Bab 17

3.5K 181 0
                                    

Angela Jelita

"Aku pulang.." ujar Jelita saat memasuki apartemen.

"Kak Jel kok tumben telat banget pulangnya? Perut aku udah kruyuk-kruyuk nih hehehe," ucap Mila sambil menepuk-nepuk perutnya.

"Maaf ya, nanti kakak ceritain deh kenapa sampai telat pulangnya. Mil, tolong bantu diwadahin ya makanannya, kakak mau mandi dulu. Oya, nanti Siska mau makan malam juga di sini."

"Siap kak!"

Aku segera berlari ke kamarku mengambil baju ganti dan masuk ke dalam kamar mandi. Tubuhku sudah lengket sekali.

Aku kembali teringat Mas Rico. Pertemuan kami yang tak terduga juga menegangkan. Bagaimana tidak, dua kali kami bertemu, dua kali pula kami harus membawa pasien ke rumah sakit.

Tok.. tokk.. tokk..

"Jelita, ayo cepat mandinya. Siska sudah datang.. " ujar Bunda saat mengetuk pintu kamar mandi.

"Iya, Bun.." aku mempercepat mandi dan ganti baju. Segera aku melangkahkan kaki ke ruang makan. Disana semua sudah berkumpul untuk makan malam bersama.

"Maaf ya Jelita kemalaman pulangnya, kalian semua jadi menunggu." ujarku.

"Gapapa kali, Jel. Nyantai aja.. Malah aku yang harusnya minta maaf.. Om, Tante.. Maaf ya aku ikut nimbrung makan lagi di sini.. Hehehe!" ucap Siska.

"Gapapa kali, Sis. Ayah sama Bunda juga seneng kok bisa makan bareng kamu." ujarku lagi.

"Iya, Siska. Kami sama sekali tidak keberatan. Kami senang jadi tambah ramai di sini.." tambah Bunda. Ayah dan Mila juga ikut mengangguk. "Selamat makan.."

Kami kemudian menikmati makan malam dan sambil sesekali bersenda gurau.

"Kak Jel.. Katanya tadi mau cerita kenapa kakak pulangnya telat."

"Oh iya.. Tadi itu pas aku lagi pesen makanan ini semua, tiba-tiba ada ibu yang teriak minta tolong. Anaknya kejang-kejang. Lalu kami bersama-sama ke rumah sakit buat nganterin ibu sama anak itu.." jelasku.

"Wow, gak kebayang gimana tegangnya di sana. Kalau aku jadi kamu, mungkin aku bakalan pingsan." ucap Siska.


"Kerennnn! Kayak di film-film gitu." seru Mila.

"Ehem.. Baru tahu ya kakakmu ini keren?!" ucapku santai.

"Iiihhh dasar Kak Jel ge-er banget! Yang keren tuh cerita kejadiannya, bukan kakak.." balas Mila.

"Hahahahahaaaaa!" Kami pun tertawa bersama.

"Tapi sebenarnya beberapa minggu yang lalu waktu aku beli nasi goreng di tempat ini juga, ada kejadian tiba-tiba ibu yang duduk di sebelah teriak kesakitan karena mau ngelahirin. Ya, akhirnya kami juga nganterin ke rumah sakit deh."

"Wow! Kejadian luar biasa banget ya. Aneh juga di tempat itu ada apanya sih? Kok kebetulan banget ya tiap kamu kesitu ada pasien-pasien gitu?! Coba sekali lagi kamu kesana kapan-kapan. Kalo ada pasien lagi, fixed Jelita pasti dilarang masuk sama abang-abang nasgornya buat gak beli ke tempat dia. Hahahahaaa! Ya kali dia jadi jantungan tiap kali kamu ada, jadi ada pasien!" ungkap Siska.

"Bener juga! Nanti foto Kak Jel terpampang di setiap gerobak yang jualan dan ditulisin most wanted! Dilarang beli dagangan kami!" seru Mila sambil terbahak-bahak.

" Miiillaaaa!" teriakku.

"Hahahaaaaaa!" Siska, Ayah dan Bunda pun ikut tertawa.

***

Siska

Aku cukup takjub mendengar cerita malam ini terutama dengan sikap sahabatku, Jelita. Kalau kebanyakan orang malah lari bila ada kejadian seperti itu, dia malah menolongnya. Tapi aku merasa seperti ada hal lain yang belum dia ceritakan kepadaku.

"Terimakasih makan malamnya ya Om, Tante, Mila dan pastinya Jelita." ucapku tulus.

"Sama-sama, Sis." balas Jelita.

"Ok, Kak!" seru Mila.

"Iya sering-sering ke sini ya, biar Om dan Tante gak kesepian."

"Siska sudah seperti anak kami sendiri, jadi jangan sungkan."

Aku mengangguk dan tersenyum. Kehangatan keluarga Jelita selalu saja membuatku merasa nyaman. Ya seperti malam ini, aku merasa tengah berada di dalam keluargaku sendiri. Mereka begitu baik dan tulus.

Saat ini Om, Tante, dan Mila sudah istirahat duluan. Sedangkan aku dan Jelita masih mencuci piring dan membersihkan meja makan. Aku masih penasaran dengan cerita Jelita tadi. Aku ingin tahu setiap detil kejadian itu.

"Jel.."

"Ya."

"Gak ada yang mau diceritain lagi tentang dua kejadian tak terduga itu?"

"Sepertinya iya gak ada lagi.."

"Tapi mata kamu sepertinya mengatakan tidak. Ada yang berbeda saat kamu ceritain kejadian itu."

"Hmmm.. Baiklah, kamu tuh selalu bisa baca aku ya?! Hahaha..Memang ada sih.."

"Ada orang yang sama di dua kejadian itu."

"Jel, ceritain langsung singkat padat deh. Siapa orangnya? Mantan?"

"Bukan."

"Tetangga?"

"Bukan."

"Kecengan?"

"Bukannnn, Sis."

"Lha terus siapa Jel? Jangan bikin aku makin penasaran."

"Rico.."

Dan mengalirlah cerita lengkap tentang peristiwa itu. Bagaimana mereka bertemu dan menghadapi kejadian itu bersama-sama. Hmm, mungkinkah orang itu adalah jodoh sahabatku ini?






Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang