Bab 28

3.4K 176 4
                                    

Rico Marcellino

Aku melihat Siska dengan 2 orang lainnya di ruang tunggu.

"Siska.." ujarku.

"Mas Rico?!" seru Siska saat menoleh ke arah ku.

Aku mendekati Siska yang tengah memeluk seorang wanita. Wanita itu tengah menunduk dan bahunya berguncang. Sepertinya itu adalah tunangan Dirga.

"Jel, sssttt.. Tenanglah! Kamu tau Mas Dirga adalah orang yang kuat. Jel, ini ada sahabat Mas Dirga, dia dokter di sini.." ujar Siska. "Mas, ini tunangan Mas Dirga dan itu adalah ayahnya."

Aku bersalaman dengan pria paruh baya tersebut. Wanita yang dipanggil Jel oleh Siska itu lalu mengangkat wajahnya dan betapa kagetnya kami saat bertatapan.


"Anngeeelaa? Kamu.."

Wanita yang aku ingat bernama Angela Jelita itu mengangguk. "Mas, bagaimana kondisi Mas Dirga sekarang?" tanya Siska.

"Dia mengalami perda.."

"Apa aku boleh melihatnya, Mas?! Aku ingin melihatnya dari dekat.. Aku mohoonnn, Mas.." sela Angela padaku.

"Baiklah," jawabku.

Aku, Siska, dan ayah Angela mendampingi Angela yang berdiri di dekat Dirga. Angela menangis dan tubuhnya luruh ke lantai. Namun kondisi Dirga semakin drop dan setelah tim medis melakukan pertolongan pada Dirga pun, Dirga tidak terselamatkan.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun pasien tidak bisa bertahan. Kami turut berbelasungkawa.. Dokter Rico, maaf.. Saya permisi.." ujar dokter yang menangani Dirga. Aku menggangguk mendengar penjelasan dokter tersebut.

Kami semua menangis atas kepergian Dirga. Angela langsung berlari ke arah jasad Dirga, menangis sambil berteriak memanggil nama Dirga.

"Mas!! Mas Dirga bangunnnn, ini aku Jelita! Mas, Mas jangan bercandain aku! Ayo buka mata kamu.. Masss, kita kan weekend ini mau pergi ke pantai. Kita mau foto-foto bukan?! Mas banguuunnn.." serunya sambil memeluk jasad Dirga.

Aku dan Siska tak kuat melihatnya. Aku memeluk Siska yang sama rapuhnya dengan Angela.

"Maaass.. Ayo banguunn.. Kamu tau?! Aku dan Siska udah nyiapin acara ulang tahun kamu nanti. Kemarin aku juga udah nyiapin kado ulang tahun buat kamu dan aku udah nulis sebuah panggilan khusus buat kamu juga.. Masss.. Kamu gak mau lihat???" ucap Angela.

"Mas, maafin aku selama ini aku manggil kamu gak pakai sebutan khusus seperti yang kamu inginkan. Taapiii, sekarang aku akan nyebutin sebutan khusus itu. Kamu mau dengarkan?!" ujar Angela lagi. Dia mendekati wajah Dirga dan mengusap lembut kepalanya.

Angela mencium Dirga dan berkata, "Sayanggg.. Sayang, itu adalah sebutan khusus aku buat kamu. Sama seperti sebutan khusus kamu buat aku. Mas Dirga sayang, kamu udah gak mau buka mata lagi ya?! Ya udah kalau begitu.." Angela tersedu-sedu menangis sambil mengelus pipi Dirga. Cukup lama dia menatap Dirga yang sudah terpejam.

Angela meraih tangan kanan Dirga dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. "Mas, terima kasih untuk semuanya ya. Terima kasih sudah menerima, menyayangi, dan mencintai aku yang bukan siapa-siapa ini. Terima kasih atas hari-hari yang udah kita lewati, aku sangat bahagia bersama kamu selama ini.. Aku senang bisa mengenal kamu, menyayangi dan juga mencintai kamu.." Angela lalu mencium tangan Dirga lalu meletakkan tangan Dirga ke pipinya.

"Aku sayang kamu, Massss.. Aku cinta kamuuu, Dirga Saputraaa.." Angela terdiam cukup lama tidak meneruskan kata-katanya. Bibirnya bergetar.

"Tapiii, Tuhan sang pemilik kehidupan ini lebih sayang kamu, Mas. Dia ingin kamu pulang lebih dulu menemui-Nya. Aku akan terus mendoakanmu dari sini agar kamu diterima di sisi-Nya. Selamat tinggal, Mas.. Selamat tinggal, Sayang.. Selamat jalan, Kekasihku.. Sampai jumpa di kehidupan berikutnya.." Dia kembali mencium kening, hidung, pipi, dan bibir Dirga. Derai air mata kepedihan itu mengalir dari mata Angela. Dia memeluk jasad Dirga lagi.

"Anakku.. Tabahkan hatimu.." ujar Ayah Angela sambil mengelus punggung putrinya tersebut.

Aku dan Siska juga mendekati Angela dan mengucapkan selamat tinggal juga pada Dirga.

Brukkk..

"Ya Tuhan, Jel!!" seru Siska.

Angela jatuh pingsan. Aku mengangkat Angela dan menidurkannya di tempat tidur pasien di ruang sebelah yang kosong. Dokter dan seorang perawat membantu mengurus Angela.

"Sis, aku akan mengurus surat dan lain sebagainya dulu. Sebaiknya kamu mengabari keluarga besar kalian. Angela tidak apa-apa, dia pingsan karena kaget akan kejadian ini." ujarku.

Siska mengangguk paham dan mulai menelepon keluarga besarnya. Kedua orang tua Dirga sudah meninggal. Dia juga tidak memiliki kakak atau pun adik. Siska adalah adik sepupunya yang paling dekat dengannya.

Ayah Angela menemani Angela yang sedang diperiksa dokter. Dia mengelus kepala putrinya itu sambil berbincang dengan dokter.

Dirga dan aku sudah lama sekali bersahabat. Kami sudah seperti saudara. Kepergiannya yang begitu mendadak, membuatku teringat akan pertemuan terakhir kami. Aku ingat akan pesan-pesannya padaku mengenai Angela.

Ga, gue akan melaksanakan pesan loe ke gue. Gue akan ikut menjaga Angela Jelita dan membantunya menjadi seorang dokter seperti yang loe harapkan.
Beristirahatlah dengan tenang, Ga.
Selamat jalan..
Selamat tinggal sahabatku..

Love & EconomyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang