Bab 22

3.1K 168 0
                                    

Siska

Aku kini tengah bersama keluarga Jelita. Kami berada di ruang tamu apartemenku untuk melihat acara lamaran dari Mas Dirga melalui video call dari salah satu pekerja di EO yang Mas Dirga pesan. Tentu saja Mas Dirga tidak tau akan hal ini.

"Aku gak nyangka, kakak sepupuku bisa seromantis ini.." ujarku pada keluarga Jelita.

"Bunda penasaran akan jawaban Jelita.."

"Ayah juga, Bun.. Ayah lihat Nak Dirga adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia juga sayang sama kita.. Semoga saja anak kita tidak mengecewakan Nak Dirga."

"Om, Tante. Lihatlah.."

"Maukah kamu menikah denganku?" tanya Mas Dirga.

Lama Jelita terdiam mendengar pertanyaan Mas Dirga. Dia hanya menatap mata Mas Dirga.

"Akuuu.." ucap Jelita.

Mas Dirga tampak memejamkan matanya. Aku yakin dia saat ini sedang berdoa pada Tuhan.

"Bersedia.." lanjut Jelita.

Mas Dirga membuka kedua matanya dan wajahnya berseri-seri.

"Om, Tante.. Jelita menerima Mas Dirga! Jelita menerimanyaaaa!!!" seruku.

"Putriku! Dia menerimanya, Yah.." Bunda menangis sambil tersenyum dalam pelukan Ayah.

"Tapi.." ujar Jelita.

"Om, Tante.. Masih ada kelanjutannya.." ujarku lagi.

"Bolehkah aku menamatkan koasku dulu, Mas? Uhm.. Aku ingin meraih gelar dokterku dulu. Aku rasa tabunganku sebentar lagi cukup untuk biaya koasku. Setelah aku mendapatkan gelar itu, baru kita menikah. Aku ingin membanggakan Ayah dan Bunda, Mas."

"Tentu saja boleh sayang. Aku akan menunggumu. Terima kasih kamu menerimaku." Mas Dirga dan Jelita berpelukan sangat erat. Keduanya tampak bahagia. "I love you, Jel.."

"I love you too, Mas.."

Mas Dirga mengajak Jelita untuk duduk menyantap makan malam yang dihidangkan diiringi alunan musik nan merdu.

Aku mematikan video call dan memeluk kedua orang tua Jelita. Aku bahagia sahabat baikku dan kakak sepupuku akan menikah walau setelah Jelita menamatkan koasnya.

"Om, Tante.. Kita makan malam dulu ya. Sepertinya mereka masih lama di atas sana."

"Iya, Ayah juga jadi lapar melihat mereka makan.." kata Ayah.

"Ya ampunnn.. Ayah ini malu kan sama Siska.." ujar Bunda sambil menjewer telinga Ayah

"Awwww! Bun.. Sakittt!" seru Ayah.

"Hahahahahaaaaa!" kami pun tertawa bersama.

***

Dirga Saputra

"Apa kamu suka masakannya, Sayang?" tanyaku sambil memakaikan jaketku yang satu lagi pada Jelita. Aku sudah menyiapkan jaket lebih untuknya, karena kami makan malam di luar ruangan.

"Ehem.. Suka banget, Mas. Masakannya enak. Aku juga suka sama dekornya. Aku baru tau kamu bisa seromantis ini.." jawab Jelita.

"Terima kasih. Kamu tau aku sebulan ini nonton banyak drama romantis yang ada scene melamar pasangannya loh, hahahaa!"

"Oya?!"

"Yup! Tapi aku tau kamu suka yang simple tapi berkesan. Jadinya ya aku pilih konsep ini. Dan aku juga tau kalo kamu selalu suka sama suara aku yang keren ini. Ya udah deh aku sekalian aja nyanyi buat kamu."

"Terima kasih untuk kerja keras kamu menyiapkan ini semua. Aku gak akan lupain malam ini."

"Sama-sama, Sayang. Tutup mata lagi dong.. Aku masih ada kejutan lainnya."

Aku meraih tangan kirinya dan menyematkan sebuah cincin di jari manisnya.

"Buka matanya, Sayang.."

"Ahh! Inniii.. Ini indah sekali, Mas."

"Berarti sekarang kamu udah resmi menjadi tunanganku." ucapku lagi.

"Iyaa, Mas.." ujar Jelita sambil menggenggam tanganku.

"Dan ini.." Aku menyerahkan sebuah amplop putih besar kepada Jelita. "Tolong buka amplop ini. Aku harap kamu menerimanya." jelasku.

Jelita membuka amplop itu dan membaca kertas di dalamnya. Tangannya bergetar dan tubuhnya terjatuh dalam posisi duduk.

"Masss.. Inii.. Kaamuu?" tanyanya.

Aku mengangguk. Jelita menangis lalu memelukku sangat erat dan aku membalas pelukannya. Aku mencium keningnya dan juga bibirnya.

"Kamu terlalu baik, Mas.." kata Jelita di sela isak tangisnya.

"Aku hanya ingin membahagiakanmu, Jel.. Karena kamu yang aku tunggu untuk menjadi pusat hidupku, menjadi satu-sarunya wanitaku, calon istriku, dan calon ibu bagi anak-anak kita kelak.."

"Aaaku.. Akuuu mencintaimu, Mas. Terima kasihhh untuk semuanya."

"Dan aku lebih mencintaimu, Sayang.. Aku berjanji akan mendampingimu selalu."

Kurengkuh dagu wanitaku dan aku sekali lagi mencium bibir mungilnya cukup lama. Ciuman yang dalam tapi tanpa nafsu.

Aku, Dirga Saputra..
Berjanji akan membahagiakanmu selamanya..
Berjanji akan mencintaimu seumur hidupku..
Berjanji setia padamu hingga maut memisahkan..






Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang