang sudah jam 3 sore, aku menyempatkan diri ke perpustakaan untuk meminjam buku sambil menyelesaikan tugas.
"Selamat sore, Pak Ujang.." sapaku pada bapak penjaga perpustakaan.
"Selamat sore, Dokter Angela.." balasnya. "Mau mengerjakan tugas? "
"Iya Pak.."
"Silakan.."
"Makasih, Pak."
Ruangan perpustakaan ini cukup besar dan lengkap. Di sini juga disediakan komputer untuk kami mengerjakan tugas dan tentunya dengan akses internet yang kencang.
Aku mulai menyelesaikan tugasku dengan cepat agar saat pulang nanti aku bisa belajar untuk esok hari. Waktu telah menunjukkan pukul 5 sore dan aku pamit pada Pak Ujang.
Saat aku ke parkiran motor, aku melihat ban belakangku kempes. Ahh, tukang tambal ban jaraknya sangat jauh. Tidak mungkin aku mendorong motor sampai sana. Lagi pula sekarang sedang gerimis.
Lebih baik aku naik kendaraan umum saja.
Hujan turun semakin deras disertai angin, udara pun semakin dingin. Aku mempercepat langkahku berlari ke arah luar rumah sakit dan menunggu di halte.
Semoga ada kendaraan umum yang tidak terlalu penuh..
Ada sebuah mobil yang berhenti di depanku dan saat kaca mobilnya terbuka "Angela! Sini ikut saya saja!"
Ternyata Mas Rico eh maksudku Dokter Rico. "Tidak apa-apa, Dok. Saya naik kendaraan umum saja." tolakku dengan halus.
Kaca mobil ditutup dan dia ternyata turun berlari menghampiriku sambil membawa payung. "Ayo, saya antar. Kendaraan umum jam segini biasanya penuh karena jam pulang kantor. Tidak perlu sungkan karena saya konsulen, karena kita awalnya kenal kan sebagai sesama pembeli nasi goreng."
"Baik, Dok." Aku mengangguk dan dia memayungiku hingga aku masuk ke dalam mobil.
Saat di dalam mobil, Dokter Rico tidak langsung menjalankan mobilnya. Dia memberikanku tisu untukku.
"Keringkan wajah, rambut dan tanganmu yang basah, Angela." ujarnya lagi. Dia juga mengelap tangannya yang terkena air hujan.
"Terima kasih, Dok."
"Panggil Mas saja, ini kan sudah bukan di rumah sakit. Ingat kita ini pembeli nasi goreng, heheehe!" ucapnya lagi. Dia juga menyalakan penghangat lalu mulai melajukan mobilnya.
"Baik, Mas."
"Gimana koasmu, Angela? Apa ada kesulitan?"
"Sejauh ini lancar, Mas."
"Saya yakin kamu bisa, Angela. Teruslah belajar dan jangan menyerah. Lelah sudah pasti apalagi kalau di bagian mayor, tapi badai pasti berlalu. Oya, kamu tidak keberatan kalau nanti kita makan dulu di tempat nasi goreng? Saya lapar sekali."
"Tentu saja tidak. Saya juga lapar, Mas. Dan kali ini, saya mohon jangan berkata hal sompral seperti pertemuan kita yang kedua."
"Hahahaa!! Iya iya kamu masih ingat rupanya. Baiklah. Tapi kita sepertinya harus bermacet-macetan dulu sebelum bisa menikmati nasi gorengnya. Uhhm, Angela, kamu tidak keberatan kalau saya memutar lagu?"
"Silakan saja, Mas. Saya kan cuma numpang, hehe.."
"Kita dengerin radio aja ya."
I wanna make you smile
whenever you’re sad
Carry you around when your arthritis is bad
All i wanna do is grow old with youLagu ini.. Lagu saat Mas Dirga melamarku..
I’ll get your medicine when your tummy aches
Build you a fire if the furnace breaks
So it could be so nice growing old with youAku memalingkan wajahku ke sebelah kiri. Mataku terasa panas, aku teringat dia yang kini t'lah tiada.
I'll miss you
Kiss you
Give you my coat when you are cold
Need you
Feed you
Even let you hold the remote controlMas Dirga, apakabarmu di sana? Apa kamu bahagia? Aku tak kuasa membendung air mataku. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku.
"Angelaa.. Angela, kamu kenapa?"
Mobil ditepikan Mas Rico di sebelah kiri. Dia meraih kedua tanganku agar wajahku terlihat olehnya.
"Angela, lihat kemari.." Dia membawa kepalaku agar menatap dirinya. "Apa yang mengganggu pikiranmu?"
Aku semakin menangis mendengar perkataannya. Mas Rico membuka seat belt nya lalu memelukku dan mengelus rambutku. "Menangislah kalau itu bisa membuatmu lega."
"Lagu tadi adalah lagu saat dia melamarku di rooftop apartemen." ucapku.
"Maaf.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Economy
Romance3 kali menjalin cinta, 3 kali pula hubungan itu harus kandas karena penyebab yang sama. Penyebabnya adalah perbedaan status ekonomi keluarga seorang wanita cantik yang bernama Angela Jelita yang tidak sederajat dengan keluarga mantan-mantannya itu...